..“Kau ini temannya si gendut kan?” tanya Arga, kemudian menatap Laura dari ujung rambut sampai ujung kaki, “cantik juga.”Laura mengatur nafasnya, agar emosinya tidak meledak disana. Laura malas untuk bertengkar dengan Arga, terutama di toko orang.“Aku tidak ingin berdebat denganmu, berikan jam tangan itu, aku ingin membelinya” ucap Laura, sambil menunjuk jam tangan yang Arga pegang.Arga menatap jam tangannya lalu kembali pada Laura, dia tersenyum remeh.“Jam tangan ini? Memangnya kau mampu? Kelihatannya kau ini miskin, aku dengar kau masuk sekolah karena bantuan pemilik sekolah, iya kan?”Laura cukup terkejut dengan ucapan Arga, karena itu benar adanya. Laura masuk di sekolah itu berkat bantuan Noa, suaminya sekaligus pemilik sekolah elit tersebut.Namun, tentu saja yang mengetahui hal itu hanya Laura dan Noa saja, harusnya begitu.Mengetahui Arga mendapatkan informasi itu membuat Laur
..Nama asli Arga adalah Arga Ferdian Varold. Namun, orang tuanya menyembunyikan nama marganya.Awalnya Arga tidak mau memikirkannya, karena mungkin saja kan orang tuanya takut Arga tidak bisa berbaur dengan anak-anak lain. Karena pikir Arga, anak orang kaya biasanya kesepian, terutama jika orang tuanya terkenal.Itulah kenapa dia tidak masalah hanya menggunakan nama Arga Ferdian selama ini.Namun, seiring berjalannya waktu, Arga mengetahui alasan dibaliknya.Itu karena kakaknya, kakak dari ibu yang lain.Kakak Arga itu sangat sukses dengan kemampuannya sendiri, namun orang tua Arga tidak mau tahu, mereka iri dengan kesuksesan kakaknya itu.Yaitu Noa.Orang tuanya sengaja tidak memberi marga agar Noa tidak bisa melacak keberadaan Arga.Agar Arga jauh dari kakaknya.Orang tuanya, membenci Noa.Hal itu yang tidak Arga mengerti, kenapa orang tuanya membenci Noa? Jika itu ibunya Arga masih masuk akal, tapi ayahnya juga?Padahal Noa darah daging ayahnya sendiri.Arga yang penasaran tentu
..Laura menarik Noa agar duduk di sofa yang ada di dalam ruangan, menatap Noa dengan tatapan seriusnya.“Begini, tadi aku membeli hadiah di pertokoan tidak jauh dari sekolah ini, awalnya aku ingin membeli jam tangan –”“Lalu berakhir membeli seluruh isi toko pakaian” sahut Noa, menyahuti ucapan istrinya, sekaligus menyindir.Tentu saja Noa mengetahui jika istrinya. Membeli salah satu toko pakaian mewah di jalan khusus pertokoan elit. Harga toko disana tidak main-main, karena memang strategis sekali. Selain dekat kemana-mana, juga dekat dengan sekolah-sekolah, karena memang salahku satu perbelanjaan terkenal.Noa tidak marah kok, membeli satu toko di jalan itu atau bahkan semuanya, sangat kecil bagi Noa.Jadi tidak masalah, tapi Noa merasa lucu saja istrinya yang masih remaja dan kekanakan itu langsung membeli toko gaya karena disinggung.“Kak Noa jangan ketawa! Itu semua karena Arga! Dia menyerobot dan membeli jam tangan itu sebelum aku, jadi aku masih kesal, emosiku jadi tidak bisa
..Arga mondar-mandir di depan pintu ruangan pak Vanno, atau Noa, atau kakaknya. Apalah itu, yang pasti, Arga ingin kakaknya tahu jika dia sudah memberikan hadiah.Bisa dibilang, Arga caper.Orang-orang jika mengetahui hal itu akan meledek Arga habis-habisan.Karenanya, Arga mencari waktu yang tepat, saat orang-orang sibuk dan sepi. Jadi Arga bisa menyelinap untuk menemui kakaknya.Arga sudah mengetuk pintu beberapa kali, namun dia tidak sabaran, karena pintu tidak kunjung dibuka.Pintu baru dibuka setelah sekitar dua atau tiga menit kemudian.“Kenapa lama sekali membuka pintu?” protes Arga setelah dia sudah masuk ruangan.“Maaf ya, ada sedikit masalah, ada apa kamu kemari? Ada yang ingin kau bicarakan?” tanya Noa.Mereka memilih duduk di sofa, Noa memberikan toples berisi marsmallow pada Arga. “Makanlah jika suka” tawar Noa.Tanpa diduga, Arga mengambil toples itu lalu memakan isinya sambil menggendong toples. “Pak Vanno sudah menerima hadiah saya?” tanya Arga.“Hal itu juga yang in
..DughArga meninju tembok tidak bersalah di depannya. Tembok baik-baik saja, tapi tangannya lecet, tentu saja.Arga tidak percaya mulutnya nakal sekali, sampai mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak dia katakan.Tidak seharusnya dia keceplosan mengatakan jika dia adalah adik dari Noa.Apa sebegitu hausnya kah dia akan kasih sayang kakak, yang bahkan mungkin membencinya.Iya, pasti Noa membencinya.Orang tua Arga telah jahat pada Noa dan ibunya, setelah itu melihat Noa sukses, mereka berusaha mendekati Noa kembali.Jujur, Arga malu mengetahui orang tuanya sendiri seperti itu.Sangat malu.Dugh.Seakan kebal rasa sakit, Arga kembali meninju tembok, membuat tembok putih itu terkena darah segarnya.“Hei, berhenti meninju tembok, kan temboknya tidak salah” ucap seseorang, Arga menoleh pada asal suara, melihat seorang siswi yang terlihat agak familiar, tapi juga tidak familiar.
..Noa melihat dokumen-dokumen yang dikirimkan anak buahnya tidak percaya. Ke mana saja dia selama ini?Harusnya Noa tidak egois dan masa bodoh terhadap adiknya sendiri.Orangtua yang tidak baik akan selamanya menjadi orangtua yang tidak baik, bahkan terhadap anak satu-satunya sekalipun.Hanya karena tidak menyukai Noa, mereka menyembunyikan identitas Arga.Apa yang mereka pikirkan?Noa mengatur nafasnya, kemudian melepas topengnya.Dia sudah berada di dalam kantornya, untuk mengecek beberapa pekerjaan kantor yang semakin lama semakin membludak.Bahkan Noa ingin cuti dari pekerjaan sebagai gurunya. Tapi tidak bisa untuk saat ini, masih ada istrinya di dalam sekolah.Namun tidak bisa dipungkiri, Noa sangat menyukai pekerjaan sebagai guru. Disana dia bertemu banyak jenis anak-anak, itu sangat menyenangkan, mengingat selama ini Noa hidup sendirian tanpa teman tanpa saudara.Menjadi guru membuatnya bertemu banyak anak-anak muda yang sudah seperti adiknya, bahkan saat ini salah satu muridn
. . “Nona, kita harus segera pergi” ucap Satria, kebetulan saat itu memang Laura dan kawan-kawan sudah saatnya pulang, karena memang sudah malam. “Oh, eum – baiklah, aku pulang duluan ya, sampai ketemu besok!” Laura pun berpamitan pada yang lain lalu mengikuti Satria keluar dari tempat itu. “Kita pulang juga yuk, Lir!” ajak Diana. “Lho, kamu ga sama aku? Terus aku gimana?” protes Ruby. “Aku anter, rumahmu itu satu arah denganku kan” sahut Dave. “I-iya sih, tapi...” “Udah, ayok!” Dave pun menarik lengan Ruby untuk mengikutinya. Sementara Dianna dan Lira malah cekikikan karena mereka memang sudah merencanakan agar Ruby dan Dave pulang bersama. Sebenarnya, Ruby itu menyukai Dave dari dulu, Cuma anaknya jaim saja. Apalagi setelah Ruby tahu Dave menyukai Laura, jadilah mereka senang sekali saat Laura mengatakan sudah memiliki kekasih. Dengan begitu Ruby memiliki kesempatan kembali. Lagipula memang rumah Dave dan Ruby searah. “Tumben banget mau nganterin aku pulang?” ucap Ruby sa
..Tok tok tok.Ruby segera menyingkirkan Dave lalu berdiri.“Ruby, kamu ngapain di dalem kamar sama pacarmu? Ga baik berduaan di kamar sayang, jangan nyontohin yang ga bener sama adikmu ya!”Ruby berdecak kesal, padahal dia hanya korban disini, kan yang memulai Dave dahulu, bukan dia.“Iya mah, ini ngomong bentaran doang kok!” balas Ruby, kemudian dia menoleh pada Dave.“Mau ngapain tadi ha?”Dave hanya terkekeh lalu ikut berdiri dan keluar dari kamar Ruby, sambil menggenggam tangannya.Ruby menggerutu dalam hati, karena Dave terlihat menyebalkan baginya saat ini. Seakan dia sedang menggantungkan hubungan mereka. Jangan-jangan Dave sudah tahu jika Ruby menyukainya dan ingin mempermainkan Ruby saja.Mamanya Ruby menyediakan beberapa camilan yang dibuat sendiri, maklum, mama Ruby itu suka memasak, terutama membuat kue.Tidak henti-hentinya orang tua serta adik Ruby yang masih SMP itu menanyai Dave macam-macam.Mereka semua terkagum-kagum setelah mendengar kedua orang tua Dave itu sama-