Share

7. Perasaan Aneh yang Timbul

James mengambil foto yang disodorkan padanya, matanya memicing, urat sarafnya menegang seketika.

"Lihat ini, dia pikir kami bodoh, dia mengatakan bahwa itu orang asing yang hanya bertanya jalan, tetapi apakah orang asing akan berbincang seperti itu? Dia jelas berselingkuh." Riley dengan semangat berbicara.

Rieta berseru dengan senang. "Julia, ini akan menjadi akhirmu, kau terus berpura-pura menjadi orang baik tetapi kau tidak lebih dari seorang jalang. Kakakku bekerja keras tetapi kamu pergi bertemu pria lain."

Rahang James terkatup rapat, dia memegang erat foto di tangannya. "Hanya sebuah foto, aku juga sering minum dengan klien entah itu wanita atau pria."

Riley menatap putranya dengan tidak percaya, dia sengaja meminta seseorang untuk membuntuti Julia dan kebetulan Julia bertemu seorang pria, dia senang fotografer itu mengambil fotonya dan dia menjadikan ini sebagai bukti kepada putranya, dia ingin menunjukkan bahwa Julia bukan wanita yang baik, tetapi putranya seperti orang bodoh, dia bebal dan bahkan tidak peduli meski Julia berselingkuh. 

"James…"

"Ibu, kamu terlalu berlebihan. Kamu memotret Julia seperti ini untuk apa?"

"Untuk apa? Tentu saja untuk memberitahumu kebenaran tentang istrimu. James, aku Ibumu aku tidak ingin kamu tertipu oleh seorang wanita."

"Ini hanya foto biasa, tidak ada yang berlebihan."

"Dia jelas-jelas pergi bertemu pria lain bagaimana kamu menyebutnya tidak berlebihan? Dia bahkan membuat aku seperti ini."

Tampilan Riley acak-acakan karena dia berusaha memisahkan Julia dari Rieta. Dia tidak lagi terlihat elegan dia mirip seperti orang yang telah mengalami penganiayaan. Tetapi lebih dari itu, tampilan Julia lebih parah karena dia berkali-kali ditampar.

James mengangkat tangannya, kepalanya terasa berdenyut. dia menarik tangan Julia. "Kami kembali dulu."

Nyonya Riley tercengang karenanya, ekspresinya mengap-mengap, melihat putranya bahkan tidak peduli padanya dia terjatuh ke lantai, dia menangis dan meraung. 

Putranya adalah orang yang masuk akal dan selalu patuh dan menghormatinya, tetapi sejak dia menikah dengan Julia putranya benar-benar tidak lagi mendengarkannya.

"Bu, apa kamu baik-baik saja?" Rieta mencoba menenangkan ibunya tetapi tangisan Nyonya Riley malah semakin kencang. Rieta menatap ke arah Julia dan keinginan membunuh tumbuh, kebencian di hatinya bertambah semakin parah.

"Julia, kau membuat ibuku seperti ini dan kau ingin pergi begitu saja?"

Melihat Julia tidak mendengarkan, Rieta kemudian mengeluh pada kakaknya.

"Kakak…"

James sama tidak pedulinya, bahkan ketika Rieta berteriak di belakangnya dia masih mengabaikannya.

Julia ditarik oleh James, hampir seperti paksaan. Julia mengerutkan dahi saat dia merasakan sakit di pergelangan tangannya

"James …"

"James sakit!"

James seakan tidak peduli, dia masih berjalan dan menarik Julia dengan lebih erat.

Julia hampir tersandung berkali-kali, dia berjalan hampir seperti berlari. Dia mendongak dan tatapannya jatuh pada punggung James, Punggung suaminya yang lebar dan dingin yang selalu dia lihat, punggung yang tidak dapat dia jangkau, punggung yang dia lihat lebih dari siapapun di dunia ini, itu lebih besar dan lebih luas, terlihat seperti punggung yang dapat diandalkan. Tetapi itu tetap menjadi punggung yang hanya bisa dia lihat dari belakang. Suaminya hanya pasangan diatas kertas, lebih dari itu, mereka seperti orang asing.

Julia tersentak dengan pikirannya yang tiba-tiba.

James membuka pintu mobil, dia menatap Julia dengan tatapan dingin. "Masuk!"

Julia tertegun untuk sesaat, dia masuk ke dalam mobil disusul oleh James, sedetik kemudian, mobil melaju dengan kecepatan tinggi.

Julia meraih sabuk pengaman, wajahnya pucat pasi. 

"James, apa yang kamu lakukan? Tolong turunkan kecepatannya." Julia merasa pusing dan mual, pandangan gedung-gedung tampak kabur di depannya. mobil yang ditumpanginya melesat seperti anak panah.

Julia menggigil, dia tidak ingin mati di sini. Dia tidak tau mengapa James marah, apakah karena dia bertengkar dengan ibunya?

James tidak menjawab, dia melirik Julia dari kaca spion dalam, dia mengingat kembali gambar Julia yang bersama seorang pria, entah mengapa dia merasa tidak senang.

James mengeratkan pegangannya pada stir mobil, saat itulah dia menyadari ada yang salah. Mengapa dia harus merasa tidak senang? Apakah karena Julia bertengkar dengan ibunya? Perlahan pegangannya pada stir mobil mengendur, kecepatan mobilnya akhirnya menurun dan menjadi normal.

Begitu mobil berhenti di depan rumah, Julia segera turun, dia memasuki rumah dan James mengikutinya dari belakang. 

Julia menghentikan langkahnya, dia berbalik dan ruang diantara alisnya berkerut. "Apakah ada yang ingin kamu bicarakan?"

James berhenti dari langkahnya, dia tertegun menatap Julia tepat di matanya, wajah Julia yang cantik sudah memerah dan rambutnya terlihat acak-acakan. Tatapannya kemudian jatuh pada pergelangan tangannya yang memerah. Sedikit rasa bersalah memenuhi hatinya.

"Kompres pipimu dengan air es dan oles salep di pergelangan tanganmu, jika itu masih sakit minta dokter untuk datang."

Julia tampak bingung, James tadi terlihat marah tetapi sekarang dia terlihat tenang, lebih aneh lagi dia membuatnya terluka tetapi kemudian dia memintanya mengoles salep dan memintanya memanggil dokter. 

Julia mengangguk dengan tenang. "Aku mengerti."

Julia kembali berjalan dan meninggalkan James di tempatnya. James terdiam mematung, kebingungan terlihat jelas di wajahnya. Sejak kapan Julia menjadi begitu tenang dan percaya diri di depannya? Apa yang terjadi padanya? 

James hendak mengikuti Julia tetapi teleponnya tiba-tiba berbunyi. Panggilan datang dari sekretarisnya. 

"Halo?"

"Tuan Muda, saya tidak bisa menangani mereka, beberapa investor sudah datang dan pertemuan tidak dapat dibatalkan."

James terdiam, dia melirik ke arah punggung Julia yang semakin menjauh. Ketika pintu kamar tertutup dan sosok Julia menghilang, James akhirnya berbalik.

"Aku akan kembali, tolong tangani sedikit lagi."

James sekali lagi menatap ke arah kamar Julia sebelum akhirnya melangkah pergi.

Julia menatap dirinya di depan cermin, wajahnya memerah dan rasa sakit bekas tamparan masih terasa, matanya menyipit dengan dingin, Julia pergi dan merebahkan dirinya di tempat tidur, pikirannya menjadi kacau dan kacau. 

Julia memikirkan apa yang terjadi hari ini, urat sarafnya menegang, kepalanya terasa pusing, dia mengambil kartu nama di dalam tasnya, dia membaca nama yang tertera di sana berkali-kali. Ronald, sekretaris di perusahaan H.M Group. Julia merasa ingin tertawa, dia yatim piatu yang tiba-tiba menjadi putri konglomerat kaya. Betapa dunia ini aneh dan tidak dapat diprediksi.

Keluarga Adrian?

Putri keluarga Adrian?

Julia hampir tertawa terbahak-bahak.

"Apakah mereka benar-benar keluargaku?" Julia bergumam perlahan, dia memikirkan hari-hari yang dia lewati sambil memikirkan keluarganya. Dia bertanya-tanya kenapa dia dibuang. Mengapa dia dibenci? Mengapa dia ditinggalkan? Tetapi ternyata tidak seperti itu.

Julia menatap ke arah langit-langit kamar. Wajah ibu dan ayahnya muncul dalam pikirannya. Ibunya yang cantik tetapi bisu dan ayahnya yang hanya pekerja serabutan.

"Ayah, Ibu, katanya aku tidak sendiri, katanya aku masih memiliki keluarga."

Julia tersenyum samar, dia tidak mengerti perasaan yang dia rasakan, dia bingung dan merasa aneh, lebih dari apa pun dia berharap ibu dan ayah angkatnya adalah keluarga yang sebenarnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status