Share

Chapter 7

"Kau dimana?”

(”Aku di apartementku, Sayang..”)

”Diam disana! Aku akan datang!”

Alex memasukkan gawainya ke dalam saku dan bergegas keluar dari mansion mewahnya. Wajah dingin pria itu tak dapat ditebak, aura seorang yang kejam dan tak berperasaan terkadang sangat terlihat saat pria itu tengah memendam kemarahan.

BMW X7 miliknya memasuki basement apartement mewah yang biasa dihuni para aktris terkenal dan pengusaha. Pria itu mematikan mesin mobilnya dan berlalu masuk ke dalam private lift menuju unit yang ditinggali Diana.

Alex memiliki kartu akses untuk masuk ke dalam apartement wanita itu, sebuah unit termewah yang dihadiahkan pria itu pada sang kekasih. Terletak di lantai paling atas, Alex sengaja memberikannya pada Diana karena di lantai itu hanya terdapat satu unit saja. Semua dilakukan agar tak ada yang bisa melihatnya disana saat ia mengunjungi Diana. Lift yang mengantarnya ke unit tersebut pun hanya bisa diakses olehnya dan petugas keamanan apartement.

"Sayang, aku--

"Apa yang kau rencanakan tadi, hah? Kau ingin mencelakai Alexa?"

Bukannya menyambut pelukan yang dilayangkan Diana, Alex justeru menggunakan tangan kekarnya untuk mencengkram dagu wanita itu. Sorot matanya menyiratkan sebuah emosi pada kekasihnya itu.

"Alex.. kau salah paham. Aku-- lepaskan tanganmu dari wajahku, Alex. Kau menyakitiku!" pinta Diana yang merasakan perih di bagian pipinya karena Alex mencengkram dengan cukup keras.

Pria itu melepas tangannya setelah Diana terlihat meringis. Sepertinya wanita itu tak main-main, warna kemerahan terlihat jelas di bagian pipi dan rahangnya akibat cengkraman tangan kekar Alexander Morgans.

"Kau gila! Disini aku adalah korban, mengapa kau malah menuduhku sebagai seorang pelaku!"

Diana masih mengelak, namun senyum seringai di wajah Alex membuat wanita itu ketakutan. Ia tahu bagaimana kejamnya pria itu saat murka.

"Jangan bermain-main denganku, Diana. Kau memang wanita bodoh yang tak pernah memikirkan dampak dari apa yang kau perbuat. Kecerobohanmu itu bisa berakibat fatal pada karierku! Dan kau membuat Alexa hampir tenggelam."

"Hhh.. jadi kau kesini hanya untuk pamer bahwa kau adalah suami yang baik, Alex? Aku justeru berharap wanita jalang itu mati tenggelam!"

Plakkk...

Tangan Alex spontan menampar pipi kekasihnya. Entah apa yang ia pikirkan, mendengar Diana menghina Alexa darahnya seketika mendidih.

"Kau-- kau memukulku?" Mata Diana membola.

"Diana-- aku-- maaf.. aku tak sengaja."

Raut bersalah terpampang jelas dari wajah Alex. Ia memang tak sengaja memukul wajah kekasihnya. Hari ini ia sudah memukul dua perempuan sekaligus. Meski selalu bersikap acuh pada Laura, namun hati kecilnya terkadang merasa kasihan pada gadis itu dan rasa sayang pun terbesit di benaknya. Laura dan Diana, Alex sudah mendaratkan tangannya di pipi dua wanita yang ia sayangi.

"Pergi kau! Aku benci padamu, Alex! Kau pria brengsek!"

Diana terus saja memukuli tubuh kekasihnya dengan membabi buta.

"Maafkan aku, aku benar-benar tak sengaja."

Alex memeluk tubuh Diana untuk meredakan serangannya. Menjalin hubungan selama lebih dari 20 tahun membuat keduanya merasa saling membutuhkan. Diana dengan rela menjadi wanita simpanan pria itu selama bertahun-tahun karena rasa cintanya yang besar. Wanita itu bahkan rela menjadi perempuan lajang di usia yang harusnya sudah menikmati indahnya sebuah mahligai rumah tangga. Tak mudah menjadi dirinya, apalagi dengan rumor yang beberapa kali beredar jika ia adalah perempuan simpanan para pengusaha di kota itu, termasuk Alexander Morgans.

Keduanya masih saling berpelukan hingga Diana tak lagi memukuli tubuh kekasihnya. Alex yang selalu terbuai dengan tubuh langsing dan sensual wanita itu perlahan menggendong Diana dan membawanya ke ranjang. Sebuah adegan percintaan yang telah mereka jalani selama 20 tahun pada akhirnya membuat Diana tak lagi mengingat perlakuan kasar Alex. Keduanya kini tengah menjajaki tangga kenikmatan sesaat yang pada akhirnya hanya akan menimbulkan luka bagi keduanya.

"Kapan kau akan menceraikannya, Sayang? Aku benci melihat wanita itu saat berada di dekatmu."

Pergumulan panas itu berakhir dengan tubuh polos keduanya yang terbaring santai di ranjang. Kepala Diana bertengger manja di atas dada bidang Alex, seakan pria itu adalah miliknya seorang.

"Mungkin setelah pemilihan Gubernur usai," sahut Alex yang hanya ingin membuat kekasihnya senang.

"Kau janji?"

Wajah wanita itu menatap manja wajah sang kekasih, dan Alex hanya memberi anggukan serta senyum tipis dari bibirnya.

*

HEAD LINE NEWS

”CEO MORGANS GROUP SEKALIGUS CALON TERKUAT GUBERNUR KOTA INI TERTANGKAP KAMERA MENGABAIKAN ISTERINYA YANG TERJATUH KE DALAM KOLAM DAN LEBIH MEMILIH MENYELAMATKAN SEORANG AKTRIS YANG SERING DIRUMORKAN MENJALIN KASIH DENGANNYA. APA MEREKA BENAR-BENAR MEMILIKI HUBUNGAN KHUSUS?”

Pukul enam pagi berita tentang peristiwa semalam sudah bertengger di sosial media. Berita itu menjadi Headline News pagi ini, dan sudah dikomentari oleh ribuan netizen.

"Brengsek!"

Laura melempar ponselnya ke lantai. Ia sudah memprediksi berita apa yang akan ditulis oleh para reporter di pesta keluarga Tompson, namun tetap saja itu membuatnya kesal. Alih-alih bangkit dari ranjangnya, Laura justeru menutupi kepalanya dengan selimut dan kembali tidur.

"Lolly, kau belum bangun, Nak? Bukankah kau ada kuliah pagi ini?"

Ketukan di pintu kamar tak digubris Laura. Ia masih kesal saat mengingat berita yang beredar. Dan di kampus, gadis itu pasti menjadi pusat perhatian karena ayah dan ibunya kembali menjadi trending topik.

"Lolly, kau sakit?"

Akhirnya Alexa masuk ke dalam kamar putrinya. Melihat Laura yang masih membungkus tubuhnya dengan selimut membuat Alexa mengira kalau putrinya sakit.

"Ya, Tuhan.. mengapa ponselmu tergeletak di lantai? Kau melemparnya?"

"Ya! Aku benci melihat berita papa dengan si jalang itu!"

Laura menyibak wajahnya dari dalam selimut kemudian menutupnya kembali.

"Laura jaga mulutmu! Jangan berkata kasar seperti itu, Sayang. Mommy tak pernah mengajarimu berkata tak sopan."

"Dia memang wanita jalang, Mom. Semalam dia pasti sengaja ingin mempermalukanmu di pesta tuan Tompson. Dia tahu papa pasti lebih memilih menyelamatkan--

Ocehan Laura terhenti setelah ia sadar kalau ucapannya bisa menyakiti hati sang ibu. Ada atau tak ada cinta di hati Alexa, namun menjadi orang yang tak diprioritaskan oleh laki-laki yang berstatus sebagai suaminya adalah sebuah penghinaan besar bagi seorang wanita. Alexa mungkin tak peduli jika saat itu yang terjatuh hanya Diana, namun disaat ia dan Diana harus terjatuh bersama dan Alex memilih untuk menyelamatkan wanita itu, ada segores luka yang tak ia sadari sebelumnya.

"Papamu hanya menyelamatkan orang yang memang harus diselamatkan, Lolly. Papamu tahu mommy pandai berenang, jadi dia menyelamatkan nona Diana lebih dulu karena wanita itu tak bisa berenang."

Laura sangat benci saat Alexa menutupi kebrengsekan ayahnya. Dulu ia akan berpura-pura percaya dengan ucapan ibunya, namun kini setelah melihat sendiri sikap sang ayah, Laura tak mau lagi percaya dengan kata-kata ibunya yang selalu membela sang ayah.

"Kau terlalu baik, Mom. Pantas saja papa selalu berlaku semena-mena padamu."

Laura membuang wajahnya, tak ingin menatap wajah Alexa yang baru saja membuatnya kesal. Pembelaan wanita itu terhadap Alex membuat Laura geram.

"Bukankah kita memang diminta untuk menjadi orang baik oleh Tuhan? Tuhan tidak suka dengan orang jahat, Laura."

Meski berisi petuah, namun suara itu terdengar getir. Alexa tengah menyembunyikan luka di hatinya yang telah bertahun-tahun mengakar. Jika bukan karena kehadiran Laura di dalam perutnya, ia pasti sudah angkat kaki dan melarikan diri dari keluarga Morgans sejak dulu. Namun perempuan itu sadar, tak mudah merawat seorang anak tanpa memiliki apapun. Kala itu ia tak mungkin kembali ke rumah kakeknya, dan pada akhirnya Alexa memantapkan diri untuk tetap bertahan di dalma keluarga yang tak pernah menghargai dan menganggapnya.

"Mom.."

"Hem?"

"Mengapa kalian tak bercerai saja?"

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status