Masuk"Makanya nikah biar tahu gimana rasanya punya istri," Kelakarnya menyombongkan diri. "Halah, bullshit," kilah Alafaranzi membela diri. Lebih baik lama menikah dari pada sebentar cerai. Pernikahan Jaya tidak semulus jalanan tol. Meski saat menikahi kekasihnya dulu Jaya tergolong mapan, mampu, dan tampan. Jaya tetap saja dikhianati oleh cinta dan istri pertamanya Isabella. Padahal menurut abang nya lumayan royal memberi istrinya uang jajan. Seratus juta sebulan nilai yang fantastis tentu saja, teruntuk masyarakat kabupaten. Nyatanya uang segitu terlihat kecil dimata Isabella. Demi mendapatkan uang bulanan yang lebih banyak. Wanita kabupaten paling beruntung itu meninggalkan suaminya Jaya Baya. Lalu menikah dengan salah satu unta arab yang terkenal memiliki banyak istri."Cepatlah! To the point saja, Zi. Jika tidak penting pulang sana!" Ketus Jaya tak sabaran. "Sabar bang! Sabar! Ini masalah bisnis keluarga kita," Jelas Alfaranzi cepat sebelum kembali usir oleh Jaya Baya. Duduk di
Suara ketukan terdengar dari luar ruangan. Perlahan pintu ruang dekan terbuka. Menampil kan sosok gadis kecil berkulit kusam, berdiri lemas di ambang pintu. Keringat mengalir tipis di pelipisnya, kulitnya berminyak, surai rambut nya terlihat mengintip dari hijabnya. Wajahnya kusut tertekuk hijabnya sudah tak lagi pada tempatnya. "Masuk!" perintah Jaya dingin. Membolak-balik setumpuk berkas di mejanya. "Abang" lenguh gadis kecil itu menghempaskan pantatnya di kursi dihadapan suaminya."Capek?!" "Hhh__" mengangguk pelan. "Abang juga capek. Kerja cari uang buat biayain kamu kuliah. Tapi kamunya gak hargain usaha, abang!" Tutur Jaya datar, mengintimidasi istri nakalnya. Luna terkesiap mendengar perkataan Jaya. Sadar jika Jaya mengetahui perbuatan buruknya di belakang punggung sang suami. "Abang" Luna mengerucutkan bibirnya merasa bersalah. Berusaha meminta maaf pada sang suami dengan kepatuhannya. "Kerjakan tugas ulumul quran, disini," perintah Jaya mengetuk pena-nya sekali ke mej
Matanya berbinar menatap semua barang impiannya ada didepan mata. Luna tak pernah menyangka jika ia akan mendapatkan barang impiannya dengan mudah. Tidak hanya Luna yang merasa bahagia. Jaya juga ikut merasakan kebahagiaan yang Luna rasakan. Sebab gadis nakal itu menciumnya beberapa kali dalam semenit. Mengucapkan terima kasih dengan caranya sendiri. Akan tetapi, kebahagian dan keceriahan sore itu hancur karena kedatangan Alfaranzi. Luna langsung bete saat melihat adik iparnya, yang lebih tua tujuh tahun dari dirinya itu. Semuanya bermula saat Luna membolos mata kuliah ulumul quran dan tidak mengerjakan tugas. Kebetulan Alfaranzi bersahabat baik dengan dosen pengampu mata kuliah ulumul quran di kelas Luna. Berbekal kesaksian dan rekaman suara sahabatnya sebagai barang bukti. Alfaranzi nekat mengadukan kelakuan jahanam Luna yang sudah kabur dari kelas ulumul quran sebanyak tiga kali. Tentu Jaya yang mendengar tingkah nakal Luna. Memberi teguran kecil kepada sang istri. Supaya tid
"Abanggggg......" teriak Luna tak terima dengan pengaturan suaminya. "Tertelan nanti abang yang repot yah, Luna!" Mengacungkan jari telunjuknya kearah Luna. Menatap manik matanya tajam. Sengaja nada bicaranya sedikit ditinggikan. Jika tidak gadis nakal itu pasti akan mencari gara-gara dengannya. Tampak pemilik wajah cantik itu sudah mengerucutkan bibirnya. "Abanggg......" Luna merengek berharap Jaya mengizinkannya menyimpan banyak biji kelengkeng dipipinya. "Tidak boleh! Abang sibuk ya, jangan cari masalah" Tutur Jaya tegas seraya memeriksa berkas-berkas penting dihadapannya. "Abangggg....." menarik-narik celana dasar Jaya pelan, menggunakan ujung jarinya."Tidak yah! Abang ambil nanti kelengkengnya!" Ancam Jaya mengulurkan tangannya berniat mengambil keranjang rotan berisi buah-buahan milik Luna. "Tidak....tidakkk....!" Luna secepat kilat mendekap keranjang buahnya. Sebelum Jaya sempat menjangkau keranjang buahnya. "Makanya kalau abang bilang tidak boleh! Ya, tidak boleh!" Tega
"Makanya besok-besok jangan berani ngebantah lagi kalau orang ngomong!" Tegas Jaya mengingatkan istrinya. "Iya" sahut Luna terpaksa. Bangkit dari tempat duduknya. Berniat berjalan kegedung rektorat meninggalkan suaminya. "Tinggalkan salad buahnya" perintah Jaya dingin menarik tupperware berisi salad buah dari tangan sang istri. "Abanggg....." rengek Luna lagi. "Ambil buat jajan" Jaya meletakkan dua lembar seratus ribuan ditelapak tangan sang istri. Luna menunduk lesuh mendapati uang lembaran seratus ribuan ditelapak tangannya. Jika sudah begitu ia tidak dapat membantah perkataan suaminya. Kalau ia tolak uang pemberian suaminya, besok-besok bagaimana jika membutuhkan uang. Tentu ia akan gengsi meminta belas kasihan suaminya. "Thank you bang" melambaikan tangannya lalu berlari menuju ke gedung rektorat. Mengikuti kuliah istitah meski sudah terlambat dua setengah jam. Jaya menyuapkan salad buah ke mulutnya memandangi kepergian sang istri dengan tatapan kosong. Tak per
Srrrrrkkkkkkkk..........Jaya menarik pergelangan tangan kiri istrinya. Menyeret gadis kecil itu menuju ruang LPPM di dekat gedung rektorat. Guna memarahi gadis nakal pembuat masalah tersebut. Aaaaaaa..........Suara teriakkan keluar dari bibir mungil Luna. Terkejut Jaya menariknya secara tiba-tiba. Matanya membeliak kaget mendapati tubuhnya setengah terseret ketanah. Beruntung ia bisa menstabilkan tubuhnya segera. Jika tidak pantatnya pasti akan mencium aspal pagi ini. Orang-orang yang melihat Luna diseret oleh Jaya cuma bisa menggeleng pelan. Dapat di pastikan mahasiswi baru itu akan mendapatkan pencerahan dari langit. Brukkk.....Jaya mendudukkan Luna dikursi lalu dia sendiri duduk tepat dihadapan istri kecilnya yang jahanam. Menatap tajam gadis nakal itu. Telat satu jam saja sudah keterlaluan. Ini dia malah berani telat dua jam. Dimana letak harga diri Jaya sebagai dekan dan suaminya. "Kenapa terlambat?" Tanya Jaya sinis dengan volume suara yang sedikit dikecilkan. "Tadi ket







