"Minta es krim-nya dua ya!" Leo memesan dua buah es krim, rasa vanila untuknya dan satu lagi rasa cokelat kesukaan Elleana. Leo masih ingat sekali kalau Elleana penggemar nomor satu segala makanan dan minuman yang berbahan dasar cokelat. Entah sekarang Elleana masih menyukai cokelat atau tidak, tapi semoga saja kesukaan wanita itu belum berubah. "Ini dia, es krim cokelat kesukaanmu." Leo menyodorkan es krim cokelat itu pada Elleana. Elleana langsung mengambil es krim cokelat itu, tak lupa bergumam mengucapkan terima kasih. Senyum manis mengembang di wajah cantik Elleana. "Masih jadi cokelat lovers ternyata?" Elleana mengangguk semangat sambil asyik menjilat es krim cokelat miliknya seperti anak kecil. “Ternyata satu-satunya yang berubah hanya statusmu saja, ya.” Gumam Leo pelan, terdengar miris. Meskipun sangat pelan, tapi Elleana masih bisa mendengar gumaman itu samar-samar. Elleana pun mempercepat langkah kakinya, membuat Leo ikutan mengambil langkah lebar untuk menyamakan lang
Elleana meletakkan sepasang piyama berwarna biru gelap milik David di atas kasur. Elleana mendudukkan dirinya di atas ranjang menunggu David yang kini sedang mandi.Mereka berdua baru saja tiba di rumah, Elleana sudah mengganti pakaiannya yang basah kuyup dan kini giliran David.Kemudian David keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk yang melilit di pinggangnya dengan menampilkan bagian atas tubuhnya. Rambutnya yang basah membuat air menetes membasahi wajahnya. Sumpah demi apa pun, David terlihat sangat seksi.Elleana memejamkan mata, menggelengkan kepalanya. Elleana menepis pikiran kotornya itu.Elleana berdeham untuk mengusir kegugupannya. Ia melirik David takut-takut, rupanya pria itu tengah memperhatikannya intens. Berarti David memergoki Elleana yang memperhatikan tubuh atletisnya itu dong?!"A-aku sudah menyiapkan pakaian tidurmu. Kalau begitu aku pergi sekarang."Elleana beranjak dari duduknya di tepi tempat tidur lalu berjalan menuju pintu."Kau lupa?" Seru David menghenti
"Mom sudah nggak sabar lagi deh buat gendong cucu dari kalian." Seru Mom Samantha tiba-tiba, entah sejak kapan wanita setengah abad yang masih enerjik itu berdiri di samping Elleana.Elleana mengulum senyumnya, dia yakin pasti wajahnya memerah bak kepiting rebus karena perkataan Mom Samantha. Elleana memilih diam saja sambil fokus mengupas buah apel merah untuk cemilan ibu mertuanya itu."Kalian jangan jangan menunda punya momongan ya, Mom mau secepatnya." Seru Mom Samantha lagi dengan senyum lebar seraya mencubit pipi Elleana gemas seolah memang sengaja menggoda menantunya itu."Mom...," Rengek Elleana manja, tangannya menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. Elleana semakin menundukkan kepalanya saking malu.Mom Samantha berlalu dari dapur dengan senyum lebar lantaran puas sudah menggoda menantunya.**"Kopi ini di antar ke meja nomor berapa?" Tanya Elleana sambil menata secangkir latte di atas nampan.Setelah selesai mengurus semua keperluan rumah dan mengatur makan siang ju
21++ ke atas yaa!!______“Ah….ah….ah….,”Davis menggerakkan pinggulnya seirama dengan tempo yang cepat. Elleana ada di bawahnya menikmati setiap hujaman demi hujaman yang David berikan.David meremas buah dada Elleana kuat hingga bercak jarinya membekas jelas di sana. David semakin menggerakkan pinggulnya liar membuat desahan Elleana semakin menggila bahkan sesekali menjerit di sela-sela desahannya.Iya. Sebentar lagi. Dikit lagi mereka berdua mencapai puncak. Dan akhirnya....,“Ahh....,”“Ouhh....,”David dan Elleana mengerang bersamaan ketika mendapatkan pelepasannya. Elleana memeluk erat punggung tegak David yang basah dan lengket karena peluhnya.David mencium kening dan bibir Elleana singkat namun hangat. Napas keduanya terengah-engah, pertempuran siang hari yang luar biasa. David menjatuhkan tubuhnya tepat di samping Elleana. Matanya lurus menghadap langit-langit, kedua tangannya David gunakan sebagai bantalan untuk kepalanya.Elleana melirik David yang berbaring di sampingnya.
David menyalakan pemantik rokoknya lalu menghisapnya dan menghembuskan gumpalan asap itu kasar, berulang kali. Sebenarnya David bukan tipe cowok perokok, David akan merokok ketika ia sedang banyak pikiran saja. Semalaman David tidak bisa tidur hanya karena ucapan rindu Elleana untuk pria di masa lalunya itu selalu memenuhi kepala David. David sudah berusaha untuk tidur kok, tapi matanya itu tidak bisa diajak kompromi, malah terjaga karena pernyataan rindu Elleana selalu menggema di telinganya. Seperti sekarang, David memilih menenangkan diri sambil menyambut fajar di tepian laut sambil menghisap sebatang rokok. Saat matahari mulai semakin meninggi di ufuk timur dan rokoknya pun telah habis, David memutuskan kembali ke kamarnya. Pintu kamar terbuka, David langsung dihadapkan dengan Elleana yang tengah mengeringkan rambutnya. Pasti istrinya itu baru selesai mandi. Tanpa mengatakan apa pun, David melenggang gontai melewati Elleana begitu saja.
Elleana berjalan santai di tepi pantai. Setelah beberapa hari mendekam di dalam kamar sambil bergelut panas dengan David, akhirnya Elleana bisa juga keluar menghirup udara segar. Menikmati semilir angin pantai, senandung deburan ombak, juga burung-burung yang berkicau merdu. Elleana merentangkan tangannya sambil memejamkan matanya, menikmati keindahan pantai. Tiba-tiba lengan kekar melingkar posesif di perutnya yang tidak terbungkus pakaian. Elleana membuka matanya, ia melirik, ternyata si pemilik tangan kekar itu tak lain David. Padahal tadi pria mata hazel itu sedang tertidur nyenyak di kasurnya. "Kau pergi ke pantai sendirian tanpa memberitahuku? Apalagi dengan pakaian seperti ini?" Bisik David berat tepat di depan telinganya membuat Elleana merinding. "Kau sengaja? Huh? Lihatlah, semua pria di sini sedang menatapmu dengan tatapan laparnya. Aku tidak menyukainya." Bisik David lagi, masih dengan memeluk Elleana dari belakang. Elleana menelan salivanya kasar sambil menggeleng pel
Mobil sedan hitam yang membawa David beserta istri dan adik bungsunya itu baru saja berhenti sempurna di pelataran mansion Miller. Jet pribadi yang mereka tumpangi baru saja mendarat mulus di Manhattan lima belas menit lalu. David segera keluar dari mobil lebih dulu, kemudian ia melangkahkan kaki panjangnya gontai namun tegas memasuki mansion. Elleana dan Audrey juga mengikuti pria mata hazel itu dua meter tepat di belakangnya. Mom Samantha yang tengah duduk santai di ruang tamu sembari mengupas apel itu pun menoleh kala menyadari David memasuki rumah bersama menantu dan anak perempuannya. "Eh, kalian berdua kok sudah pulang sih? Bulan madu kalian itu kan seharusnya baru berakhir beberapa hari lagi." Tanya Mom Samantha dengan ekspresi kebingungan. Lengang. Baik David atau pun Elleana tidak ada yang menunjukkan tanda-tanda akan menjawab pertanyaan yang dilayangkan oleh Mom Samantha. "Kau juga, Audrey? Bagaimana kau bisa datang bersama kakakmu?" Tanya Mom Samantha lagi. Audrey yang
Elleana menuntun bahu David untuk duduk dan bersandar di kepala tempat tidur. Dengan perlahan, Elleana menaikkan kaki David ke tempat tidur dan melepaskan sepatunya. Kemudian, Elleana duduk di tepi tempat tidur, persis di samping David.Pria mata hazel itu mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Matanya memandang lurus ke depan, tak ingin menoleh sejenak pada Elleana yang ada di sampingnya.Elleana mendesah panjang. Ia menangkup rahang kokoh milik David dan membawa rahang itu agar saling menatap. Mata abu-abu Elleana mengunci mata hazel David.David berdecak sebal sambil melepaskan kasar tangan Elleana dari rahangnya. Dia membuang wajahnya ke sisi lain sambil mendengus kasar.Elleana merangkak naik dan duduk di pangkuan David, bibirnya menyeringai nakal. Elleana mendekatkan wajahnya ke ceruk leher David, mengendusnya, mengecupnya dan sesekali menjilatnya nakal. David menggeram rendah, permainan Elleana mampu membuat bagian tubuhnya menegang.Tangan Elleana membuka satu per satu kancing keme