Malam itu setelah selesai menidurkan Adara di kamar, Alea melihat Alec yang masuk ke ruang kerja pria itu. Ia pun masuk ke kamar untuk mengambil ponselnya dan langsung menghubungi Arsen. “Arsen?”
“Ya?”
“Apa besok kau akan menjemput Adara?”
“Kenapa?”
“B-bisakah aku saja yang mengantarnya ke rumah?”
Arsen tak langsung menjawab.
“A-aku juga ingin mengunjungi rumah.” Alea tahu Arsen sudah mencium niat yang ia sembunyikan. Dengan segera ia menolak prasangka tersebut sebelum Arsen mengatakan tidak. “Aku merindukan Mama. Kupikir hanya di rumahlah satu-satunya tempat aku bisa mengenang Mama.”
Arsen masih diam. “Kauyakin tidak menggunakan Mama untuk alasan yang lain?”
Pertanyaan Arsen menimbulkan rasa bersalah di dadanya. Tetapi Mamanya pasti mengerti, bahwa Arza adalah satu-satunya orang yang ia butuhkan saat ini.
Jam sembilan lebih, Arza tak juga muncul. Keresahan yang menggelayuti wajah Alea membuat Arsen menghentikan tindakan konyol adiknya tersebut dengan cara yang kasar. Arsen menyeret Alea keluar untuk masuk ke dalam mobil yang akan membawa adiknya kembali pulang.“Lepaskan aku, Arsen!” Alea meronta, berpegangan pada pinggiran pintu dengan satu tangan.Arsen hanya berdecak sekali, melepaskan pegangan Alea hanya dalam sekali tarikan yang keras dan melanjutkan membawa Alea masuk ke dalam mobil yang sudah dibuka oleh sopir.“Kau benar-benar keterlaluan, Arsen. Aku tak akan pulang sebelum bertemu dengan Arza!”“Tak ada jalan keluar bagimu selain menjadi istri yang baik untuk Cage, Alea.” Arsen menundukkan kepala Alea dan mendorong tubuh mungil itu ke dalam mobil. Tubuh Alea terhempas di jok belakang dengan tanpa daya walaupun kedongkolan menggelapi raut muka wanita itu. “Cage tak akan suka dan entah apa yang akan di
Alec mengerutkan kening ketika membuka foto-foto yang dikirim salah satu pengawal yang ia tugaskan untuk mengawasi Alea masuk ke ponselnya. Melihat Arza dan Alea yang berpelukan di depan salah satu klub malam. Itu lokasi yang tertulis di sana. Dan foto itu diambil satu menit sebelumnya. Sudah jam sepuluh malam, tapi istrinya itu masih berkeliaran di luar sana. Saat Alec melihat wajah Arsen, Karen, dan Alea, semua pasti tak akan menyangkal hubungan darah yang dimiliki ketiga bersaudara tersebut. Berbeda ketika dengan Arza. Meski pria itu memiliki ketampanan di atas rata-rata, karakter wajah yang dimiliki Arza berbeda dengan ketiga saudaranya yang lain. Begitu pun dengan kedua orang tua mereka. Bukan hal yang tak mungkin Arza anak di luar pernikahan atau anak angkat? Melihat biografi dan pernah mengenal Mahendra senior, kemungkinan Arza anak di luar pernikahan bisa ia sisihkan sejenak. “Roy, cari informasi tentang ketiga saudara istriku. Sedetail mungkin. Terut
Alec terkekeh. Lebih keras. “Kenapa tubuhmu tiba-tiba menjadi kaku, Alea?” “A-aku tidak tahu apa yang kau pikirkan, Alec.” Alea berharap suaranya tak terdengar seperti sebuah cicitan. “Aku tidak memikirkan apa pun? Kenapa kau harus takut apa yang kupikirkan?” “Dari mana kau mendengar kabar itu?” “Bukan itu yang terpenting. Dan gosip itu juga tidak penting. Jangan membuang pikiranmu untuk hal semacam itu. Kau tahu aku memercayaimu, kan?” Alea tak tahu harus merasa lega atau tidak dengan kepercayaan yang diberikan Alec. Nyatanya ia mengkhianati kepercayaan itu dan masih memberikan hatinya untuk Arza. “Aku memberikanmu segalanya. Pernikahan, perasaanku, dan memenuhi semua kebutuhanmu. Bahkan aku menanggung beban keluargamu. Aku tahu kau bukan istri yang tidak tahu terima kasih. Jadi kau tidak mungkin mengkhianatiku.” “K-kenapa?” Alea benar-benar kehilangan suaranya. Bongkahan berat menyumpal tenggorokannya. “Kenapa apa?” A
Malamnya, Alea menyambut Alec yang muncul di pintu kamar dengan gugup. Berharap wajahnya tidak terlihat janggal meski berkali-kali ia sudah memastikannya di depan cermin. Raut lelah dan letih pria itu menunjukkan seberapa banyak urusan kantor yang menyita perhatian Alec. Ia sedikit bersyukur, kesibukan Alec membuatnya memiliki waktu lebih banyak untuk dirinya sendiri.Alec terhenti sejenak. Matanya menyipit sedikit penuh selidik ke arah Alea. Wanita itu berdiri di tengah kamar, dengan jubah tidur yang dibelikannya kemarin. Rambut tersisir rapi dan wajah yang dipoles tipis. Membuatnya ingin segera membawa wanita itu ke ranjang.Tapi ia tak akan melakukannya, sekarang. Ia tahu tujuan wanita itu menyambut kedatangannya dengan penampilan menggoda tersebut. Ia tahu Alea sudah tahu bahwa ia tahu rahasia istrinya. Tak menduga Alea akan menggunakan cara ini untuk mencairkan kemarahannya.Alea berjalan mendekat, mengambil jas dan tas dari Alec dan bertanya apakah ia haru
“Apa hari ini kau ada kegiatan yang ingin kaulakukan?” tanya Alec pagi itu di meja makan sebelum berangkat ke kantor.Alea berhenti mengunyah, wajahnya terangkat sedikit ke arah Alec lalu menggeleng dengan ragu. Sebelum ini, ia selalu punya kegiatan tak penting di luar rumah sebagai dalihnya untuk bertemu dengan Arza. Tetapi setelah tahu Alec mengawasinya dan Arza, tentu saja itu bukan pilihan yang bijak. Mungkin ia hanya bisa menghubungi Arza lewat sambungan telpon, untuk memperingatkan pria itu agar berhati-hati.Alec mengangkat salah satu alisnya, dengan seringai di ujung bibir. “Apa karena kau tahu aku mengawasimu dan kakak angkatmu itu?”Alea tak menjawab, wanita itu hanya menunduk menatap makanan di piringnya yang masih tersisa setengah.“Pilihan yang bagus, Alea.” Alec menandaskan kopinya kemudian berdiri dan membungkuk untuk mencium bibir Alea. “Kau masih bebas bersenang-senang di luar sana. Jangan buat ak
Setelah melihat mobil Alec keluar dari gerbang, Alea bergegas ke lantai satu. Meminjam ponsel salah satu pelayan untuk menghubungi Arza. Dan sepertinya Arza memang sengaja menghindari panggilannya. Nomor asing pelayan Alec diangkat di deringan kedua.“Arza?”Mengenali suara Alea yang langsung mendesak telinganya, Arza terdiam.“Jangan ditutup! Kau tahu aku tak akan berhenti sebelum kita bicara,” larang Alea sekaligus mengancam. Merengek dan memaksa.Arza terdengar menghela napas.“Panggilan ini aman. Setelah melihat mobil Alec keluar dari gerbang, Alea bergegas ke lantai satu. Meminjam ponsel salah satu pelayan untuk menghubungi Arza. Dan sepertinya Arza memang Aku meminjam salah satu ponsel pelayan. Alec tak mungkin menyadapnya seperti yang dilakukannya pada ponselku.”“Ada apa, Alea? Kau tahu ini tidak benar.” Suara Arza melirih. Tak henti-hentinya mendesah pelan dengan kekeras kepalaan
Seorang pelayan mendekat dan menyerahkan jubah satin berwarna krem kepadanya ketika Alea keluar dari ruang makan. Kedua tangannya memeluk tubuh untuk menutupi dadanya yang terbuka dengan pakaiannya yang robek. Berharap tak ada robekan lain selain di bagian depan.Meski Alec tak membiarkan para pelatan melihat ketika pria itu menyetubuhinya seperti hewan di ruang makan, Alea yakin para pelayan itu tahu ayang mereka lakukan di dalam sana. Dan berpura-pura tak tahu adalah satu-satunya pilihan yang mereka miliki.Alea mengambil jubah satin itu, mengenakannya untuk menutupi pakaiannya yang tak tertolong. Setidaknya penampilannya harus terlihats sopan dalam perjalanannya menuju kamar. Ya, kamar Alec. Ia tak ingin ke atas, tapi seluruh jenis kamar di ruangan ini sudah dikunci. Tujuan mutlak hanya di sana.Alec tak ada di kamar, membuat Alea sedikit bisa bernapas. Ia langsung menuju kamar mandi, membersihkan diri, sebersih mungkin hingga tubuhnya bersih dari segala maca
Pagi Alea yang tak pernah terasa baik sejak Alec datang tiba-tiba di hidupnya, hari ini semakin buruk oleh serangan muntah yang tiada henti-hentinya sejak bangun dari tidur.“Apa yang kaulakukan?” tanya Alea melihat salah satu pelayan yang berusaha menjauh seraya mengeluarkan ponsel di saku. Menekan beberapa tombol dan menempelkan di telinga tepat ketika Alea menoleh dan merasa mualnya sudah berhenti. Untuk sesi ini, dan biasanya akan muncul tak lama lagi.Alea berdiri dengan bantuan pelayan yang lain dan duduk di atas toilet.“Jangan hubungi suamiku. Dan jangan beritahu apa pun tentang ini.” Alea mengusap bibirnya dengan punggung lengan.“T-tapi, Nyonya. Anda terlihat butuh ...”“Aku tidak butuh apa pun.” Apalagi Alec, lanjut Alea dalam hati.“Anda harus ke rumah sakit.”Alea terdiam. Rumah sakit? Apakah ia bisa pergi ke rumah sakit dengan menggunakan keadaannya ini? Pergi k