Share

Chapter 6

"Ceraikan ibuku dan berpisahlah dengannya!"

Dua iris mata biru laut itu saling menatap. Tatapan dingin yang Laura berikan pada manik sang ayah mampu membuat Alex membuang wajahnya lebih dulu. Alex tak kuasa menatap lamat iris mata yang sejatinya ia turunkan pada sang puteri.

"Jangan bicara omong kosong! Pergilah ke kamarmu dan--

"Ceraikan ibuku, Papa. Lepaskan dia dari neraka yang kau buat!" ucapnya lagi tak mengindahkan perintah ayahnya.

"Hhh.. neraka? Ibumu mendapat kemewahan disini, mana mungkin kau menyebutnya neraka?! Kau sudah keterlaluan dan semakin lancang, Laura! Aku perintahkan sekali lagi pergilah ke kamarmu!"

Emosi Alex mulai terpancing karena kekeras kepalaan Laura.

"Kau kira kemewahan ini bisa menggantikan harga diri mom? Aku tahu dan aku tak mau lagi berpura-pura bodoh saat mom bersikap semua baik-baik saja. Kalian berdua pasangan yang ajaib, rumah ini dipenuhi dengan sandiwara yang membuatku muak!"

Sentakan histeris keluar dari mulut Laura tanpa rasa takut. Rasa hormat pada sang ayah lenyap begitu saja setelah ia merasa pria itu mempermalukan ibunya.

"Kau kira mom tak tahu tentang perselingkuhanmu dengan jalang itu? Ibuku terus menutupi kebusukanmu agar citra seorang Alexander Morgans tetap baik di mata publik."

"LAURA MORGANS!"

"Jangan berteriak di depanku! Semua yang kukatakan adalah kenyataan, dan kau tak perlu menyangkalnya, Papa!"

Entah datang dari mana kekuatan dan keberanian Laura membentak ayahnya. Rasa sayangnya terhadap Alexa membuat dirinya tak lagi peduli tentang kesopanan, bahkan kini ia memperlihatkan sisi liarnya yang selama ini tak pernah ia tunjukkan kecuali saat bersama sahabatnya.

"Kau hanya anak ingusan yang tak mengerti apa-apa. Jadi diam saja dan jangan coba memancing emosiku!"

"Hh.. anak ingusan. Umurku sudah 19 tahun, mana ada anak ingusan setua aku, Papa. Jika kau tak mau menceraikan mom lebih dulu, aku akan minta mom yang menggugatmu. Mom sangat mencintaiku, aku yakin dia akan mengikuti kata-kataku."

Kesabaran Alex sepertinya masih terus diuji dengan sikap liar Laura, ia hanya bisa mengepalkan kedua tangannya di bawah meja dengan emosi yang tertahan. Saat di pesta tadi ia telah melayangkan satu tamparan ke pipi gadis itu, tak mungkin ia kembali memukul Laura. Meski selalu bersikap acuh, namun naluri seorang ayah kadang terbesit di hatinya saat Laura merengek atau mencari perhatian padanya.

"Lakukan apapun yang kau mau. Ibumu tak akan begitu saja mengikuti keinginan konyolmu, Laura."

Laura terdiam. Ia berharap apa yang dikatakan ayahnya tak terjadi. Gadis itu sudah sangat muak melihat ketidakadilan ayah dan juga neneknya pada sang ibu.

"Papa, aku tak tahu bagaimana mom 20 tahun yang lalu. Tapi aku yakin dulu beliau seorang wanita yang sering tersenyum. Jika kau tak ingin melepasnya, paling tidak kembalikan senyum ibuku yang hilang selama hidup bersamamu."

Laura meninggalkan ruang kerja ayahnya begitu saja, sedang Alex hanya bisa tertegun mendengar kalimat menohok dari mulut gadis itu. Satu sisi hatinya membenarkan kata-kata Laura, Alexa tak pernah tersenyum setelah masuk ke dalam keluarga Morgans, setidaknya saat keluarga itu duduk bersama. Alexa mulai tersenyum setelah melahirkan puterinya, itupun hanya pada Laura saja.

*

"Ada sesuatu yang terjadi pada keluarga itu, ternyata apa yang ditampilkan di depan publik tak sesuai dengan yang biasa kulihat di televisi."

Noah mengulas secarik senyum miris di sudut bibirnya. Tak sengaja mendengar pertengkaran diantara keluarga Morgans membuatnya sadar, apa yang dilihat di media selama ini ternyata hanya sebuah kamuflase belaka.

"Hhh.. ternyata mereka sama saja dengan keluargaku dan mungkin keluarga konglomerat lainnya," cetus pemuda itu seraya meloloskan t shirt ke dalam kepalanya.

"Tuan Noah, Tuan Gerard meminta Anda menemuinya di ruang kerja."

Suara seorang pelayan terdengar di balik pintu kamar Noah.

"Ya.. aku akan menemuinya."

"Ada apa Papa memanggilku? Apa ada hal penting yang ingin kau bicarakan?"

Noah, pemuda bermanik hazel dengan rambut kecoklatan masuk ke dalam ruang kerja ayahnya. Pemuda berusia 22 tahun itu sudah mengganti pakaiannya dengan t shirt berwarna putih dan celana santai sebelum seorang pelayan memanggilnya untuk segera ke ruang kerja Gerard.

"Hei, Sang Pahlawan Tampan. Aksimu sangat heroik, Noah. Besok kau pasti menjadi salah satu orang yang masuk dalam head line news di kota ini." Gerard membanggakan puteranya.

"Cih.. kukira kau memanggilku karena ada sesuatu yang penting. Nyonya Morgans akan tenggelam jika aku tak segera menolongnya tadi."

Noah tak mau menghiraukan ocehan sang ayah. Ia tak pernah suka dengan hiruk pikuk dunia entertainment, jadi tak ada yang spesial menurut pemuda itu jika memang nanti dirinya masuk ke dalam head line news besok pagi.

"Kau yakin hanya ingin menolong nyonya Morgans, Nak? Atau-- kau mulai tertarik pada puterinya?"

Gerard Tompson bertanya dengan nada menyelidik. Punggungnya dengan santai tertempel di sandaran kursi kebesarannya, namun manik mata hazel yang diturunkan pada Noah tampak menunggu jawaban sang putra.

"Apa kau mau menjodohkanku dengan Laura? Sepertinya kau sengaja menyuruhku untuk menemaninya tadi."

Noah adalah pemuda cerdas. Ia bisa membaca rencana sang ayah untuknya. Biasanya Noah akan membantah jika Gerard melakukan hal yang tak ia sukai, namun melihat kecantikan dan kepolosan Laura membuat pemuda itu tak merasa risih dengan niat ayahnya.

"Eeeem.. tergantung padamu, Noah. Papa tak mau memaksakan kehendak papa padamu. Tapi mungkin kau bisa mempertimbangkannya. Ayahnya adalah calon terkuat dalam pemilihan Gubernur di kota ini. Jika kau bisa mendapatkan putrinya, keluarga kita akan menjadi salah satu pengusaha terkuat di kota ini, Son.."

"Hem, nanti akan kupikirkan."

Pemuda itu keluar dari ruang kerja ayahnya dengan langkah terburu. Membicarakan soal bisnis yang sering dikaitkan dengan sebuah perjodohan membuat Noah muak. Meski pemuda itu tak bisa menampik ketertarikannya pada Laura, namun rencana sang ayah membuatnya mengurungkan niat untuk mendekati Laura.

*

Kau dimana?”

(”Aku di apartementku, Sayang..”)

”Diam disana! Aku akan datang!”

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status