Share

6. Vila di tepi pantai

“Sayang, mau jalan-jalan?” tanya Noa tiba-tiba, saat itu Laura sedang mengeringkan rambutnya dengan hairdryer, menoleh pada suaminya sambil menatap penuh antusias.

“Jalan-jalan ke mana?”

Noa mengedikkan bahunya, “entah, kamu maunya ke mana?”

Laura terlihat berpikir sejenak, “aku sebenarnya tidak terlalu mengenal sekitar sini, tapi aku suka ke taman atau ke pantai,” ucap Laura antusias.

Bibir Noa membentuk senyuman tipis, “kalau begitu kita ke pantai, aku memiliki villa dengan pantai pribadi, ada yacht kecil juga di depannya jika kamu ingin menaikinya, tapi, kamu sudah baikan? Maksudku, tidak sakit lagi?”

Laura mengangguk pelan, “tidak terlalu sakit kok, lagi pula kita ke sana kan naik mobil” ucap Laura, masih saja antusias.

Noa gemas melihat istri kecilnya tersenyum lebar seperti itu, dia terlihat bahagia hanya karena hal sederhana.

“Kalau begitu aku akan siap-siap ya, kamu bawa apa yang dibutuhkan, jika tidak ada kau bisa mengatakannya padaku” kata Noa, dia kemudian berdiri dari duduknya, berjalan menuju Laura, kemudian mengecup kening istrinya, baru kemudian pergi.

Senyuman Laura menghilang setelah Noa pergi, dia jadi gugup, itu pertama kalinya dia akan pergi keluar bersama.

Ini sangat mendebarkan, tapi dia juga gugup dan khawatir. Dengan dada berdebar-debar, dia mulai bersiap dan mengumpulkan apa pun yang mungkin dia butuh kan.

“Oh iya, aku tidak punya baju renang” gumam Laura.

Haruskah dia meminta Noa untuk membelikannya? Tapi entah kenapa, dia sangat malu untuk meminta sesuatu secara langsung.

“Tidak perlu baju renang lah” gumam Laura lagi.

Tanpa dia ketahui, Noa yang sudah selesai bersiap, mendengar semuanya, dia baru saja membuka kamar Laura.

Kamar mereka sengaja dipisah meskipun suami istri karena Noa ingin memberi privasi untuk istrinya.

Diam-diam, Noa pergi lagi menjauh dari kamar Laura, kemudian dia mengeluarkan ponsel dari sakunya.

“Halo? Kirimkan pakaian renang terbaik, kamu mempunyai ukuran istriku kan? Iya, bawa saja semuanya ke villa pinggir pantai” ucap Noa dari telefon, setelah suara dari seberang mengiyakan dia segera menutup telefonnya, kemudian kembali lagi ke kamar istrinya.

“Sudah siap-siap nya?” tanya Noa.

Laura tersenyum lalu memperlihatkan tas ransel warna pink miliknya, “sudah kak, ayo kita berangkat!”

Mereka pun berangkat menggunakan mobil mewah milik Noa. Laura sebenarnya ingin Noa membawa mobil biasa saja, namun dia sungkan untuk memberitahu Noa.

Di dalam mobil, mereka berdua hanya terdiam. Laura hanya menatap ke luar jendela saja, melihat-lihat pemandangan sekitar.

Laura ingat, dulu dia pernah jalan-jalan dengan mobil ayahnya. Mobil ayahnya biasa saja, bisa dibilang jelek dan butut, namun Laura sangat senang kala itu.

Mereka adalah keluarga bahagia, namun sekarang semuanya berubah sejak ayahnya meninggal.

Ibunya jadi jahat, banyak hutang dan menjualnya pada Noa. Laura harus bersyukur karena Noa sangat baik padanya.

Entah itu aneh atau tidak, namun Laura jatuh cinta pada suaminya.

Noa yang memberinya tempat bernaung, memberinya banyak kasih sayang, tidak peduli meski Noa masih menganggapnya orang asing tidak bisa dipercaya.

“Kita sudah sampai.”

Laura tersadar dari lamunannya. Mobil ternyata sudah memasuki kawasan villa mewah.

Semuanya besar-besar dan indah, Laura sampai tidak berani menanyakan berapa harga unitnya, bukan full furnised pun pasti harganya puluhan miliar.

Mobil mulai memasuki villa yang Laura lihat paling besar dari yang lainnya.

Laura menahan diri untuk tidak terkesiap karena terlalu kagum, dia tidak mau terlihat kampungan di depan Noa.

“Ayo masuk, sayang!”

Noa menarik lengan Laura untuk memasuki villa.

Tanpa mereka ketahui, ada satu mobil hitam yang dari tadi mengikuti mereka. Di dalam mobil itu terdapat satu sopir dan seorang wanita paruh baya yang mengenakan pakaian mewahnya.

“Jadi itu istri Noa? Masih remaja begitu, dia sudah gila apa?” gumam wanita itu.

Wanita itu adalah istri pertama ayah Noa, yang berarti adalah ibu tiri Noa.

Dia memang suka diam-diam mengawasi. Sebenarnya Noa mengetahui ibu tirinya suka mengawasinya, namun dia tidak peduli, karena Noa sudah tahu yang ibu tirinya incar adalah hartanya.

“Anak kecil seperti itu palingan mudah terpengaruh, dia hanya mengincar harta saja” gumam wanita itu lagi, sebelum kemudian mengeluarkan ponselnya.

“Kita kembali ke rumah” ucap wanita itu pada sopirnya.

Seringai licik muncul di wajah cantiknya, “aku punya rencana bagus, gadis kampung itu harus pergi karena dia hanya pengganggu tidak penting.”

.

.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status