"Kau dimana?”
(”Aku di apartementku, Sayang..”)”Diam disana! Aku akan datang!”Alex memasukkan gawainya ke dalam saku dan bergegas keluar dari mansion mewahnya. Wajah dingin pria itu tak dapat ditebak, aura seorang yang kejam dan tak berperasaan terkadang sangat terlihat saat pria itu tengah memendam kemarahan.BMW X7 miliknya memasuki basement apartement mewah yang biasa dihuni para aktris terkenal dan pengusaha. Pria itu mematikan mesin mobilnya dan berlalu masuk ke dalam private lift menuju unit yang ditinggali Diana.Alex memiliki kartu akses untuk masuk ke dalam apartement wanita itu, sebuah unit termewah yang dihadiahkan pria itu pada sang kekasih. Terletak di lantai paling atas, Alex sengaja memberikannya pada Diana karena di lantai itu hanya terdapat satu unit saja. Semua dilakukan agar tak ada yang bisa melihatnya disana saat ia mengunjungi Diana. Lift yang mengantarnya ke unit tersebut pun hanya bisa diakses olehnya dan petugas keamanan apartement."Sayang, aku--"Apa yang kau rencanakan tadi, hah? Kau ingin mencelakai Alexa?"Bukannya menyambut pelukan yang dilayangkan Diana, Alex justeru menggunakan tangan kekarnya untuk mencengkram dagu wanita itu. Sorot matanya menyiratkan sebuah emosi pada kekasihnya itu."Alex.. kau salah paham. Aku-- lepaskan tanganmu dari wajahku, Alex. Kau menyakitiku!" pinta Diana yang merasakan perih di bagian pipinya karena Alex mencengkram dengan cukup keras.Pria itu melepas tangannya setelah Diana terlihat meringis. Sepertinya wanita itu tak main-main, warna kemerahan terlihat jelas di bagian pipi dan rahangnya akibat cengkraman tangan kekar Alexander Morgans."Kau gila! Disini aku adalah korban, mengapa kau malah menuduhku sebagai seorang pelaku!"Diana masih mengelak, namun senyum seringai di wajah Alex membuat wanita itu ketakutan. Ia tahu bagaimana kejamnya pria itu saat murka."Jangan bermain-main denganku, Diana. Kau memang wanita bodoh yang tak pernah memikirkan dampak dari apa yang kau perbuat. Kecerobohanmu itu bisa berakibat fatal pada karierku! Dan kau membuat Alexa hampir tenggelam.""Hhh.. jadi kau kesini hanya untuk pamer bahwa kau adalah suami yang baik, Alex? Aku justeru berharap wanita jalang itu mati tenggelam!"Plakkk...Tangan Alex spontan menampar pipi kekasihnya. Entah apa yang ia pikirkan, mendengar Diana menghina Alexa darahnya seketika mendidih."Kau-- kau memukulku?" Mata Diana membola."Diana-- aku-- maaf.. aku tak sengaja."Raut bersalah terpampang jelas dari wajah Alex. Ia memang tak sengaja memukul wajah kekasihnya. Hari ini ia sudah memukul dua perempuan sekaligus. Meski selalu bersikap acuh pada Laura, namun hati kecilnya terkadang merasa kasihan pada gadis itu dan rasa sayang pun terbesit di benaknya. Laura dan Diana, Alex sudah mendaratkan tangannya di pipi dua wanita yang ia sayangi."Pergi kau! Aku benci padamu, Alex! Kau pria brengsek!"Diana terus saja memukuli tubuh kekasihnya dengan membabi buta."Maafkan aku, aku benar-benar tak sengaja."Alex memeluk tubuh Diana untuk meredakan serangannya. Menjalin hubungan selama lebih dari 20 tahun membuat keduanya merasa saling membutuhkan. Diana dengan rela menjadi wanita simpanan pria itu selama bertahun-tahun karena rasa cintanya yang besar. Wanita itu bahkan rela menjadi perempuan lajang di usia yang harusnya sudah menikmati indahnya sebuah mahligai rumah tangga. Tak mudah menjadi dirinya, apalagi dengan rumor yang beberapa kali beredar jika ia adalah perempuan simpanan para pengusaha di kota itu, termasuk Alexander Morgans.Keduanya masih saling berpelukan hingga Diana tak lagi memukuli tubuh kekasihnya. Alex yang selalu terbuai dengan tubuh langsing dan sensual wanita itu perlahan menggendong Diana dan membawanya ke ranjang. Sebuah adegan percintaan yang telah mereka jalani selama 20 tahun pada akhirnya membuat Diana tak lagi mengingat perlakuan kasar Alex. Keduanya kini tengah menjajaki tangga kenikmatan sesaat yang pada akhirnya hanya akan menimbulkan luka bagi keduanya."Kapan kau akan menceraikannya, Sayang? Aku benci melihat wanita itu saat berada di dekatmu."Pergumulan panas itu berakhir dengan tubuh polos keduanya yang terbaring santai di ranjang. Kepala Diana bertengger manja di atas dada bidang Alex, seakan pria itu adalah miliknya seorang."Mungkin setelah pemilihan Gubernur usai," sahut Alex yang hanya ingin membuat kekasihnya senang."Kau janji?"Wajah wanita itu menatap manja wajah sang kekasih, dan Alex hanya memberi anggukan serta senyum tipis dari bibirnya.*HEAD LINE NEWS”CEO MORGANS GROUP SEKALIGUS CALON TERKUAT GUBERNUR KOTA INI TERTANGKAP KAMERA MENGABAIKAN ISTERINYA YANG TERJATUH KE DALAM KOLAM DAN LEBIH MEMILIH MENYELAMATKAN SEORANG AKTRIS YANG SERING DIRUMORKAN MENJALIN KASIH DENGANNYA. APA MEREKA BENAR-BENAR MEMILIKI HUBUNGAN KHUSUS?”Pukul enam pagi berita tentang peristiwa semalam sudah bertengger di sosial media. Berita itu menjadi Headline News pagi ini, dan sudah dikomentari oleh ribuan netizen."Brengsek!"Laura melempar ponselnya ke lantai. Ia sudah memprediksi berita apa yang akan ditulis oleh para reporter di pesta keluarga Tompson, namun tetap saja itu membuatnya kesal. Alih-alih bangkit dari ranjangnya, Laura justeru menutupi kepalanya dengan selimut dan kembali tidur."Lolly, kau belum bangun, Nak? Bukankah kau ada kuliah pagi ini?"Ketukan di pintu kamar tak digubris Laura. Ia masih kesal saat mengingat berita yang beredar. Dan di kampus, gadis itu pasti menjadi pusat perhatian karena ayah dan ibunya kembali menjadi trending topik."Lolly, kau sakit?"Akhirnya Alexa masuk ke dalam kamar putrinya. Melihat Laura yang masih membungkus tubuhnya dengan selimut membuat Alexa mengira kalau putrinya sakit."Ya, Tuhan.. mengapa ponselmu tergeletak di lantai? Kau melemparnya?""Ya! Aku benci melihat berita papa dengan si jalang itu!"Laura menyibak wajahnya dari dalam selimut kemudian menutupnya kembali."Laura jaga mulutmu! Jangan berkata kasar seperti itu, Sayang. Mommy tak pernah mengajarimu berkata tak sopan.""Dia memang wanita jalang, Mom. Semalam dia pasti sengaja ingin mempermalukanmu di pesta tuan Tompson. Dia tahu papa pasti lebih memilih menyelamatkan--Ocehan Laura terhenti setelah ia sadar kalau ucapannya bisa menyakiti hati sang ibu. Ada atau tak ada cinta di hati Alexa, namun menjadi orang yang tak diprioritaskan oleh laki-laki yang berstatus sebagai suaminya adalah sebuah penghinaan besar bagi seorang wanita. Alexa mungkin tak peduli jika saat itu yang terjatuh hanya Diana, namun disaat ia dan Diana harus terjatuh bersama dan Alex memilih untuk menyelamatkan wanita itu, ada segores luka yang tak ia sadari sebelumnya."Papamu hanya menyelamatkan orang yang memang harus diselamatkan, Lolly. Papamu tahu mommy pandai berenang, jadi dia menyelamatkan nona Diana lebih dulu karena wanita itu tak bisa berenang."Laura sangat benci saat Alexa menutupi kebrengsekan ayahnya. Dulu ia akan berpura-pura percaya dengan ucapan ibunya, namun kini setelah melihat sendiri sikap sang ayah, Laura tak mau lagi percaya dengan kata-kata ibunya yang selalu membela sang ayah."Kau terlalu baik, Mom. Pantas saja papa selalu berlaku semena-mena padamu."Laura membuang wajahnya, tak ingin menatap wajah Alexa yang baru saja membuatnya kesal. Pembelaan wanita itu terhadap Alex membuat Laura geram."Bukankah kita memang diminta untuk menjadi orang baik oleh Tuhan? Tuhan tidak suka dengan orang jahat, Laura."Meski berisi petuah, namun suara itu terdengar getir. Alexa tengah menyembunyikan luka di hatinya yang telah bertahun-tahun mengakar. Jika bukan karena kehadiran Laura di dalam perutnya, ia pasti sudah angkat kaki dan melarikan diri dari keluarga Morgans sejak dulu. Namun perempuan itu sadar, tak mudah merawat seorang anak tanpa memiliki apapun. Kala itu ia tak mungkin kembali ke rumah kakeknya, dan pada akhirnya Alexa memantapkan diri untuk tetap bertahan di dalma keluarga yang tak pernah menghargai dan menganggapnya."Mom..""Hem?""Mengapa kalian tak bercerai saja?"***"Alex! Berita apa ini!"Jemima melempar ponselnya di sofa kamar sang putera. Alex yang masih sibuk memakai dasi belum tahu apa yang membuat ibunya murka."Berita apa, Mom? Aku belum membuka ponselku sejak semalam." Pria itu masih menjawab santai."Hhh.. tentu saja kau melupakan ponselmu, semalam kau pasti habis bersenang-senang dengan perempuan jalang itu, kan?""Mom!""Jangan berteriak di depanku, Alex! Kau tak bisa menyembunyikan apapun dariku. Dan berita pagi ini pun karena kebodohanmu yang tergila-gila pada wanita brengsek itu!"Alex terdiam, bukan karena ia tak mampu melawan ibunya. Jemima akan terus menghina Diana jika ia terus membela wanita itu. "Cepat turun, kita harus membuat rencana agar berita yang sudah beredar tak membuat elektabilitasmu menurun."Jemima membanting pintu dengan kasar, meninggalkan putranya sendiri yang belum selesai memasang dasi di lehernya.10 menit kemudian Alex turun menuju meja makan. Seperti biasanya, Alexa dan satu pelayan yang bertugas menyiapka
'Kembalikan senyum ibuku, Papa..'Sekilas Alex mengingat perkataan Laura saat mereka bertengkar semalam."Hhh.. oke. Aku harus ke kantor sekarang. Kau bersiap-siap saja menggunakan kelihaianmu dalam bersandiwara."Alex membuang wajahnya dan beranjak keluar. Pria itu takut jika terlalu lama berinteraksi dengan Alexa dan tak mau lepas menatap wanita itu."Alex..""Hem?"Pria itu menoleh pada sang istri."Mengapa-- kau tak menceraikan aku? Kau bisa membina rumah tangga bersama wanita yang kau cintai jika kita berpisah."Entah apa yang membuat Alexa bertanya demikian. Pertanyaan itu tercetus begitu saja dari mulutnya.Alex yang tadinya sempat termenung mendengar pertanyaan spontan istrinya, melangkah perlahan mendekat pada wanita itu, "karena aku masih membutuhkanmu untuk berada di sisiku, Alexa.."Wajah pria itu hanya berjarak beberapa centimeter dari wajah Alexa. Kemudian ia kembali menjauh dan keluar dari kamar sang istri."Dasar brengsek!" decak Alexa.Alex berjalan terburu dengan waj
"Alexa, pergilah ke kantor suamimu dan bawakan dia makan siang."Jemima menghampiri menantunya yang tengah memotong ranting pepohonan di kebun. Setelah kematian Philips Morgans, wanita itu yang setiap hari mengurus bunga dan pohon-pohon milik kakek mertuanya. Kegiatan ini menjadi salah satu cara Alexa mengisi waktu luangnya.Alexa menghentikan kegiatannya pada ranting bunga Lily. Perintah sang ibu mertua terdengar aneh di telinganya. Selama ini Jemima tak pernah menyuruhnya mengantar makan siang, apalagi ke kantor Alex. Alexa memang pernah beberapa kali mengunjungi kantor suaminya, itupun lagi-lagi hanya untuk konsumsi publik yang menobatkan pasangan itu sebagai pasangan termanis karena paras Alex dan Alexa yang tampan juga cantik di usia matang mereka. Publik juga menyebut keduanya sebagai 'Couple A' karena namanya yang mirip."Kau mengundang reporter ke kantor Alex, Mom?" tebak Alexa yang curiga dengan ibu mertuanya."Tidak. Aku hanya minta beberapa reporter menyebarkan fotomu saat
Cup..Alexa terkejut dengan kecupan singkat yang diberikan suaminya, namun karena kamera sedang 'on' ia langsung memberikan senyum manjanya pada pria itu."Trimakasih, kau membuatku ingin memakanmu, Sayang.."Ucapan frontal Alex sontak membuat para pemegang kamera tersenyum dan salah tingkah sendiri, begitupun dengan Alexa yang merasa Alex terlalu menghayati perannya."Kemarilah!""Alex!"Alex tak peduli dengan penolakan istrinya. Pria itu tetap memangku Alexa di atas pahanya dan memberi suapan pertama ke mulut wanita itu.Alex, aku--"Buka mulutmu, Sayang.."Alexa yang pada awalnya ragu terpaksa harus mengikuti keinginan suaminya. Ia merasa itu adalah salah satu adegan mesra yang harus dipertontonkan pada publik."Wah.. kalian memang pasangan yang sangat manis. Aku yakin setelah melihat video ini publik akan lupa pada berita pagi tadi, Tuan Morgans."Salah seorang yang merekam moment itu merasa jika Alex dan Alexa adalah pasangan yang memang saling mencintai. Akting keduanya sangat n
"Nyonya Alexa, boleh saya masuk?""Masuklah, Ara."Saat hanya berdua saja, Alexa terkadang tak ingin terlalu formal dengan asistennya. Perempuan itu membutuhkan seorang teman, dan Arabella lah orangnya. Di depan gadis berusia 30 tahun itu Alexa bisa lebih rileks dan tak canggung. Kadang dirinya merasa lelah dengan kekakuan hidupnya sebagai nyonya muda di keluarga Morgans."Maaf mengganggu Anda, Nyonya, saya hanya ingin memberi tahu kalau tim sudah mulai menyebar foto-foto Anda di beberapa fan base yang kita buat. Anda bisa melihatnya."Arabella menyerahkan ipad yang sejak tadi ia pegang pada Alexa."Ara.. duduklah.." Alexa menepuk ranjang di sampingnya."Oh, tidak, Nyonya. Saya tidak berani. Biar saya berdiri saja.""Ini kamarku, Ara, tak akan ada yang melihatnya. Aku tak suka kau berdiri disana saat kita berbicara, setidaknya jika kita hanya berdua."Suara lembut Alexa membuat kekakuan Arabella sedikit mencair. Ia tahu, nyonya mudanya hanya ingin bersikap akrab dan bersahabat. Meski
"Apa selama ini kau bahagia, Mom?"Sebuah pertanyaan dari mulut Laura membuat Alexa terhenyak.Bahagia? Ya.. sepertinya sudah sangat lama Alexa tak mengenal kata itu. Selama 20 tahun terakhir apa dirinya pernah bahagia? Jawabannya mungkin pernah, hanya pada saat ia melahirkan putri kecilnya 19 tahun yang lalu. Laura adalah satu-satunya kebahagiaan yang Alexa rasakan setelah masuk ke dalam keluarga Morgans, selebihnya? Tak ada."Aku bahagia, Lolly. Aku bahagia sejak aku memiliki putri cantik seperti dirimu. Kau adalah kebahagiaanku, Dear..""Kalau begitu hidup saja berdua denganku. Kalau hanya aku sumber kebahagiaanmu, kita pergi dari rumah ini dan hidup berdua. Aku sudah dewasa, Mom. Kau jangan takut akan membuat hidupku kesulitan. Aku yakin kita bisa bahagia jika berdua saja."Alexa hanya bisa termangu tanpa kata. Gadis dihadapannya bukan lagi gadis kecil yang mudah ia bohongi. Laura sudah bisa melihat sendiri bagaimana ajaibnya hubungan ayah serta ibunya. "Apa kau sangat tersiksa t
"Mari kita bercerai.."Kata itu yang ditunggu Alex setelah mendengar Alexa meminta sebuah kompensasi. Pria itu sudah curiga dengan gelagat sang istri."Ooh.. ternyata benar dugaanku. Kau yakin ingin bercerai dariku, Alexa? Kau lupa jika saham yang kakek berikan otomatis akan kembali pada keluarga Morgans jika kita bercerai, hm?"Alex bicara hanya berjarak beberapa centimeter dari wajah Alexa. Wanita itu pun dapat menyidu aroma mint yang keluar dari mulut suaminya."Ya, aku ingat. Maka dari itu aku minta kompensasi darimu, Alex. Aku dan Laura butuh tempat tinggal jika kita bercerai. Aku tak akan menuntut lebih, silakan ambil saham yang kakek berikan padaku, aku tak membutuhkannya."Wajah Alex menguar rasa tak percaya, pasalnya ia tak pernah berpikir jika Alexa akan berani meminta perceraian. Perempuan itu tak memiliki siapapun di dunia ini, kecuali putrinya."Akan kupikirkan," cetus Alex kemudian hendak kembali ke kursi kebesarannya."Pikirkan sekarang. Aku tak mau ikut dalam acara tal
"Baik, aku akan menyerahkan villa itu untukmu, Alexa. Tapi dengan satu syarat..""Syarat?" Kening Alexa mengerut. "He em," sahut Alex."Syaratmu pasti sesuatu yang aneh. Aku tak mau. Kau pikirkan saja permintaanku, dan sebelum acara talk show dimulai kau harus sudah memberi jawabannya padaku, Alex."Alex mulai geram dengan tingkah sang istri yang mencoba menekannya. Pria itu berlari menuju pintu ruang kerjanya dan menarik tangan Alexa serta membenturkan tubuh perempuan itu ke tembok."Aku tak suka didikte, Alexa. Aku yang harus mengendalikanmu, bukan kau yang mengendalikanku, hm? Jadi jangan coba mengancamku," ucap Alex dengan seringai tajam dari bibirnya.Alexa tak bisa melepas tubuhnya yang dihimpit pria itu ke tembok, sekuat apapun ia memberontak tubuhnya tetap saja bergeming karena tenaga Alex sangat kuat. Semakin ia coba melawan tubuhnya justeru hanya merasakan perih karena Alex pun semakin kuat menghimpitnya."Terserah. Disini aku yang menawarkan negosiasi padamu, jadi kau tak