#Istri_Gaib
Bab 49 : Satu Istri
Beberapa tahun kemudian.
“Sayang, cepatan ah! Lama amat dandannya, udah pukul 06.45 ini!” teriak Haikal dari arah ruang tamu, ia sudah bersiap dengan dinas berwarna orange yang dilapisi jaket kulit di luarnya.
Taklama kemudian, Nindi sudah keluar dari kamar dengan menggandeng Hana, gadis kecil berwajah cantik dengan rambut kuncir dua yang kini sedang duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar.
“Hana, Bang, yang bikin lama. Udah bangun kesiangan, pakai minta dikuncir dua pula,” ujar Nindi saat menghampiri suaminya yang terlihat kesal dengan mata melototi jam di pergelangan tangannya.
“Cepatan ah, Papa ada panggilan darurat pagi ini.” Haikal mencubit gemas pipi mulus putri sewata wayangnya itu.Ketiganya menuju teras. Nindi segera mengunci rumah lalu mendekati motor maticnya. Seperti biasa, Hana akan diantar Haikal pergi ke sekolah, sedang Nindi pakai motor sendiri.
“Sayang, hati-hati
#Istri_GaibBab 50 : Teman HanaHana memeluk papanya dari belakang, motor mulai melaju menuju arah rumah. Sepanjang jalan, pikirannya masih tertuju pada Meiry, teman yang sangat unik menurutnya. Ia berharap, besok-besok masih bisa bermain lagi bersamanya.Di tengah jalan, Haikal malah berpapasan dengan Nindi. Ia langsung menghentikan motor, dan menoleh ke arah sang istri yang ternyata juga menghentikan motornya.“Hana, kamu ke mana saja?” cecar Nindi dengan raut wajah lega, namun penasaran.“Main sama teman,” jawab Hana sambil menundukkan kepala.“Nin, kita lanjut bicara di rumah saja. Ayo pulang!” Haikal menatap Nindi dan memberi isyarat agar jangan mengintrogasi Hana dulu, tunggu sampai di rumah saja.Kedua suami istri itu mulai melajukan motornya menuju pulang. Taklama kemudian, mereka pun tiba di depan rumah dan langsung menggandeng Hana masuk.“Hana, cerita sama mama ... kamu
#Istri_GaibBab 51 : Rambut Merah“Ayo, masuk!” Haikal menggandeng tangan Hana untuk masuk ke rumah mertuanya, neneknya Hana.“Eh, cucunya Oma udah pulang sekolah,” sambut Bu Ratna, mamanya Nindi.Hana langsung melepaskan tangan Haikal dan mendekat ke arah omanya.“Ma, Haikal mau titip Hana, ya!” ujar Haikal sambil menyalami sang mertua.“Iya,” jawab Bu Ratna sambil memegang pundak cucunya yang sudah setinggi dadanya itu.Haikal pamit untuk kembali ke kantor. Bu Ratna dan Hana mengantar pria berjaket cokelat iu ke depan pintu.“Papa hati-hati!” ujar Hana sambil melambaikan tangan.Haikal yang sudah naik ke atas motornya, membalas lambaian tangan putri tunggalnya itu dan kemudian mulai memacu kendaraannya untuk kembali ke tempat kerjanya.Bu Ratna menggandeng Hana masuk, lalu membawanya ke kamar untuk berganti pakaian. Setelah itu, ia mengajak sang c
#Istri_GaibBab 52 : Ulah HanaHaikal membuka mata dan mengerjap beberapa kali. Kepalanya masih terasa sakit. Ia tersenyum tipis saat mendapati Nindi kini sedang memijat kepalanya.“Bang, kamu nggak apa-apa ‘kan?” tanya Nindi dengan raut cemas.“Iya, Sayang, nggak apa-apa kok, cuma masih pusing aja,” jawab Haikal lemas sambil menarik sang istri untuk berbaring di sampingnya.“Bandel sih, udah tahu capek ... masih aja ngeyel ngajak berhubungan.” Nindi mengusap pipi suaminya.“Bukannya gitu, Sayang! Namanya juga kangen, mau gimana lagi?” jawab Haikal sambil memeluk istrinya dan mendaratkan kecupan hangat di dahi.Haikal menghela napas. Akhir-akhir ini ia semakin sering berhalusinasi tentang Maura, bahkan memimpikannya. Ia tak tahu, apa gerangan yang sedang terjadi? Apakah Maura akan kembali ke kehidupannya dengan cara ini atau apa? Yang jelas, ia sudah merasa nyaman dan bahagia denga
#Istri_GaibBab 53 : Warna RambutSorenya, Nindi dan Haikal membawa Hana ke salon untuk mengembalikan rambutnya ke warna asal yaitu warna hitam."Mbak, tolong dihitamin rambut putri saya!" ujar Nindi kepada karyawan salon yang kini menyambut mereka dengan ramah.Karyawan salon itu mengangguk dan menggandeng Hana untuk duduk di kursi khusus pelanggan, sedang Haikal dan Nindi menunggu di kursi tunggu.Satu jam berlalu, karyawan salon menghampiri Haikal dan Nindi dengan raut cemas."Kenapa, Mbak?" tanya Nindi dengan perasaan yang mulai terasa tak enak."Maaf, Bu, kalau boleh tahu ... Pewarna jenis apa yang digunakan Hana?" tanya sang karyawan."Hmm ... Emangnya kenapa, Mbak?" Nindi bangkit dari kursi tunggu."Sepertinya ... Pewarna yang digunakan Hana itu permanent jadi warna rambutnya tidak bisa dikembalikan ke warna asal lagi.""Astaghfirullahal'adzim. Bagaimana ini, Bang?" Nindi menatap Haikal dengan kesal s
#Istri_GaibBab 54 : Pertemuan“Jadi ... aku harus bagaimana? Mamaku marah besar ... dan akibatnya ... aku nggak dibolehin melepas jilbab yang sebenarnya belum siap untuk kukenakan ini .... “ Hana cemberut sambil menunjuk jilbabnya yang ada di kepalanya.“Aku juga nggak tahu, Hana. Yang jelas, warna rambutmu takkan bisa berubah warna hitam lagi. Bukannya kamu suka rambut berwarna merah begitu?” Meiry mendekat dan mengintip rambut merah Hana dari balik jilbab putih itu.“Aku sih suka, tapi Mamaku nggak suka. Beberapa hari ini aku diomelin terus.” Hana merenung, ia sedih sekali akan nasib rambutnya.“Oh ... begitu ceritanya. Maafkan aku, ya, Hana!” Meiry memeluk Hana.Keduanya berpelukan. Meiry mengusap punggung temannya itu yang tinggi badan hampir sama dengannya itu.“Ya sudah, jangan sedih lagi.” Meiry mengusap punggung Hana.Hana melepaskan pelukann
#Istri_GaibBab 55 : Mimpi“Duduk sini, Meiry, Tante akan coba periksa matamu!” ujar Nindi sambil duduk di sopa ruang tengah dan melambai teman baru dari Hana untuk duduk di hadapannya.Hana menggandeng tangan Meiry untuk duduk di samping mamanya. Nindi mulai mengeluarkan senter kecil dari kotak obat untuk melihat apa yang terjadi pada mata teman baru dari putrinya itu.“Buka matanya!” perintah Nindi kepada Meiry.Dengan kesal, Meiry menuruti perintah Nindi walau sebenarnya ia tak menyukai hal ini. Nindi mengerutkan dahi dan tak melihat darah yang kata Hana tadi.“Mata Meiry nggak kenapa-kenapa kok, Hana,” ujar Nindi sambil menyimpan kembali perelatan periksanya.“Masa sih, Ma? Tadi Hana benaran lihat loh mata Meiry mengeluarkan darah.” Hana menggaruk kepalanya sambil menatap temannya itu.Taklama kemudian, Haikal juga muncul di ruang tengah dan duduk di samping istrinya yang kini s
#Istri_GaibBab 56 : KutukanHana keluar dari kamar dengan membawa mukena, lalu bergabung dengan papa dan mamanya yang sudah menunggu di ruang tengah yang berada di samping ruangan tv, yang sengaja mereka jadikan sebagai tempat ibadah.“Mana Meiry, Han? Kok nggak diajak ke sini?” tanya Nindi kepada sang putri yang sedang memakai mukenanya.“Meiry nggak mau diajak sholat, Ma, katanya dia belum bisa sholat,” jawab Hanna.“Ajak saja, biar belum bisa bacaan shalat, bisa ikuti gerakan kita kok,” jawab Nindi lagi.“Hana udah bilang gitu, tapi Meiry tetap tak mau,” jawab Hana lagi.“Yu sudah, biar Mama yang akan ajak dia untuk ikut kita sholat,” ujar Nindi dengan bersiap melangkah menuju kamar Hana.“Nindi, biar sajalah kalau Meiry tak mau ikut sholat. Nanti kamu ajari dia bacaan sholat dulu, sekarang kita mulai sholat saja, tak baik menunda waktu,” ujar Haikal de
#Istri_GaibBab 57 : Tak Bisa MakanMeiry melirik Hana dengan jengkel, padahal baru juga sebentar ia merasakan hangatnya pelukan sang Papa tapi saudara tirinya itu sudah nongol saja.“Kamu memang tamak, Hana, Papamu juga Papaku asal kamu tahu saja.”Meiry membatin dengan sambil menghapus air matanya.“Hmm ... Sayang, tadi Meiry sedih ... dia ingat kedua orangtuanya ... hmm ... jadi ... Papa hanya ... berusaha menghiburnya saja kok.” Haikal jadi gelagapan.“Jangan peluk-peluk Meiry lagi, Papa itu Cuma boleh meluk aku dan Mama aja! Ya sudah, ayo masuk, Pam Meiry, Mama ngajak sarapan itu!” ujar Hana dengan menggandeng tangan sang papa.Meiry menundukkan wajahnya dengan kemarahan yang berusaha ia tahan. Akan tetapi, kemarahannya langsung melunak saat sang Papa kini meraih tangannya dan mengajak untuk melangkah bersama. Hana melirik jengkel temannya berambut merah itu, ia cemburu karena tak ingin kasih say