Share

Bab 2 : Bertemu Mantan

#Istri_Gaib

Bab 2 : Bertemu Mantan

“Tim satu segera segera bersiap! Si Jago Merah sedang beraksi di Perumahan Pawan Asri,” ujar Pak Guntur, sang pimpinan.

Haikal yang saat itu sedang berbalas pesan dengan sang istri, segera mengakhiri chatnya. Ia memang terkenal pendiam dan suka menyendiri kalau sedang di kantor.

[Dek, Abang mau bertugas dulu. I love you.]

[I love you too. Hati-hati ya, Bang.]

Haikal tersenyum senang, lalu memasukkan ponsel ke saku celana. Kemudian bersiap dengan perlengkapan tempurnya, helm dan jas anti &air dan api.

 “Siap semuanya!” seru Pak Guntur lagi kepada tim satu yang anggotanya ada lima orang.

 

“Siap, Pak!” jawab Haikal dan empat teman lainnya.

“Tim dua dan tim tiga bersiap-siap juga, kalau ada panggilan darurat, kalian langsung meluncur ke lokasi. Tim satu, segera berangkat!” Pak Guntur memberi intruksi.

“Pantang pulang, sebelum padam!” seru Haikal serempak dengan empat orang temannya sambil menyatukan tangan mereka.

Haikal dan keempat temannya langsung berlari menuju mobil merah yang selalu menemanin mereka daalm melaksanakan tugas.

Lima belas menit kemudian, tim Haikal telah tiba di lokasi terjadinya kebakaran itu. Sebuah rumah mewah dengan dua lantai sedang dilalap si jago merah. Asap hitam mengepul dari tempat kejadian.

Tim satu langsung mengeluarkan senjatanya dan mulai menyemprotkan selang panjang ke arah rumah itu. Para warga yang berkerumun di situ langsung menepi. Seoarang wanita sedang menangis tersedu dengan beberapa ibu-ibu yang berusaha menenangkannya.

“Naya dan pengasuhnya masih di dalam sana, biarkan aku menyelamatkan mereka!” ratap wanita sang pemilik rumah dengan sambil meroonta-ronta.

“Tim, ada dua anak yang masih di dalam sana. Haikal dan Santo bersiaplah untuk masuk ke dalam, selamatkan mereka!” perintah Pak Guntur sambil berusaha menghubungi tim dua, sebab apinya begitu besar dan tak cukup kalau Cuma satu tim saja.

Dengan jas anti apinya, Haikal dan Santo masuk ke dalam kobaran api dan berusaha mengevakuasi dua korban yang masih terjebak di dalam sana.

Beberapa saat kemudian, Santo sudah berhasil keluar dari dalam rumah itu sambil memapah seorang wanita paruh baya, sang pengasuh di rumah mewah itu. Kemudian disusul Haikal yang menggendong seoarang bocah berumur empat tahun yang menangis dengan beberap luka bakar di sekitar tubuhnya.

“Naya!” Wanita dengan penampilan acak-acakan itu berlari menghampiri Haikal yang sedang menggaendong putrinya itu.

Wanita itu langsung memeluk Haikal. Semua mata langsung tertuju kepada pemandangan itu. Dua temannya saling pandang melihat keberuntungan sang teman yang mendapat pelukan gratis.

Semenit kemudian, wanita itu melepaskan pelukannya lalu meraih sang putri dan tersenyum tak enak ke arah Haikal sang petugas Damkar. Ia tak sengaja melakukan itu.

“Terima kasih ya, Kal,” ujar wanita itu sambil menggendong putrinya lalu menjauh.

Dua orang perawat langsung menghampiri wanita itu dan menuntunnya untuk masuk ke dalam mobil ambulans, kemudian melarikannya ke rumahs sakit.

Dengan wajah tanpa ekspresi, Haikal mendekat ke arah dua temannya dan mengambil alih untuk memegang selang besar itu.

“Hmmm ... kalau tahu bakal dapat pelukan dari si pemilik rumah yang cantik itu, mending aku aja yang nyelamati anaknya, hehee .... “ Goda Riko sambil menyikut Haikal yang berdiri di sampingnya.

Haikal yanga tersenyum tipis mendengar ledekan temannya.

“Apa kalian saling kenal, Kal?” timpal Zeki.

Haikal melengos, lalu menjawab, “Dia Ella, mantan yang ninggalin aku kawin.”

Sontak kedua temannya itu langsung terbahak, tapi segera menghentikan tawa saat mendengar deheman dari Pak Guntur.

“Yang serius! Jangan sampai apinya merambat ke rumah lainnya!” seru Pak Guntur sambil mengamati kerja tim satu.

“Siap, Pak!” jawab Haikal dan dua temannya serempak.

******

Dua jam kemudian, api sudah berhasil dipadamkan. Akan tetapi, keadaan rumah Ella sang mantan pacar dari Haikal itu sudah tinggal kerangka saja. Rumah mewah seharga 5 M yang membuat Ella meninggalkannya dulu hanya tinggal kenangan saja.

Dengan tubuh yang letih, Haikal kembali ke rumahnya. Sore sudah berganti malam saat ia memasuki rumah.

“Bang, udah pulang?” sambut Maura sambil berlari menghampir Haikal yang baru saja menutup kembali pintu.

“Iya, Dek, hari ini Abang capek banget,” jawab Haikal sambil duduk di sopa ruang tamu dan merangkul Maura yang duduk di sampingnya lalu mendaratkan ciuman di pipi mulus itu.

Maura tersenyum senang.

“Adek pijitin ya, Bang!” Maura langsung beranjak dari sopa dan memijit pundak sang suami.

Haikal memejamkan mata dan menikmati sensasi pijitan dari tangan lembut sang istri, ia sangat menyukainya.

‘Tok-tok’ terdengar suara ketukan dari depan pintu.

“Kal, ini ibu. Buka pintunya, Nak!” ucap Bu Ida dari depan pintu.

Haikal membuka mata dan meraih tangan sang istri, lalu berkata, “Ada Ibu, Dek, di luar. Abang buka pintu dulu.”

“Iya, Bang, Adek ke dapur dulu mau menyiapkan makan malam buat Abang,” jawab Maura dengan sambil tersenyum.

Haikal membuka pintu dan mendapati ibunya di depan sana.

“Kal, lama banget buka pintunya? Ini Ibu bawain kamu ikan bakar,” ujar Bu Ida sambil nyelonong masuk.

“Gak usah repot-repot, Bu, istriku udah masak kok,” jawab Haikal mengikuti langkah ibunya menuju dapur.

Bu Ida hanya melengos mendengar jawaban dari sang putra bungsu, ini bukan kali pertama tingkah anehnya itu.

Sesampainya di dapur, Haikal celingukan mencari keberadaan Maura, sang istri yang katanya tadi sedang menyiapkan makanan di dapur, tapi nyatanya di atas meja makan tak ada apa pun.

“Makan dulu, Kal! Ayo duduk sini!” ujar Bu Ida sambil meletakkan rantang yang dibawanya lalu memindahkannya ke dalam mangkok dan piring.

Dengan mengerutkan dahi, Haikal duduk di depan meja makan dan terpaksa memakan makanan yang dibawakan ibunya itu. Pikirannya masih tertuju kepada sang istri yang tak mau menampakkan diri di depan siapa pun.

Bersambung ....

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Septy
Haikal nggk tau kah klo istrinya ghaib?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status