MasukLuna Aulia dan Jaya Baya adalah sepasang suami istri. Hasil perjodohan yang di sebabkan oleh hutang budi keluarga Luna dengan Jaya Baya. Lalu bagaimana awal dari rumah tangga mereka berdua? Akanlah kisah keduanya sama seperti di dunia novel? Saling membenci lalu jatuh cinta? Atau malah sebaliknya mereka jatuh cinta sejak awal? Jika iya. Bagaimana nasib kelanjutan rumah tangga keduanya? Akankah rumah tangga keduanya bertahan sampai akhir hayat? Atau malah hancur di tengah-tengah karena orang ketiga? Atau hancur karena keegoisan Luna yang ingin mengejar mimpinya kuliah di korea?
Lihat lebih banyakLuna Aulia gadis muda berusia 20 tahun itu menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur kasar. Menatap langit-langit kamarnya kesal.
Sungguh sial nasib yang menimpah Luna. Setelah terpaksa menikahi pria asing yang tak di kenalnya, karena hutang budi. Luna harus menerima kenyataan pahit jika suaminya itu adalah dekan di fakultasnya, tempat ia melanjutkan pendidikan tingginya. Menyebalkannya lagi suaminya itu ikut serta sebagai panitia PBAK (Pengenalan Budaya Akademik Kampus). Bukan sekedar ikut serta sebagai panitia suaminya menjabat sebagai ketua PBAK. Double menyebalkan! Tidak sekedar menjadi ketua PBAK atau penanggung jawab. Suaminya itu bahkan mengurusi hal-hal tidak penting. Seperti mengatur barisan, membagi gugus, mengarahkan kegiatan secara langsung, memberi sanksi bagi maba yang tidak taat aturan. Dan banyak lagi. Hampir sepanjang hari Luna mendengar suara tegas nan galak milik suaminya Jaya Baya. Selama empat hari belakangan ini. Belum lagi ketika mereka berada di rumah. Luna juga harus mendengarkan betapa galak dan menyebalkan omelan suaminya Jaya. Terutama saat di pagi hari ketika waktu subuh. Jaya akan menarik kakinya jika ia tak mau dan bangun melaksanakan shalat subuh. Kalau masih bandel juga Luna akan merasakan betapa dinginnya air pengunungan mengguyur tubuh semampainya, di saat suhu udara sedang dingin-dinginnya 17° Celcius. Jaya tak akan segan mengangkat tubuhnya yang masih terlelap, ke kamar mandi lalu mengguyurnya dengan air dingin. Dalam kondisi setengah sadar. "LUNAAA....AULIAA.....BAJUMUU.....!!!" Suara Barriton tegas nan galak mengagetkan Luna yang tengah asyik berguling-guling di ranjang berukuran king size tersebut. "Astaga setan..." latah Luna terperanjat kaget mendengar kedatangan suaminya. Bangkit dari posisi bergulingnya, duduk di tepian ranjang. Biasanya pria itu tidak langsung pulang ke rumah setelah kembali dari kampus. Suaminya itu akan pergi ke peternakan unggasnya terlebih dahulu. Atau ke perkebunan miliknya dulu. Baru Jaya akan pulang ketika malam tiba. Setelah ia usai memeriksa dua bisnis kecilnya itu. Tentu saat Jaya tiba di rumahnya berukuran 15 × 25 (375 m²). Luna sudah terlelap dalam tidur nya karena terlalu lelah. Akibat mengikuti kegiatan PBAK dan membersihkan rumah seluas 375 m² seorang diri. Brakkk......... Jaya membuka pintu kamarnya kasar. Mencari keberadaan istri kecilnya yang nakal dan semberono itu. Menatap tajam istrinya yang tengah duduk di tepih ranjang. "Apaan sih Bang?" Ketus Luna tak suka melihat kedatangan Jaya. "Abangkan sudah bilang! Kalau pulang bajumu jangan berserakan di lantai! Apalagi di ruang tamu!" Ujar Jaya tegas, suaranya terdengar jelas dan pasti, tanpa kelembutan ataupun keraguan. "Nanti!" Ucap Luna parau suara tertahan di tenggorokan. "LUNA AULIAAA!!!!!" Bentak Jaya menyeret tangan istrinya keluar kamar. "Abang.....aku capek tahu...!" Keluh Luna dengan tubuh yang terseret-seret. "Kamu pikir abang gak capek hah?!" Menghempaskan tangan Luna ke udara kuat, menyebabkan tubuh kecil Luna terhuyung ke depan. "Makanya jangan marah-marah muluh!" Sahut Luna tak mau kalah. Menatap sengit sang suami yang berstatus dekan di fakultasnya. "Cepat bereskan!! Atau sertifikat PBAK punya mu abang tahan!!" Menunjuk kearah pakaian Luna yang berserakan di lantai. Menatap gadis berkulit dekil dan kumal itu tajam. "Abang ini selalu saja menggunakan sertifikat PBAK untuk mengancamku! Tidak di kampus tidak di rumah sama saja! Sama-sama galak! Sama-sama tukang marah!" Tutur Luna gadis berkulit gelap tak merata, bertekstur kering dan kasar bila di sentuh. "Aku tidak akan marah. Jika kalian tidak bertingkah!" Nadanya meninggi menusuk telinga, membuat orang lain merasa tidak nyaman. "Huuhhh....." Luna mendengus membuang muka, memunguti bajunya di lantai. Membawa baju-bajunya itu ke belakang dimana ruangan laundry berada. Memilah pakaian putih, gelap, luntur, berwarna, berbahan karet ke baskom (wadah besar/ bak) yang berbeda. Merendamnya secara terpisah agat tidak merusak serat kain. Mengambil peralatan bersih-bersih seperti sapu, pengki, kanebo, dll di lemari. Lalu berjalan menuju ke ruang tamu. Mulai membersihkan ruang tamu dengan mengelap kusen-kusen, furniture, dan pajangan yang ada di sana. Jaya menyunggingkan senyumannya halus. Mendapati istri yang baru di nikahi selama sebulan itu begitu rajin membereskan rumah. Tidak salah ia menggelontorkan dana besar demi menikahi gadis sederhana yang tak terlihat cantik itu. "Abang mau pesan nasi padang. Kamu mau gak?" Tawar Jaya pada istrinya yang tengah asyik mengelap furniture. "Gak mau!" Tolak Luna ketus. "Yakin?" Tanya Jaya sekali lagi dengan sedikit nada yang melunak. "Yakin!" Sarkas Luna tajam. "Kamu tidak lapar?" Tanya Jaya mengkhawatir kan istrinya. "Tidak! Tadikan sudah makan di kampus!" Jerit Luna kesal setengah mati. Menatap suaminya Jaya sengit. "Oh iya, abang lupa." Jaya nyegir kuda melihat istri kecilnya yang terlihat hampir meradang karenanya. "Tadi kamu makan pakai apa?" Tanya Jaya basa-basi, mencairkan suasana canggung di antara keduanya. "PAKAI GEPREK!!!" Suaranya yang tadi masih terdengar halus dan lembut. Sekarang suara Luna terdengar keras dan kasar, menunjukkan ketidakpuasaannya terhadap sang suami yang penuh kebohongan. Tidak cukup membohonginya sebagai mahasiswa lama di IAIN Curup. Padahal ia adalah seorang Dekan yang berpengaruh. Jaya suaminya itu juga beberapa kali berbohong tentang jadwal pulang PBAK. Jika bukan karena suaminya bilang acara PBAK hari terakhir akan selesai pukul 12:00 siang. Luna pasti membawa bekal dari rumah. Sehingga ia tak usah keluar uang sia-sia untuk membeli nasi ayam geprek. Rendangnya juga tidak akan berakhir mubazir. "Jangan marah-marah! Nanti cantiknya hilang!" Ujar Jaya ringan menanggapi marah sang istri. Seraya melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Karena memesan nasi padang via online. "Suka-suka" cuek Luna tak peduli dengan perkataan sang suami. Jaya menggeleng pelan melihat tingkah galak nan cuek Luna. Yang terlihat menggemaskan di matanya. Benar seperti yang di katakan oleh kedua mertuanya. Bahwa putri kecil mereka sedikit galak dan sadis. Namun itu semua bukan masalah bagi Jaya. Sebab yang di inginkan Jaya hanyalah seorang istri yang setia dan tidak terlalu banyak menuntut. Bukannya Jaya tak ingin bertanggung jawab terhadap istrinya. Hanya saja kebanyakan wanita zaman sekarang terlalu sering menuntut sesuatu yang tak dapat mereka raih. Seperti barang branded, super car, uang bulanan dua digit, uang jajan unlimeted, treatment ratusan juta sebulan. Akibat tercemar aplikasi tiktak. Tentu untuk pria seukuran Jaya Baya tidak bisa memenuhi keinginan tak masuk akal tersebut. Oleh sebab itu, Jaya Baya memilih menikahi gadis buluk dari keluarga sederhana, yang tengah terbaring di brankar rumah sakit. Meski ia harus menggelontorkan sejumlah uang guna membuat gadis di hadapannya itu terbangun dari tidur panjangnya. Andai di tanya tentang masalah fisik istrinya yang tak menarik. Apakah Jaya merasa jijik? Tentu Jaya tak merasa jijik hanya saja ia kurang merasa nyaman dengan kondisi fisik Luna yang kurang menarik. Akan tetapi, semua itu bukanlah masalah. Jaya akan merubah istri kecilnya itu menjadi peri kecil di negeri Bell. Cuma Jaya masih bingung mau mulai bicara dari mana. Sebab keduanya tak pernah dekat sebelumnya. Sekarang pun mereka jarang bertemu atau mengobrol secara langsung, karena kesibukan sehari-harinya. Takutnya Luna malah marah dan ngambek padanya karena tersinggung.Matanya berbinar menatap semua barang impiannya ada didepan mata. Luna tak pernah menyangka jika ia akan mendapatkan barang impiannya dengan mudah. Tidak hanya Luna yang merasa bahagia. Jaya juga ikut merasakan kebahagiaan yang Luna rasakan. Sebab gadis nakal itu menciumnya beberapa kali dalam semenit. Mengucapkan terima kasih dengan caranya sendiri. Akan tetapi, kebahagian dan keceriahan sore itu hancur karena kedatangan Alfaranzi. Luna langsung bete saat melihat adik iparnya, yang lebih tua tujuh tahun dari dirinya itu. Semuanya bermula saat Luna membolos mata kuliah ulumul quran dan tidak mengerjakan tugas. Kebetulan Alfaranzi bersahabat baik dengan dosen pengampu mata kuliah ulumul quran di kelas Luna. Berbekal kesaksian dan rekaman suara sahabatnya sebagai barang bukti. Alfaranzi nekat mengadukan kelakuan jahanam Luna yang sudah kabur dari kelas ulumul quran sebanyak tiga kali. Tentu Jaya yang mendengar tingkah nakal Luna. Memberi teguran kecil kepada sang istri. Supaya tid
"Abanggggg......" teriak Luna tak terima dengan pengaturan suaminya. "Tertelan nanti abang yang repot yah, Luna!" Mengacungkan jari telunjuknya kearah Luna. Menatap manik matanya tajam. Sengaja nada bicaranya sedikit ditinggikan. Jika tidak gadis nakal itu pasti akan mencari gara-gara dengannya. Tampak pemilik wajah cantik itu sudah mengerucutkan bibirnya. "Abanggg......" Luna merengek berharap Jaya mengizinkannya menyimpan banyak biji kelengkeng dipipinya. "Tidak boleh! Abang sibuk ya, jangan cari masalah" Tutur Jaya tegas seraya memeriksa berkas-berkas penting dihadapannya. "Abangggg....." menarik-narik celana dasar Jaya pelan, menggunakan ujung jarinya."Tidak yah! Abang ambil nanti kelengkengnya!" Ancam Jaya mengulurkan tangannya berniat mengambil keranjang rotan berisi buah-buahan milik Luna. "Tidak....tidakkk....!" Luna secepat kilat mendekap keranjang buahnya. Sebelum Jaya sempat menjangkau keranjang buahnya. "Makanya kalau abang bilang tidak boleh! Ya, tidak boleh!" Tega
"Makanya besok-besok jangan berani ngebantah lagi kalau orang ngomong!" Tegas Jaya mengingatkan istrinya. "Iya" sahut Luna terpaksa. Bangkit dari tempat duduknya. Berniat berjalan kegedung rektorat meninggalkan suaminya. "Tinggalkan salad buahnya" perintah Jaya dingin menarik tupperware berisi salad buah dari tangan sang istri. "Abanggg....." rengek Luna lagi. "Ambil buat jajan" Jaya meletakkan dua lembar seratus ribuan ditelapak tangan sang istri. Luna menunduk lesuh mendapati uang lembaran seratus ribuan ditelapak tangannya. Jika sudah begitu ia tidak dapat membantah perkataan suaminya. Kalau ia tolak uang pemberian suaminya, besok-besok bagaimana jika membutuhkan uang. Tentu ia akan gengsi meminta belas kasihan suaminya. "Thank you bang" melambaikan tangannya lalu berlari menuju ke gedung rektorat. Mengikuti kuliah istitah meski sudah terlambat dua setengah jam. Jaya menyuapkan salad buah ke mulutnya memandangi kepergian sang istri dengan tatapan kosong. Tak per
Srrrrrkkkkkkkk..........Jaya menarik pergelangan tangan kiri istrinya. Menyeret gadis kecil itu menuju ruang LPPM di dekat gedung rektorat. Guna memarahi gadis nakal pembuat masalah tersebut. Aaaaaaa..........Suara teriakkan keluar dari bibir mungil Luna. Terkejut Jaya menariknya secara tiba-tiba. Matanya membeliak kaget mendapati tubuhnya setengah terseret ketanah. Beruntung ia bisa menstabilkan tubuhnya segera. Jika tidak pantatnya pasti akan mencium aspal pagi ini. Orang-orang yang melihat Luna diseret oleh Jaya cuma bisa menggeleng pelan. Dapat di pastikan mahasiswi baru itu akan mendapatkan pencerahan dari langit. Brukkk.....Jaya mendudukkan Luna dikursi lalu dia sendiri duduk tepat dihadapan istri kecilnya yang jahanam. Menatap tajam gadis nakal itu. Telat satu jam saja sudah keterlaluan. Ini dia malah berani telat dua jam. Dimana letak harga diri Jaya sebagai dekan dan suaminya. "Kenapa terlambat?" Tanya Jaya sinis dengan volume suara yang sedikit dikecilkan. "Tadi ket
Jaya membenarkan posisi duduknya. Menatap lembut istri kecilnya. Lalu berkata "Soto betawi nya abang kirim ke rumah umi sama abah" lembut."Abang ihhhh.....kok gak bilang-bilang?" Mengerucutkan bibirnya. "Hmmm......" Jaya berdehem pelan mengeluar kan lembaran kertas merah dari dompetnya sebanyak lima lembar. Lalu memberikannya kepada sang istri. Luna menerima pemberian Jaya menyimpan lembaran uang seratus ribuan tersebut ke dalam dompet serut dipinggangnya. Plekkk...........Tiba-tiba Luna merebahkan tubuhnya di atas tubuh sang suami. Mendesalkan wajahnya di dada bidang milik Jaya. "Heyyy...apa-apaan Luna?" Protes Jaya tak terima dengan perubahan sikap Luna yang selalu mendadak. "Mau bobok" memeluk pinggang Jaya lembut."Luna tidak ada ya tidur ditubuh abang...!!!" Ucap Jaya tegas melarang sang istri untuk tidak tidur diatas tubuhnya. "Mau bobok disini....." memejamkan matanya. "Haduhhh....Lunaa....abang ini pria normal yah!" Mendorong tubuh Luna menjauh dari tubuhnya, namun gag
Aroma rempah yang kuat dan khas seperti kayu manis, cengkeh, dan pala mulai menguar di udara. Aroma creamy dan sedikit manis dari santan dan susu. Menambah kenikmatan tersendiri bagi orang yang mencium wangi soto betawi ini. Belum lagi aroma gurih dari potongan daging sapi yang sudah diaduk rata ke dalam kuah santan. Setelah sebelumnya di rebus secara terpisah dengan rempah-rempah, guna menghilangkan bau amis dan lemak jahat di dalamnya. Membuat kelezatan soto betawi buatan Luna semakin menggugah selera. Bawang merah dan bawang putih serta bawang goreng yang ditambahkan saat penyajian. Menambah aroma yang khas dan pedas serta wangi yang lezat. Jaya menelan air liurnya melihat sang istri menyantap soto betawi buatannya seorang diri. Tanpa banyak bicara Jaya mengayunkan kakinya ke arah dapur. Menyiapkan soto betawi untuk dirinya sendiri. Dari pada ia ribut dengan istri kecilnya. Jaya tahu Luna selalu masak dalam jumlah yang lumayan banyak. Biasanya gadis kecil nakal itu menyetok ma






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen