Beranda / Romansa / Istri Dadakan sang Pewaris / BAB 16 | Kebebasan Orion

Share

BAB 16 | Kebebasan Orion

Penulis: Yulia Ang
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-03 06:38:57

Anna berdiri di sudut ruangan kantor polisi ibu kota. Matanya terpaku pada pintu yang masih tertutup rapat. Setiap detik terasa melambat. Kegelisahan semakin menggerogoti perasaan Anna. Ia menahan napas, cemas dan berharap. Keputusan yang ia ambil demi melunasi utang-utang Orion, kini berada di ujung harapan. Semua usaha itu hanya untuk satu hal, melihat adik kesayangannya itu berjalan keluar dari balik jeruji besi.

Ketika pintu akhirnya terbuka, Anna melihatnya—Orion, tanpa borgol, tanpa pakaian jingga pudar yang dulu membungkus tubuhnya. Dia bebas. Dan begitu melihatnya, air mata Anna meluncur tanpa bisa dibendung.

Orion memandang Anna, tanpa sepatah kata pun. Ia langsung melangkah maju, merangkulnya dalam pelukan erat. Anna tak ragu membalas pelukan itu, menggenggam tubuh Orion seolah takut kehilangan lagi. Mereka berdua saling berpelukan begitu dalam—pelukan yang penuh luka, tapi juga harapan.

“Bagaimana kabarmu, bocah nakal?” kata Anna, suara lembutnya penuh kasih sayang, meskipu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 17 | Semesta Gahana

    Langit adalah batas bagi mereka yang punya kuasa, dan tak ada yang lebih dekat ke langit daripada Semesta Gahana.Ia menjulang di jantung kota Jayapuri—kota megapolitan, ibukota ekonomi, dan simbol kejayaan modern. Kota yang dibangun dari ambisi dan beton. Tempat mereka yang haus kekuasaan bertarung untuk menjadi yang tercepat, terkuat, dan paling diperhitungkan.Di antara para raksasa itulah berdiri PT Semesta Gahana—imperium bisnis yang menjulang nyaris setinggi langit.Dulu, kerajaan ini dipimpin oleh satu nama yang tak tergoyahkan: Erianto Waradana.Ia bukan sekadar pemimpin, ia adalah barometer. Sekali ia mengangguk, perusahaan kecil bisa hidup. Sekali ia menggeleng, bisnis-bisnis bisa runtuh dalam semalam.Tapi sang raja telah tiada.Dan kini, singgasana kosong.Rapat luar biasa Dewan Komisaris diadakan di ruang rapat utama Waradana Tower. Dengan agenda, menetapkan Pelaksana Tugas Direktur Utama. Dan semua orang penting hadir di situ. Termasuk keluarga besar Waradana: Fiki, Selv

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-04
  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 18 | Salah Ruangan

    Anna keluar dari taksi dengan langkah ringan namun gugup. Blazer hitam dan blus putih yang ia kenakan membuatnya terlihat profesional, seperti pelamar kerja lainnya yang datang ke Semesta Gahana hari itu. Ia baru saja menyelesaikan wawancara kerja di tempat lain, dan kini menuju gedung tinggi tempat Kavi memintanya datang.Tadinya Kavi bilang pada Anna kalau Khairan akan menjemputnya, tapi gadis itu menolak. Ia memilih untuk datang sendiri.Sesampainya di lobi utama, seorang resepsionis menyambutnya dengan ramah. Tapi saat Anna menyebutkan ingin bertemu Kavi, ekspresi resepsionis sedikit bingung.“Maaf, perekrutan terbatas untuk divisi kreatif kami tidak melibatkan Bapak Kavi. Silakan duduk dulu di sana bersama peserta lain. Nanti akan dipanggil satu per satu.”Anna sempat mengerutkan dahi. “Saya... tidak melamar kerja di sini. Saya mau menemui Bapak Kavi.”“Kalau begitu, tunggu sebentar ya,” ujar resepsionis. Namun, sebelum sempat diklarifikasi, seorang staf menyambut dan mengarahkan

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-05
  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 1 | Teras Rumah

    Anna jatuh cinta pada suasana restoran ini bahkan sebelum hidangan pertama tersaji. Ia duduk di salah satu kursi, menunggu kedatangan teman-teman divisinya. Pandangan Anna tertuju pada ukiran kayu artistik yang tergantung manis di dinding.Teras Rumah.Nama restoran itu terpahat di sana.Restoran ini memang berada di teras sebuah rumah sederhana. Tidak besar, tidak megah, tapi justru kesederhanaannya memikat hati. Menghadirkan kehangatan dan rasa kekeluargaan yang jarang ditemukan di tempat makan lain.Di sini hanya ada satu meja makan panjang yang dikelilingi delapan kursi kayu. Tak seperti restoran pada umumnya, tempat ini lebih menyerupai ruang makan di rumah. Terkesan hangat dan penuh cerita.“Mengesankan sekali,” suara Erianto terdengar. “Kau sampai hafal tingkat kematangan steak yang disukai teman-temanmu. Kalian berenam pasti sangat dekat, ya?”Suara itu membuyarkan lamunan Anna. Ia menoleh, lalu tersenyum sopan.“Mereka teman sekantor, Kek. Kami hampir setiap hari bersama. Jadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25
  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 2 | Beban Hidup

    Anna langsung duduk di cubicle-nya begitu sampai di kantor. Tanpa menoleh, tanpa menyapa siapa pun. Sudah seminggu sejak malam di Teras Rumah yang menyakitkan itu. Sejak saat itu, Anna memilih menjaga jarak. Ia tak lagi menyapa rekan-rekan divisinya kecuali urusan pekerjaan. Termasuk Celine—sahabat yang dulu ia percaya, tapi kini membuatnya merasa tak lebih dari seorang pecundang.Tak ada permintaan maaf apalagi penyesalan. Seolah kejadian malam itu tidaklah penting.Mungkin aku memang tak pernah benar-benar dianggap ada, pikir Anna.Mulai sekarang, ia memilih jalur sendiri. Kerja, lalu pulang.Suara kursi digeser, bisik-bisik dari cubicle sebelah, dan tatapan yang menyorot diam-diam sudah biasa ia rasakan. Tapi Anna tak mau ambil pusing. Atau mungkin lebih tepatnya... tak peduli. Sampai sebuah suara memecah konsentrasinya.“Anna! Ke ruangan saya sekarang!” Suara Cakra, atasannya, terdengar tajam dari ujung ruangan. Semua mata otomatis menoleh. Tanpa ekspresi, Anna berdiri dan melangka

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25
  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 3 | Calon Suami

    Mulut Rendy menganga melihat kondisi kamar kos Anna yang berantakan luar biasa. Barang berserakan di mana-mana seperti baru saja terjadi kerusuhan mini. Di dekat ambang pintu, Kavi berdiri diam. Pandangannya menyapu seluruh ruangan tanpa ekspresi. Rendy terpaksa menyingkirkan buku-buku dan baju kotor yang berserakan di lantai agar Kavi bisa lewat.Anna yang baru masuk belakangan, langsung membekap mulutnya. “Oh shit,” desisnya malu, lalu dengan kikuk menendangi barang-barang yang berserakan di sekitar sofa.“Kau yakin tidak ingin ke dokter saja, Bos? Tempat ini... kurang steril,” komentar Rendy bergidik, sambil memandangi sekeliling kamar kos yang kacau balau.“Kos ini biasanya bersih, kok. Cuma... ya, ini tadi... agak berantakan,” elak Anna, mencoba mempertahankan harga dirinya yang tersisa.“Agak?” sindir Kavi singkat.“Maksud saya—sangat berantakan. Adik saya penyebabnya. Maaf kalau kalian jadi tidak nyaman.” Anna buru-buru menambahkan, lalu menunjuk ke sofa. “Silakan duduk.”Kavi m

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25
  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 4 | Luka Hati

    Orion duduk diam di samping Anna dalam taksi. Tidak ada percakapan, hanya ada sunyi yang mengisi ruang. Tatapan Anna lurus menembus jendela, seolah dunia di luar sana lebih layak dipedulikan daripada adik kandungnya sendiri.Orion ingin bertanya, tapi ia urungkan. Ia sadar, setelah drama besar beberapa hari lalu, ia tidak punya hak untuk banyak bicara. Apalagi, ia baru menemui Anna tiga hari sejak diminta datang. Saat menjemputnya tadi, Anna hanya mengatakan satu hal, “Ikut aku.” Dan Orion menuruti, meski pikirannya penuh tanda tanya.Taksi berhenti di depan sebuah rumah sakit swasta, megah dan modern. Orion melirik gedung itu, bingung, lalu buru-buru menyusul Anna yang sudah turun lebih dulu.“Kenapa kita ke rumah sakit? Kau sakit?” tanyanya, heran sekaligus cemas.Anna menggeleng singkat. “Kau harus medical check up. Aku ingin tahu kondisi kesehatanmu secara menyeluruh.”Orion termenung. Ia menatap Anna lama, seperti tak percaya dengan apa yang ia dengar. Ucapan Anna terdengar sepert

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25
  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 5 | Dunia Asing

    Anna berulang kali meremas ujung bajunya dengan gugup. Perasaannya campur aduk. Bagaimana tidak, tiba-tiba seorang pria bernama Khairan datang ke kosnya, mengaku sebagai sopir pribadi Kavi. Ia membawa kabar duka sekaligus menjemput Anna.Erianto—kakek penjual steak itu meninggal dunia.Hati Anna langsung terasa kosong. Meski mereka hanya bertemu sekali, makan malam bersama Erianto di Teras Rumah menyisakan kesan mendalam yang tak terlupakan. Dalam hidupnya, baru kali itu Anna merasa benar-benar didengar. Dan ironisnya, itu justru dilakukan oleh orang asing—seorang pria tua yang belakangan Anna ketahui adalah kakek Kavi.Anna masih ingat betul momen malam itu. Bagaimana Erianto dengan sabar mendengarkannya menangis, tanpa menghakimi.“Aku merencanakan makan malam ini dari jauh-jauh hari, Kek. Mereka semua senang, tidak sabar ingin ke sini saat tahu aku berhasil reservasi di Teras Rumah. Tapi tiba-tiba mereka membatalkan dan membuat acara sendiri... tanpa memberitahuku,” ucap Anna lirih,

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25
  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 6 | Surat Wasiat

    Anna meremas-remas ibu jarinya di atas pangkuan. Kecemasannya makin terasa nyata. Kavi sempat tergerak ingin menenangkan Anna—tangannya bahkan nyaris terulur untuk menyentuh punggung tangan gadis itu. Tapi gerakan itu terhenti, ketika Devan lebih dulu membuka percakapan.“Hai, aku Devan,” sapa pria yang duduk di sebelah Anna. Suaranya tenang, hangat, seperti sedang menyambut tamu kehormatan di tengah rapat keluarga.Anna sempat terkejut, tapi segera membalas ramah, “Anna.” Ia menyambut uluran tangan Devan sambil melempar senyum kecil. Ia menghela napas panjang, mencoba menyingkirkan cemas yang sedari tadi dirasakannya.Melihat Anna sudah sedikit lebih tenang, Kavi menoleh ke arah Harris dan memberi anggukan kecil. Sebuah isyarat untuk memulai sesi utama.Harris, pengacara keluarga, segera mengambil berkas dari dalam tas kerjanya yang rapi. Ia berdeham ringan, lalu membuka lembaran pertama.“Karena seluruh pihak yang berkepentingan telah hadir, saya akan langsung membacakan surat wasiat

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-07

Bab terbaru

  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 18 | Salah Ruangan

    Anna keluar dari taksi dengan langkah ringan namun gugup. Blazer hitam dan blus putih yang ia kenakan membuatnya terlihat profesional, seperti pelamar kerja lainnya yang datang ke Semesta Gahana hari itu. Ia baru saja menyelesaikan wawancara kerja di tempat lain, dan kini menuju gedung tinggi tempat Kavi memintanya datang.Tadinya Kavi bilang pada Anna kalau Khairan akan menjemputnya, tapi gadis itu menolak. Ia memilih untuk datang sendiri.Sesampainya di lobi utama, seorang resepsionis menyambutnya dengan ramah. Tapi saat Anna menyebutkan ingin bertemu Kavi, ekspresi resepsionis sedikit bingung.“Maaf, perekrutan terbatas untuk divisi kreatif kami tidak melibatkan Bapak Kavi. Silakan duduk dulu di sana bersama peserta lain. Nanti akan dipanggil satu per satu.”Anna sempat mengerutkan dahi. “Saya... tidak melamar kerja di sini. Saya mau menemui Bapak Kavi.”“Kalau begitu, tunggu sebentar ya,” ujar resepsionis. Namun, sebelum sempat diklarifikasi, seorang staf menyambut dan mengarahkan

  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 17 | Semesta Gahana

    Langit adalah batas bagi mereka yang punya kuasa, dan tak ada yang lebih dekat ke langit daripada Semesta Gahana.Ia menjulang di jantung kota Jayapuri—kota megapolitan, ibukota ekonomi, dan simbol kejayaan modern. Kota yang dibangun dari ambisi dan beton. Tempat mereka yang haus kekuasaan bertarung untuk menjadi yang tercepat, terkuat, dan paling diperhitungkan.Di antara para raksasa itulah berdiri PT Semesta Gahana—imperium bisnis yang menjulang nyaris setinggi langit.Dulu, kerajaan ini dipimpin oleh satu nama yang tak tergoyahkan: Erianto Waradana.Ia bukan sekadar pemimpin, ia adalah barometer. Sekali ia mengangguk, perusahaan kecil bisa hidup. Sekali ia menggeleng, bisnis-bisnis bisa runtuh dalam semalam.Tapi sang raja telah tiada.Dan kini, singgasana kosong.Rapat luar biasa Dewan Komisaris diadakan di ruang rapat utama Waradana Tower. Dengan agenda, menetapkan Pelaksana Tugas Direktur Utama. Dan semua orang penting hadir di situ. Termasuk keluarga besar Waradana: Fiki, Selv

  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 16 | Kebebasan Orion

    Anna berdiri di sudut ruangan kantor polisi ibu kota. Matanya terpaku pada pintu yang masih tertutup rapat. Setiap detik terasa melambat. Kegelisahan semakin menggerogoti perasaan Anna. Ia menahan napas, cemas dan berharap. Keputusan yang ia ambil demi melunasi utang-utang Orion, kini berada di ujung harapan. Semua usaha itu hanya untuk satu hal, melihat adik kesayangannya itu berjalan keluar dari balik jeruji besi.Ketika pintu akhirnya terbuka, Anna melihatnya—Orion, tanpa borgol, tanpa pakaian jingga pudar yang dulu membungkus tubuhnya. Dia bebas. Dan begitu melihatnya, air mata Anna meluncur tanpa bisa dibendung.Orion memandang Anna, tanpa sepatah kata pun. Ia langsung melangkah maju, merangkulnya dalam pelukan erat. Anna tak ragu membalas pelukan itu, menggenggam tubuh Orion seolah takut kehilangan lagi. Mereka berdua saling berpelukan begitu dalam—pelukan yang penuh luka, tapi juga harapan.“Bagaimana kabarmu, bocah nakal?” kata Anna, suara lembutnya penuh kasih sayang, meskipu

  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 15 | Salah Kamar

    Langkah Kavi terdengar ringan menyusuri lorong indekos yang kini sudah terasa seperti rumah kedua baginya. Tidak ada rasa canggung, apalagi ragu. Cara ia membuka pintu, cara ia melangkah masuk, semua dilakukan dengan yakin. Seolah kamar itu memang miliknya. Atau setidaknya, seperti rumah yang sudah menunggunya pulang.Indekos itu sudah tenang. Malam telah turun, dan mayoritas penghuni sepertinya sudah terlelap. Tapi tidak dengan Anna. Terdengar suara gemericik air dari kamar mandi. Kavi langsung mengenali bunyi itu—Anna sedang mandi.Ia tersenyum samar, nyaris tak terlihat. Kavi lalu menjatuhkan diri dengan santai ke sofa seperti biasa. Ponselnya terangkat, layar menyala. Ia mulai memeriksa email, menunggu dengan sabar. “Siapa kau?” seru seorang perempuan yang terdengar panik, bingung. Tapi ada juga nada curiga di sana.Aneh. Kavi tidak mengenali suara itu.Ia mendongak. Matanya langsung membelalak. Yang muncul dari kamar mandi bukanlah Anna. Melainkan seorang wanita asing berdiri di

  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 14 | Runtuhnya Gunung Es

    Mobil Kavi terparkir di tepi jalan perbukitan yang menyuguhkan pemandangan city light nan indah. Lampu-lampu kota berkelap-kelip seperti bintang yang jatuh ke bumi, tapi semua itu kontras dengan suasana hati Anna sekarang, yang dirundung rasa bersalah begitu pekat. Anna pun tidak mengerti rasa bersalah yang ia rasakan. Entah pada Kavi atau lebih kepada dirinya sendiri. Sudah lebih dari satu jam Kavi membisu, membiarkan Anna menangis sepuasnya. Hingga akhirnya tangis Anna pun mereda. Benar-benar kesunyian yang panjang dirasakan keduanya di dalam mobil itu.“Maafkan aku,” ucap Anna tiba-tiba.“Maaf untuk apa?” Dinginnya nada suara Kavi seolah bisa Anna rasakan sampai menusuk ke tulangnya.“Entahlah... Tapi aku merasa sangat bersalah,” ujar Anna pelan, suaranya bergetar, seperti takut didengar—atau tidak didengar sama sekali.Anna menunduk dalam-dalam. Sambil memegangi topeng Lady Rose di pangkuannya. Topeng yang tadinya ia pikir bisa menyembunyikan jati dirinya. Tapi ternyata Kavi bisa

  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 13 | Kesatria Berkuda Putih

    Perjuangan Anna untuk membebaskan Orion semakin membawanya melangkah lebih jauh. Namun, setiap langkah yang diambilnya kini terasa mencekiknya.Apakah ini harga yang harus dibayar?Begitu banyak perasaan yang bergumul dalam hatinya, dan ia mulai merasa hampir tak bisa lagi membedakan antara harapan dan kehormatan diri. Anna membulatkan tekad. Ia mencoba memfokuskan diri, bahwa tujuannya saat ini hanyalah Orion.Anna meneguk wine yang ada di depannya dengan gerakan cepat, seolah ingin mengusir segala kegelisahan yang menggelayuti. Rasa manis, getir, dan pahitnya wine itu menyatu di lidahnya, seakan mengaburkan pikirannya.Tanpa bisa menahan rasa cemas yang merayap, Anna berdiri dan melangkah ke tengah ruangan, tepat di depan para pria berkelas yang menunggu. Semua kecemasan yang semula membelenggu dirinya seolah lenyap begitu saja. Ia memutuskan untuk tidak lagi mempedulikan keberadaan Kavi.Dengan gerakan lambat, Anna mulai membuka satu per satu kancing kemeja top crop transparan yang

  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 12 | Di Ambang Runtuhnya Harga Diri

    Meeting santai bersama klien di lounge mewah, ditemani lady escort, sudah menjadi hal lumrah bagi Kavi. Banyak kliennya yang memang menikmati suasana santai sambil ditemani LC cantik—entah itu sekadar untuk minum, bersulang, atau berkaraoke di sela diskusi bisnis.Biasanya, Kavi tak terlalu peduli dengan keberadaan para LC itu. Namun, kali ini berbeda. Sejak seorang LC yang diperkenalkan sebagai Lady Rose melangkah masuk ke private lounge mereka, pandangan Kavi tak bisa lepas darinya. Tanpa ia sadari, wanita di balik topeng cantik dan gaun menggoda itu adalah... Anna.Anna sendiri sempat terhenyak saat melihat sosok Kavi duduk santai di ujung ruangan, dikelilingi tiga kliennya. Namun dengan cepat ia memalingkan wajah, menunduk seolah tak melihat apa pun. Ia berusaha tetap tenang, menelan keterkejutannya bulat-bulat.Ternyata Kavi pun tampak tak menyadari kehadirannya. Ia kembali fokus pada obrolan dengan para kliennya. Anna sedikit bernapas lega. Setidaknya untuk sekarang, ia merasa a

  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 11 | Lady Rose

    Anna berdiri membisu di depan cermin ruang ganti, menatap bayangan dirinya sendiri dengan pandangan tak percaya. Tak pernah, seumur hidupnya, ia membayangkan akan berada dalam situasi seperti ini—mengenakan pakaian yang terasa begitu asing, begitu jauh dari dirinya yang dulu.Rok jeans mini yang membalut bagian bawah tubuhnya nyaris hanya menutupi apa yang memang harus ditutupi. Kemeja top crop putih transparan melekat seperti lapisan tipis kabut, memperlihatkan lekuk tubuhnya dengan jelas. Hanya strapless bra putih tanpa tali yang menjadi satu-satunya lapisan pelindung terakhir dari harga dirinya.Ada pergolakan hebat dalam dada Anna. “Bukannya ini sama saja dengan aku menjual diri?” bisiknya dalam hati, getir dan penuh sesal.Namun, realita memaksanya berdiri di titik ini. Hidup tak memberinya banyak pilihan. Ketika Sitha menawarinya pekerjaan ini beberapa hari yang lalu, Anna sempat ragu. Tapi rasa takut diusir dari indekos, dan bayangan wajah Orion di balik jeruji besi, membuatnya

  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 10 | Tentang Kebaikan

    Anna berdiri di depan pintu kamar kosnya, berhadapan dengan Dahlia—pemilik kos yang dari tadi bicara dengan nada tinggi dan ketus. Suara mereka cukup keras hingga beberapa penghuni kamar lain mulai mengintip dari balik pintu. Ada yang berbisik, ada pula yang menatap dengan iba, namun tak satu pun yang cukup peduli untuk ikut campur.“Batas maksimal aku memberi kelonggaran itu cuma dua bulan. Setelah itu mau tidak mau kau harus pergi dari kos ini. Kalau kau masih ingin tinggal di sini, bayar sewa yang tertib!” ujar Dahlia dengan suara tajam.“Saya mohon, Bu Dahlia... beri saya waktu seminggu saja. Saya sedang mencari kerja. Saya janji akan bayar semuanya. Mohon pengertiannya...” Anna membungkuk sedikit, berusaha menahan suaranya agar tetap tenang meskipun jantungnya berdegup kencang.“Pengertian?!” Dahlia menyeringai sinis. “Kau pikir aku punya kos ini untuk amal?! Listrik, air, semuanya harus dibayar! Bukan pakai janji!”“Pokoknya besok kau harus keluar atau bayar uang sewa kosmu yang

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status