Share

8. Tawaran Kerjasama

James kembali ke kantornya dan menangani beberapa masalah. Ketika waktu makan siang tiba, dia melihat adiknya duduk di sofa ruangannya. 

"Rieta, apa yang kamu lakukan di sini?"

Rieta menolehkan kepalanya dan menatap James, dia bangkit dari sofa dan dengan wajah sedihnya berbicara. "Aku diminta Ibu untuk datang padamu."

James mengangkat alisnya kemudian duduk di kursinya. "Apa yang ingin kamu bicarakan?"

Rieta duduk di kursi dan menyimpan kedua tangannya di atas meja.

"Ibu memintaku untuk berbicara denganmu. Ini mengenai Julia."

Raut wajah James berubah ketika nama Julia disebut. Dia menatap Rieta dengan tatapan dalam.

"Ada apa dengannya?"

"Kakak, kamu lihat sendiri bagaimana perlakuannya terhadap kami, kulit kepalaku masih sangat sakit dan ibu terus-menerus menangis. Dia benar-benar wanita yang jahat, bagaimana bisa kamu tertipu oleh wanita seperti itu?"

Rieta berbicara dengan raut wajah kesal, dia datang setelah dibujuk oleh ibunya, meskipun kulit kepalanya masih sakit dia tetap pergi, dia harus meyakinkan kakaknya kembali untuk bercerai dengan Julia.

"Rieta, tidakkah kamu merasa lelah?"

"Bagaimana aku bisa lelah? Aku tidak akan menyerah sampai Kakak mau bercerai dengan Julia."

James duduk dengan ekspresi datar, dia melipat kakinya kemudian berbicara. "Perceraian apa? Aku tidak akan bercerai."

"Kakak, bagaimana bisa kamu masih berpikir untuk mempertahankannya. Kau lihat sendiri bagaimana perilakunya, dia berselingkuh di saat Kakak bekerja keras seperti ini, tempramen nya juga buruk, tidak hanya menyerangku dan ibu, dia bahkan menghancurkan seisi rumah. Guci kesayangan ibu bahkan tidak luput dari amarahnya."

James menutup mata sejenak mencoba menenangkan pikirannya. Wajah ibunya teringat dalam pikirannya dan kemudian wajah Julia muncul, dia tau mereka bertengkar hebat tetapi wajah Julia terlihat lebih parah dari pada ibu dan adiknya. Omong-omong mengenai Julia, apa yang sedang wanita itu lakukan sekarang? Apakah dia sudah mengompres pipinya yang bengkak?

"Julia tidak berselingkuh." Wanita seperti Julia bagaimana mungkin berselingkuh, dia tidak tau siapa pria yang ditemui Julia tetapi jelas itu bukan selingkuhannya.

Rieta mengepalkan tinjunya. Jika bujukan masih tidak berhasil, dia mau tidak mau harus memaksanya. "Kakak, bagaimana kamu yakin bahwa dia tidak berselingkuh? Diam-diam dia bertemu pria lain di luaran, dia hanya anak yatim piatu, siapa pria yang bisa dia temui dengan statusnya selain selingkuhannya? Aku benar-benar tidak menyukainya. Dia tidak layak untukmu, aku tidak ingin dia menjadi iparku. Siapapun boleh, selama itu bukan Julia."

Mata James berkilat untuk sesaat. "Pernikahan sudah terjadi, tidak ada yang akan berubah, jadi berhenti saja."

"Kakak, kau bisa bercerai dengannya. Sekarang sudah menjadi hal umum jika perceraian terjadi. Tidak apa-apa menjadi duda di usia muda dari pada menikah dan menghabiskan waktu dengan orang yang salah."

"Tidak ada yang salah, itu pilihanku menikah dengan Julia."

"Kakak….!"

"Aku tidak akan bercerai."

"Mengapa tidak? Aku akan mengenalkanmu pada wanita lain."

James melambaikan tangannya. "Rieta, aku tidak mengerti, mengapa kamu berharap Kakakmu menjadi duda?"

"Apa yang salah? Tidak apa-apa menjadi duda, jika kamu ingin memiliki istri, aku akan memperkenalkanmu dengan wanita lain, wanita yang sepadan dan cocok untukmu."

"Aku tidak akan menikah dengan yang lain. Aku juga tidak berpikir untuk melakukan dua kali pernikahan."

Rieta kesal, semakin dia mendengarnya semakin kesal hatinya. Apa yang Julia si jalang itu lakukan kepada kakaknya hingga kakaknya seperti ini? Kakaknya yang selalu mendengarkan ucapannya dan mengabulkan keinginannya sekarang berubah seperti orang lain.

"Kakak …"

"Rieta, kembali saja. Aku juga masih harus bekerja. Kita anggap semua pertengkaran itu tidak terjadi. Pulanglah ke rumah dan hubungi dokter, minta dia untuk merawat ibu."

Rieta tercengang dengan kata-kata kakaknya. "Kakak, bagaimana bisa kamu bersikap bias terhadap kami dan malah membela Julia? Ibu sangat sedih sehingga dia jatuh pingsan berkali-kali. Ibu merasa sangat terluka karena kamu mengabaikan kami seperti ini. Bagaimana bisa bagimu Julia lebih penting dari pada kami?"

James memicingkan matanya, dia sangat lelah sepanjang hari dan adiknya Rieta datang secara khusus untuk mengeluh padanya. "Aku tidak memilih siapapun, kalian adalah keluargaku dan Julia juga. Jadi berhentilah berdebat. Hubungi dokter dan minta dia untuk merawat ibu."

"Kakak…"

"Jika kamu berbicara satu kalimat lagi, aku bahkan tidak akan lagi peduli padamu."

Rieta terkesiap, dia akhirnya pergi dan keluar dari ruangan. Dia menggerakkan giginya dan kemarahannya terhadap Julia naik berkali-kali lipat.

Ketika dia keluar dari gedung perusahaan kakaknya, Rieta secara tidak sengaja menabrak seseorang. Wanita itu terjatuh ke tanah dan mendongak bersiap untuk mencaci maki Rieta, tetapi begitu dia melihat wajah yang tampak familiar di matanya, kekesalannya segera menghilang. 

"Kamu Rieta, kan?" tanyanya.

Rieta menolehkan kepala dan melepas kacamata hitamnya, dia melirik wanita di depannya dan matanya dipenuhi cemoohan dan rasa jijik. Wanita di depannya terlihat sama miskinnya seperti Julia. Itu membuat kekesalan di hatinya bertambah. Mengapa dia harus begitu sial bertemu orang-orang rendahan yang mirip seperti Julia dan lagi, wanita rendahan ini mengetahui namanya.

"Siapa kamu? Aku tidak mengenal orang miskin sepertimu." Rieta menyapu tubuh wanita di depannya, dia memeriksanya dari ujung kaki hingga ke atas kepalanya. Tampilan yang begitu sederhana mirip seperti pengemis di jalan

"Ah, kamu mungkin tidak tau, aku Jenny, adik Julia." Mengakhiri ucapannya Jenny tersenyum ramah. 

Tetapi, berbeda dengan Jenny, begitu Rieta mendengar nama Julia disebut, kemarahan dihatinya melonjak, matanya berkilat dengan kebencian.

"Pantas saja aku mencium bau busuk di suatu tempat, dan ternyata itu berasal dari orang miskin sepertimu. Bau yang sangat busuk mirip seperti kakakmu."

Jenny mengepalkan tinjunya, awalnya dia kesal karena dia ditabrak seseorang, tetapi begitu dia melihat jika itu Rieta, dia berpikir untuk menyapanya. Tidak disangka dia akan dihina sedemikian rupa dan bahkan disamakan dengan Julia, itu adalah hal yang paling dia benci. Dia sangat membenci Julia yang telah mengambil segala hal yang dia miliki.

Rieta kembali mengenakan kacamata hitamnya tidak berniat berbincang lebih jauh dengan Jenny, dia berbalik dan melangkah pergi. 

Tetapi ketika dia baru dia langkah, di mendengar Jenny kembali berbicara.

"Kau sepertinya sangat membenci kakakku. Aku bisa mengerti mengapa kamu sangat membencinya. Tidakkah kamu berpikir bahwa Julia tidak cocok dengan kakakmu? Kau pasti kesal karena orang seperti dia menjadi iparmu."

Rieta terdiam, langkahnya berhenti. Dia berbalik dan menatap ke arah Jenny yang tersenyum padanya. 

"Lalu, kau mau apa? Apa kau ingin membela kakakmu? Orang-orang seperti kalian sangat tidak tau malu, seharusnya kalian sadar dengan posisi kalian. Beraninya sebatang rumput ingin masuk dalam dan berada dalam lingkaran bunga mawar. Beraninya orang miskin seperti kalian ingin sejajar dengan keluargaku."

Jenny mengepalkan tinjunya. dia menahan kemarahannya. Dia kesal karena dihina tetapi dia senang karena Rieta tidak menyukai Julia membencinya ini seperti dia telah menemukan sekutu. Bukankah musuh dari musuhmu adalah temanmu.

"Kau salah, aku tidak berpikir untuk membelanya, aku juga tidak menyukainya. Aku sangat membencinya, dia sudah mengambil segala hal dariku dan membuatku menjadi yatim piatu."

Rieta mengerutkan dahinya, tetapi itu bukan urusannya jika wanita ini juga membenci Julia.

"Lalu, apa hubungannya denganku? Berhenti menggangguku."

Jenny tertegun melihat Rieta pergi. Tidak, dia tidak boleh membiarkan Rieta pergi 

"Mengapa kamu terburu-buru pergi? Mengapa kita tidak berbincang sebentar? Kau tidak menyukai Julia dan aku juga, kita memiliki hal yang sama yang tidak kita sukai. Jadi, mengapa kita tidak bekerja sama?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status