Share

Bab 4 "Harmoni Perjalanan Pernikahan"

Hari pernikahan mereka pun tiba. Aisyah duduk tengah di kursi make up, didampingi oleh ibunya. Di hari pernikahannya, Aisyah mengenakan hijab.

“Waah, Aisyah, kamu cantik sekali. Kamu adalah klien tercantik yang pernah aku make up,” ucap MUA itu kepada Aisyah.

“Terimakasih ya,” ucap Aisyah tersipu. “Memang betul, anak ibu ini sangatlah cantik,” ucap ibunya bangga.

Aisyah berdiri di depan cermin, hatinya berdebar kencang, merasakan campuran gugup dan kebahagiaan. Kemudian, ibunya memanggilnya untuk duduk di hadapannya. Aisyah tersenyum sambil menatap mata ibunya dengan penuh kasih.

Ibu memperhatikan wajah Aisyah dengan cermat. “Nak, ibu sangat bahagia bisa melihatmu menikah hari ini,” ucap ibunya sambil berkaca-kaca.

Aisyah mengangguk menahan tangisannya. “Aisyah juga senang, ibu. Ibu bisa melihat Aisyah menikah,” ucap Aisyah dengan suara bergetar.

Sementara di luar, Faiz merasa agak tegang. Penghulu telah tiba dengan para tamu undangan.

Kini Faiz dan penghulu sudah duduk berhadapan, saling berjabat tangan.

أنكحتك أو زوجتك مخطوبتك بنتي ... على المهر ... حالا

"Ankahtuka wa zawwajtuka makhtubataka binti (Aisyah Az-Zahra ) alal mahri (250juta, dengan emas 19 gram, seperangkat alat sholat) hallan." Ucap penghulu

"Pernikahan ini dilaksanakan dengan mahar sebesar 250 juta rupiah, ditambah dengan emas seberat 19 gram, serta seperangkat alat sholat," ucap penghulu.

قَبِلْتُ نِكَاحَهَا وَتَزْوِيْجَهَا عَلَى الْمَهْرِ الْمَذْكُوْرِ وَرَضِيْتُ بِهِ وَاللهُ وَلِيُّ التَّوْفِيْقِ

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhiitu bihi, wallahu waliyyu taufiq." Ucap Faiz dengan mantap

"Saya menerima pernikahan ini beserta maharnya, dan saya ridha dengan segala ketentuan yang telah disebutkan. Wallahu waliyyu taufiq," ucap Faiz dengan mantap.

“Bagaimana para saksi? Sah?” tanyanya.

Para saksi dan tamu undangan menyatakan sah dengan berteriak, "Sah! Sah!"

Aisyah yang mendengar itu terisak. "Ibu, Aisyah sudah benar-benar menjadi seorang istri," ucapnya sambil memeluk ibunya.

Dinda memeluk putrinya erat. "Iya, sayang. Anak ibu sudah menjadi seorang istri. Dengarkanlah segala perintah Faiz ya, karena Faiz adalah suamimu sekarang," ucap ibunya ikut menangis bahagia.

Umi Fatimah masuk lalu berkata, "Aisyah, saat kamu bertemu dengan Faiz, nak..."

Aisyah menghapus jejak air matanya. "Lalu umi dan ibunya menggandeng tangan Aisyah menuju Faiz. Mata Faiz dan Aisyah bertemu."

Faiz tidak bisa membendung air matanya. Ia menangis menyaksikan Aisyah. "Ya Allah, kini Aisyah benar-benar menjadi istriku. Maasyaallah, cantik sekali dia mengenakan hijab itu," ucapnya.

Aisyah ikut sedih menatap Faiz yang menangis bahagia melihatnya. Saat mereka berhadapan, Aisyah langsung mencium punggung tangan Faiz, diselingi air mata.

Kemudian Faiz memegang ubun-ubun Aisyah lalu berucap, اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِهَا وَخَيْرِ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ ، وَأَعُوْذَ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ

"Allahumma inni as’aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa ‘alaih. Wa a’udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha ‘alaih."

"Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tetapkan atas dirinya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan yang Engkau tetapkan atas dirinya."

Aisyah mencium punggung tangan Faiz, bolak-balik. Kemudian Faiz mencium kening Aisyah. Matanya berkaca-kaca bahagia, dalam hatinya tak terbendung. Ia memeluk Aisyah lama.

Kemudian, Aisyah beralih menatap ibunya, menggenggam tangan ibunya.

"Ibu, kini Aisyah menjadi seorang istri dari kak Faiz. Anak perempuanmu yang, Ibu beri nama Aisyah Az-Zahra, nama yang ibu siapkan lebih dari 19 tahun lalu jauh sebelum Aisyah lahir, terimakasih ibu, ibu telah sematkan nama yang indah, dan penuh harapan untuk aisyah. Ibu doakan Aisyah bisa belajar menjadi orang yang ibu, dan kak Faiz idam-idamkan."

"Ibu didepan ibu sekarang ini kak Faiz meminta keridhaan darimu, kak Faiz adalah seorang yang cinta kepada Allah, cinta kepada rasul-nya, cinta kepada keluarganya,cinta dan sayang kepada ibunya, dia cinta kepada sekitarnya dan sekitarnya juga mencintainya. Maka hari ini, di tempat ini izinkanlah kak Faiz mencintai ibu dan Aisyah karena Allah ucap Aisyah menangis haru." ucap Aisyah sambil menangis tersedu-sedu.

Kemudian ibunya berkata kepada Faiz, "Nak, saat ini kamu telah menjadi suami dari anak ibu. Silahkan kamu bawa, silahkan kamu memberikannya makan 3× sehari, silahkan kamu mau kasih makan dia sekali sehari. Silahkan kamu bawa dia ke gunung, ke pinggir pesisir. Ibu tidak lagi mempermasalahkan itu semua, tapi ingat satu hal, ibu melahirkan Aisyah sampai usianya kini 19 tahun, ibu mendidik, menjaga, makanannya, tingkah lakunya, sampai hingga hari ini. Ibu serahkan kepadamu demi Allah. Tolong bawa anak ibu selamat sampai kehadapan Allah. Jika kamu tidak membawanya selamat di hadapan Allah, ibu yang akan menuntunmu nanti di akhirat," ucap ibunya di sela-sela tangis haru.

Kemudian Faiz mengangguk. "Insyaallah, ibu. Faiz akan membimbing Aisyah, sehingga kami menjadi pasangan dunia akhirat," ucap Faiz mantap dengan penuh keyakinan.

Kemudian ibunya kembali berucap, "Nak, ibu juga tidak mengharapkan hartamu. Yang ibu harapkan, jangan sesekali kamu dzolimi anak ibu karena sakit hatinya akan melukai ibu juga."

Faiz menangis. "Baik, ibu. Faiz akan berusaha menjadikan Aisyah satu-satunya Aisyah dalam hidup Faiz," ucapnya dengan suara bergetar.

Para hadirin yang menyaksikan itu ikut menangis.

Kemudian Faiz beralih ke uminya, umi doakan Faiz ya? Doakan pernikahan Faiz dan Aisyah bisa bertahan selamanya," ucap Faiz menangis di pelukan ibunya. Kemudian umi Fatimah mengangguk, memeluk anak dan menantunya, lalu berucap, "Doa ibu akan selalu menyertai kalian, nak."

Kemudian Abi Faiz membuka suara. "Ingat, Faiz, kalau Aisyah pilihanmu maka Aisyahlah selamanya," ucapnya tegas, kemudian diangguki haru oleh Faiz.

Tidak lama kemudian mata Aisyah melihat sosok ayahnya tersenyum, lalu berucap, "A-ayah..." dengan air mata mengalir di pipinya. Ia melihat sosok ayahnya tersenyum ke arahnya, mendekat ke arah ibunya.

Dinda berucap, "Nak, anak ibu sini, ibu mau peluk Aisyah." Aisyah memeluk erat ibunya. "Nak, sepertinya ibu akan pergi saat ini. Ngak apa-apa kan? Ayah ada disini bersama kita menyaksikan pernikahanmu. Dan ayah berniat menjemput ibu. Ibu pergi ya?" ucap ibunya sambil menangis.

Aisyah menggeleng. "Ibu, nggak, ibu jangan tinggalkan Aisyah," ucap Aisyah menangis tersedu-sedu.

"Jadilah, istri yang baik. Kenanglah hari pernikahanmu sebagai momen terindah dalam hidupmu, maka ibu akan merasakan senang," ucap ibunya dengan senyum terukir di wajahnya.

"Dan terima kasih, sayang. Selama ibu sakit, kamu menjadi orang pertama yang menjaga ibu, merawat ibu. Sekarang, tempat pulangmu bukan lagi ke ibu, tapi kepada nak Faiz. Nak, ibu sangat mengharapkan bisa terus melihatmu, bisa melihat kamu melahirkan cucu-cucu ibu. Tapi Allah lebih menyayangi ibu. Allah ingin mencabut nyawa ibu agar ibu tidak kesakitan lagi. Kamu harus jadi wanita yang kuat, ya, nak?" ucap ibunya dengan mata yang berkaca-kaca. Kemudian perlahan mata ibunya tertutup dengan senyum terukir di wajahnya.

"Ibuuu~~ nggak, ibuu," teriak Aisyah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status