Home / Romansa / Istri Dadakan si Dosen Tampan / Part 5 - Malam Pertama

Share

Part 5 - Malam Pertama

Author: Kharamiza
last update Last Updated: 2023-09-28 08:45:08

Semakin lama suara grasak-grusuk di dekat pintu kamar kian meresahkan, terlebih gagang pintu juga sedikit bergerak seperti hendak dibuka.

Jadi herman, kenapa tak memanggilku saja kalau ada keperluan di kamar ini? Ya kali, mau langsung nyosor masuk.

Apa mereka tak berpikir bagaimananya kalau saat pintu dibuka aku atau mungkin Pak Ezar yang sedang ganti pakaian? Sangat tidak lucu, kalau dipergoki setengah telanjang.

“Buka bajumu!” titah Pak Ezar sedikit berbisik, tapi penuh penekanan.

“Hah?” Aku tak mengerti maksud ucapannya.

‘Enak saja suruh buka baju, dipikir gue cewek apaan?’

“Cepetan buka!”

“Bapak mau ngapain saya?” tanyaku yang lantas menyilangkan tangan di depan dada. Berlagak bak gadis polos yang akan digagahi secara paksa.

Pak Ezar mengusap wajah gusar. Sejurus kemudian, ia mengangkat kakiku naik ke ranjang dan sedikit mendorong tubuh ini hingga sedikit terbanting. Dia menarik ujung bajuku dan memaksa untuk mengeluarkannya.

Sementara aku, meronta dan terus memukul tangan besarnya agar lepas dari tubuh ini. Kelakuannya sudah persis pria hidung belang yang hendak memperkosa gadis belia.

“Orang-orang di luar pada kepo malam pertama kita, kau tau?” Pak Ezar menatapku tajam. Tangannya masih menarik ujung bajuku.

Aku meneguk ludah mendengar ucapannya. Menoleh sebentar ke arah pintu yang masih tertutup rapat, tapi kesannya seperti akan didobrak. Ada suara bisik-bisik di luar.

Benarkah orang di luar pada kepo? Kalaupun benar, kok ada keluarga yang iseng banget hidupnya? Aku yang stress, tapi mereka rada-rada tidak waras.

“Kok punya keluarga usil banget sih. Memang Pak Ezar gak kunci pintu tadi?”

“Saya tadi liat mereka mengambil kunci duplikatnya.”

“Apa?” Aku melongo terkaget-kaget.

’Terniat sekali mereka menonton adegan miskin gratis tanpa berburu link haram.’

Tak habis fikri dengan kelakuan keluargaku yang di luar nurul. Tapi, terkadang memang di negara +62 ini kalau menyangkut hal mesum, akal sehat orang-orang rada menipis.

“Mau buka sendiri atau perlu saya bukain?”

“Apanya, Pak?”

“Pakaian kamu.”

“Hah? Harus banget dibuka, Pak?”

“Iyalah. Biar menyakinkan mereka kalau kita sudah malam pertama.”

“Dih, Bapak gak usah ya nyari-nyari kesempatan?” selidikku.

“Najis! Saya tak tertarik tubuhmu.”

“Gedean juga melon daripada punyamu,” lanjutnya melirih

“Apa, Pak?”

“Gak ada.”

Aku mencebikkan bibir kesal. Jelas-jelas tadi dia ngomong sesuatu. Dipikir aku tuli.

‘Gak di kampus, gak di luar, omongannya ngalahin cabe.’

“Kamu tuh gak ada unsur menggodanya sama sekali.”

‘Ah, yang benar?’

Dengan malas, aku membuka baju bersamaan dengan Pak Ezar yang bergerak cepat mematikan lampu.

Aku sempat melihatnya dalam keremangan, dia juga membuka baju dan celananya. Kemudian, tidur di sampingku.

Tak sampai di situ saja, dia merapatkan tubuh ke arahku. Menjadikan tangan kirinya sebagai bantalku.

“Peluk saya,” ucapnya.

“Hah?”

Kok aku merasa permintaan Pak Ezar semakin aneh ya? Ini benaran hanya manipulatif atau sengaja mencari kesempatan dalam kesempitan?

Kata Mika, pria memang suka gitu. Dikasi hati minta jantung. Tak sekalian minta dinafkahi saja.

“Kamu tuli? Peluk saya, terus pura-pura tidur.”

Mau tidak mau, aku pun mengindahkan permintaan konyol Pak Ezar. Dan untuk pertama kalinya memeluk tubuh pria asing yang nyatanya adalah suamiku sendiri.

‘Jadi gini rasanya meluk suami? Suit-suit!’

Sepertinya organ-organ tubuhku harus merayakan pesta untuk merayakan betapa si paling menutup hati dan enggan bergantung pada pria kini malah sekamar bahkan memeluk seorang pria.

Jantung ini berpacu cepat. Napasku nyaris susah untuk sekadar berembus. Agak khawatir jika Pak Ezar mendengar detakan jantungku yang memburu.

Kami terdiam dalam kegelapan. Hanya cahaya dari lampu depan yang masuk lewat ventilasi membuat kamar tak terlalu gelap.

Sampai pada detik ini, masih tak menyangka jika statusku sudah menjadi istri. Jika perempuan lain menikah dengan pria idamannya masing-masing, maka tidak denganku yang justru masuk perangkap keluarga sendiri.

Ya, aku bilang ini perangkap. Sebab, semula keluargaku mengatakan kalau akan mengadakan pertunangan, nyatanya sudah sekaligus dengan akad.

Apesnya lagi karena aku tak pernah berminat untuk menemui calon suami sendiri. Ah, sampai saat ini, sungguh aku masih bingung dengan takdir hidup yang tengah kujalani.

Semua terjadi sangat tiba-tiba, bahkan sebelum aku sempat menghela napas.

Seperti mimpi, menikahi sosok dosen yang terkenal duta galak ini. Dosen pembimbing yang membuat dunia skripsi serumit hidupku. Dosen paling ngeselin, pelit nilai, juga seenaknya.

‘Duh, mimpi apa gue semalam?’

‘Dosa apa yang pernah gue perbuat? Kenapa pula harus nikah sama duta dosen galaknya UNNUS?’

Untung, tampan. Paling tidak, jika hatiku disakiti, mata ini tak ikut sakit.

Derrrrt!

Aku sontak memejamkan mata saat mendengar pintu kamar berderit.

Astaga, benar-benar keluarga usil. Buat apa coba ngintilin orang malam pertama?

‘Mau ngajarin atau mau nimbrung apa ya?’

’Perasaan dulu waktu Ibu nikah, gue gak ngintilin. Kenapa giliran gue yang nikah malah diusilin?’

“Kayaknya mereka kelelahan abis tempur. Tidurnya nyenyak,” bisik Ibu diikuti dengan kekehannya.

Setidaknya, aku bisa merasakan wajah ini terkena cahaya. Aku menebak, cahaya itu pasti dari senter Hp.

‘Siapa yang tidor, woy? Gue masih sadar dan setengah waras ini.’

“Rus, tapi kayaknya ada yang aneh, deh.”

“Apa, La?”

“Pakaian dalam kok gak ada? Masa iya kelempar ke luar jendela?”

Duh, mampus! Bagaimana ini?

Nyatanya, pakaian dalam masih melekat rapi di tubuh. Sangat tidak lucu kalau harus dikeluarkan juga. Takutnya hanya pura-pura, malah benaran di-unboxing.

Ogah, ah. Imut-imut, baru dibayangin juga.

“Ih, mungkin lagi nyempil di mana gitu, La. Udah, ah. Ayo keluar, nanti ketahuan lagi ngintilin. Haha.”

Punya Ibu dan mertua paket komplit. Sama-sama ngebet dan kepo. Kayaknya, ke depannya aku kudu punya hati yang lapang, sabar, tabah, dan ikhlas agar betah sama mereka.

“Keenakan meluk saya kamu? Mereka udah keluar,” cicit Pak Ezar yang membuyarkan lamunanku.

‘Ah, mikirin apa sampai gak sadar mereka udah keluar, Asha?’

“Dih, najis!”

Lantas saja, kutarik selimut untuk membungkus tubuh yang nyaris telanjang. Kemudian, beranjak dari kasur mencari pakaian yang berserakan di lantai gara-gara ide konyol Pak Ezar.

Aku membentang karpet bulu di lantai setelah mengenakan kembali pakaian. Lebih baik ngalah tidur di lantai, daripada harus seranjang dengan manusia macam Pak Ezar. Bagaimana kalau nanti dia mencekikku ketika tidur?

Ih, kok ngeri!

Walaupun sebenarnya sah-sah saja tidur seranjang, tapi agaknya aku masih syok dengan perubahan status yang sangat tiba-tiba ini.

Lagian, kasurnya agak sempit. Nanti sumpek kalau diisi dua orang. Masih mending hanya sumpek, kalau tiba-tiba mimpi jatuh di jurang dan akhirnya benaran jatuh nyium lantai? Tidak ada unsur-unsur uniknya sama sekali jika kejedot lantai.

Aku terdiam. Tiba-tiba diriku teringat dengan Vina dan sahabatku yang lainnya–Mika.

Entah seperti apa syoknya mereka kalau tahu aku menikah, bukan tunangan?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ririn Marina s
menghibur. Jadi senyum2 sendiri bacanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 140 - I Love You, Pak Dosen! (END)

    Mas Ezar membawaku ke samping resto yang sepi-sepi orang. Entah ada tujuan apa dia membawaku ke sini? Sudah persis gadis polos mau diperkaos pria hidung belang. “Mas, kenapa dibawa ke sini?” tanyaku mengerucutkan bibir kesal. “Padahal masih pengen nyinyirin si pirang gatal itu.”“Makanya aku bawa ke sini untuk menepi sejenak, Sayang. Jangan nyinyir lagi ya. Yang ada nanti kamu stres kebawa janin kamu juga ikutan stres,” ujar Mas Ezar. Dia menopang tubuh dengan kedua tangannya pada tembok agar tubuh kami tak bersentuhan walau posisinya mengurungku pada tembok. Aku menghela napas panjang. Sengaja mengalihkan pandangan ke arah lain agar terkesan judes. “Kamu kok belain dia, sih?”Mas Ezar menangkup wajahku dan menatap mata ini lekat. “Bukan membela, Sayang. Aku juga gak suka sikap dia tadi, tapi aku gak mau dia nyakitin kamu. Kamu tadi liat? Dia emosi kamu bilangin gatal. Untung gak jambak kamu.”“Aku kan bisa jambak balik,” cici

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 139 - Afgan KW?

    Begitu Bagas telah selesai bernyanyi dan Naila sedikit berlari turun dari panggung, barangkali lupa membawa stok urat malu. Hahaha. Bercanda urat malu!Seketika itu, aku pun terlintas ide untuk merayakan ulang tahun suamiku yang ke-29. Dari kemarin, aku berpikir keras bagaimana mengucapkan agar terkesan romantis dan tidak kaku macam sikapnya saat awal kami menikah. Aku pun naik ke panggung. Bukan untuk goyang ngebor di sana, tapi buat ngambil mic, lalu diskusi sebentar dengan Akang piano. Gak usah penasaran kami diskusi apaan? Intinya, setelah itu aku kembali ke tempat dudukku dengan mic di tangan. Saat ini, aku percaya diri dengan suaraku yang membahana, walau nyatanya seperti suara kodok. Masa bodoh dengan pandangan orang-orang, tapi aku bangga punya suara yang seksi ini, walau tak seseksi orangnya jika hanya berdua dengan Mas Ezar di kamar. Eya!Begitu musik mulai mengalun, aku membuka ponsel dan melihat lirik la

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 138 - Senandung Rembulan

    Belum sempat kusambut uluran tangan Ahsan, Mas Ezar yang entah muncul darimana lebih dulu menyambut tangan duda beranak satu itu. “Kami baik,” katanya sambil menarik pinggangku posesif hingga tubuh ini menabrak tubuhnya. “Duh, pocecip detected,” ucap Kak Akmal pelan. Dia sampai menutup mulut dan menoleh ke arah lain. Ia terlihat susah payah menahan tawanya. Ahsan tersenyum tipis. Barangkali menyadari kecemburuan Mas Ezar padanya. “Maaf ini, Mas, karena datang gak diundang. Cuma ikut-ikutan Kak Akmal,” kekeh Ahsan tak enak hati. “Gak apa-apa. Malah senang kalau banyak yang datang.”Mas Ezar mengulas senyum tipis berlagak sangat ramah. Padahal, kutahu hatinya tengah meradang melihat Ahsan mengulurkan tangannya padaku tadi. Dia pasti mengingat kejadian di pernikahan Vina kemarin, di mana saat itu Ahsan melamarku. Barangkali, sekarang ia tetap takut istrinya masih diincar oleh duduk beranak satu itu.

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 137 - Grand Opening Fadhgam Resto

    “Jangan cantik-cantik, Sayang. Aku takut nanti malah banyak yang naksir kamu di sana.” Lengan kekar Mas Ezar tiba-tiba saja sudah melingkar di perutku. Bahkan, kini hidungnya pun semakin liar menjelajahi leher ini.Ia sesekali memejamkan mata, kulihat dari cermin di hadapan kami..“Kalau aku jelek yang ada nanti kamu malu bersanding denganku. Katanya mau didampingi meresmikan resto,” ujarku masih mengoles tipis-tipis lipstik ke bibir. “Iya, tapi kalau cantiknya kebangetan aku takut kamu digodain laki-laki lain. Kamu gak pake makeup aja aku pede aja gandeng kamu, kok,” tutur Mas Ezar.Dia masih memeluk erat tubuh ini dari belakang. Napasnya yang hangat sesekali menyapu lembut di kulit leherku, aku bisa rasakan itu. “Aku yang malu tampil dengan muka burik tanpa polesan walau tipis, takut kebanting kegantengan Pak Dosen.”"Hmm, ya udah. Ayo kita pergi,” ajak Mas Ezar. Aku mengecek jam tangan, ternyata sudah puk

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 136 - Wanita dan Sepak Bola?

    Sampai di rumah Ayah, aku memutuskan untuk istirahat sebentar. Habis perjalanan jauh dari Jakarta ke Makassar rasanya capek banget.Padahal, tadi di pesawat cuma duduk doang. Tak sedang mencoba goyang ngebor sambil kayang. Mungkin efek hamil juga jadi badan serasa pegal-pegal dari ujung kepala hingga ujung kaki.Entah berapa lama aku istirahat sampai tertidur hingga kembali terbangun saat alarm pengingat meeting berbunyi. Sore ini, aku memang ada meeting online dengan Bu Aina dan para karyawan Aina Fashion. Begitu meeting berakhir, aku keluar kamar dan mendapati Mas Ezar yang sedang main ular tangga dengan Elizha di ruang tengah. ‘Astaga, laki gue mau-mau aja diajak main ular tangga.’Aku tertawa cekikikan melihat wajah Mas Ezar kayak ditekuk bak orang terpaksa. Aku tebak, dia pasti dipaksa nemanin main oleh Elizha. Soalnya, anak itu kalau keinginannya ditolak suka ngambek sampai 7 hari 7 malam. “Udah gede

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 135 - Gak Ada Hidup yang Mulus!

    “Sayang, dia tadi cuma nanya kabar, jangan salah paham, ya.”Nanya kabar? Penting amat gitu tahu kabar suami orang? Mas Ezar langsung duduk di sampingku, tapi aku sengaja tak memedulikan. Terlihat jelas dari gelagatnya kalau dia bingung bagaimana cara menjelaskan keberadaan Manda padaku? Ah, kurasa hatinya sedang gundah gulana, takut aku marah padanya. Kuraih ponsel dan pura-pura sibuk chat-an untuk menambah kesan judes ini. “Zar, Sha ... karena kebetulan kita ketemu di sini ....” ‘Lah, terus kenapa kalau ketemu di sini? Mau kopral sambil kayang?’“Jadi, sekalian aja gue minta maaf dan pamit pada kalian, terkhusus pada lu, Zar,” lanjut Manda.Setidaknya, aku memasang telinga baik-baik untuk lebih memperjelas pendengaran.Benarkah dia minta maaf? ‘Tumbenan banget seorang Manda minta maaf? Gak salah orang gue, kan, ya?’Takutnya aku cuma mimpi dan pas bangun malah ketampa

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 134 - Mika Hidup?

    Sore ini, ketika pulang dari rumah sakit menjenguk Kak Kyra, aku mengajak Mas Ezar untuk ke makamnya Almarhumah Mika.Sebelumnya aku juga sudah janjian dengan Vina untuk bertemu di gerbang masuk pemakaman.Setelah bertemu Vina, kami sama-sama menyusuri makam hingga berhenti di sebuah makam yang di nisannya bertuliskan nama Ditya Diatmika binti Gilang Baskara. Aku dan Vina berjongkok secara bersamaan disusul oleh Mas Ezar dan Kak Akmal yang juga ikut berjongkok di samping kami.Sejurus kemudian, aku dan Vina bergantian menyiram air ke tanah makan, menabur bunga untuk Mika, dan bersama-sama membacakan doa untuknya. “Mika, terima kasih banyak atas semua warna yang pernah lu berikan pada hidup gue. Saat hidup gue suram, lu yang datang dan susah payah menghibur walau mulanya gue gak pernah ngerespons baik kedatangan lu di masa laluJahatnya gue, karena berpikir kalau lu sama pengkhianatnya dengan orang-orang yang gue kenal sebelumny

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 133 - Melongok Baby Sagara

    Aku yang penasaran dengan wujud Baby Boy Kak Ghazaar dan Kak Kyra tak bisa menunggu lama lagi untuk melongoknya. Selesai sarapan dan mandi, aku langsung mengajak Mas Ezar ke rumah sakit. Untungnya, karena dia tak banyak neko-neko. Sampai di rumah sakit, Mas Ezar langsung membuka pintu ruang rawat Kak Kyra hingga perhatian semua orang yang fokus pada Baby Boy beralih ke kami sebentar. “Assalamualaikum,” ucap kami kompak.Di ruangan sudah ada Bunda, Papa, Kak Ghazaar, ibunya Kak Kyra, juga Bu Aina yang tampaknya malah sudah bergegas untuk pulang."Waalaikumsalam,” jawab mereka kompak.“Gak jodoh banget sama ponakan ganteng dan cantik yang satu ini. Giliran mereka datang, Tante mau pulang,” ujar Bu Aina. “Kenapa buru-buru, Bu?” tanyaku. “Mau ke butik. Ada klien yang nungguin di sana.”Kuanggukkan kepala berulang kali tanda mengerti. “Ibu gak ke toko kan?” tanyaku memicing. “Kenapa emang?” tanya wanita berhijab itu menyelidik. “Soalnya Asha bolos,” ucapku jujur, sengaja memasang eks

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 132 - Euforia Wisuda

    Bunda Ola tersenyum tipis, lalu celingak-celinguk seperti sedang mencari sesuatu. “Itu dia orangnya.” Ibu mertuaku itu menunjuk dua orang pria yang kegantengannya tak diragukan lagi tengah berjalan beriringan ke arah kami. “Selamat ya, Nak.” Papa menyodorkan tangan yang langsung kusambut dan mencium punggung tangannya dengan takzim. “Mau lanjut kuliah magister di UNNUS juga, gak?” tanya Papa. Aku terkekeh pelan sambil menggaruk tengkuk yang tak gatal. “Nanti dipikir-pikir lagi, Pa. Kalau gak mager, boleh di-gas tanpa rem.”Aku beralih menatap Mas Ezar yang sedari tadi hanya tersenyum tanpa membuka suara. Satu tangannya berada di belakang, entah apa yang disembunyikan itu? Aku berusaha mengintip, tapi pria tampanku itu bergeser seolah tak membiarkanku melihatnya.“Bawa apa, sih?” tanyaku penasaran. Seketika itu, Mas Ezar mengusap-usap kepala ini pelan dan langsung mengeluarkan benda dari balik punggungnya.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status