"Kita makanan dulu yuk, aku lapar belum makan apa pun dari pagi," ucap gadis manis yang mencepol rambutnya tersebut diangguki gadis yang rambutnya terurai indah berwarna marun di bagian bawahnya.
"Ayo Man," ucap gadis rambut marun–Divya seraya meraih tangan Amanda yang terkulai lemah di kedua sisi tubuhnya, Divya mengernyitkan kening melihat Amanda yang lesu tidak bersemangat itu.
Francie yang menyadari kebingungan Divya sedikit menyikut bahunya. "Sudah dari tadi seperti itu, kita makan di apartemen kamu aja, drive thru."
"Baiklah," ucap Divya dan kini bersama Francie menyeret lengan kiri dan kanan Amanda yang sepertinya tidak akan bergerak sedikit pun jika tidak dengan cara seperti itu. Seraya berjalan dengan menyeret Amanda supaya berjalan agak cepat, keduanya terus bertanya apa yang telah terjadi dengan. Na
"Aku akan menikah tanggal satu besok."Baik Francie maupun Divya langsung terbatuk sedetik setelah Amanda mengutarakan kalimatnya. Keduanya secara kompak menatap Amanda dengan tatapan horor serta mata berair karena tenggorokan mereka yang sakit akibat tersedak."Jangan bercanda!" seru keduanya secara kompak, merasa tidak percaya Amanda membicarakan soal pernikahan, padahal dulu anti sekali membicarakan hal tersebut walau sudah memiliki kekasih."Kamu sudah hamil?" tanya Divya mengutarakan apa yang terlintas di kepalanya saat ini karena pemberitahuan Amanda akan menikah itu cepat sekali, hari ini tanggal 25 untuk ke tanggal satu membutuhkan hanya waktu tujuh hari, yang benar saja. Kalau Amanda tidak bercanda, kemungkinan opsi sudah hamil adalah yang paling benar.Bukan Fr
Amanda langsung terdiam mendengar pertanyaan Divya, entah dirinya harus tertawa atau menangis sekarang, yang jelas ia ingin melakukan keduanya secara bersamaan sekarang.Keterdiaman Amanda itu mengundang pemikiran lain dari Divya dan Francie, mereka benar-benar berpikir bahwa calon suami Amanda itu pria tua nan jelek, makanya gadis itu sampai tertekan tidak mau menikah seperti ini."Serius Man?" sahut kedua gadis tersebut secara bersamaan. Amanda cepat-cepat menggeleng yang mengundang helaan napas lega dari dua sahabatnya itu."Aku kira calon suamimu benar-benar pria tua jelek!" ucap Francie."Terus siapa calon suamimu, dia tampan?" Divya menyahuti karena dirinya menjadi sangat penasaran siapa calon suami Amanda hingga membuat sahabatnya itu terlihat sangat tertekan.
Amanda pulang ke rumahnya dengan taksi online, kini dirinya sudah sampai di halaman rumah. Setelah membayar, Amanda keluar dari kendaraan yang sudah membawanya selamat sampai tujuan itu, kemudian buru-buru melangkah memasuki rumahnya karena sangat takut jika harus berlama-lama melihat orang berpakaian serba hitam yang berlalu lalang di kediamannya. Marisa sedang duduk seorang diri di ruang keluarga setelah Amanda berhasil masuk. Ini belum tengah hari, tentu ayah dan kakaknya tidak ada di rumah, saat ini mungkin mereka tengah melakukan pekerjaan masing-masing, yang dirinya curi dengar semalam justru kakaknya akan pemotretan di luar kota, mungkin saja sudah berangkat atau bagaimana. Marisa tersenyum melihat putrinya yang sudah pulang, wanita itu menepuk sofa kosong di sebelahnya menyuruh Amanda untuk duduk, tetapi Amanda menghiraukannya walau melihat kode terse
Amanda membalas dengan senyuman kaku setiap tamu undangan yang memberikannya ucapan selamat. Kalau bukan karena perintah ayahnya, Amanda sangat tidak sudi menyunggingkan kedua sudut bibirnya seperti ini, lebih baik dirinya dicap buruk daripada harus tersenyum, tetapi hatinya menolak. Namun lagi-lagi, apa pun yang dirinya lakukan harus sesuai dengan apa yang diinginkan ayahnya.Amanda kini mengenakan gaun pengantinnya berpotongan sederhana, dress putih bahu terbuka dengan terusan yang tidak terlalu mengembang hingga mata kaki, seluruh gaunnya dilapisi oleh payet-payet dan mutiara yang cantik. Gaun pernikahan yang sederhana, tetapi mampu memancarkan aura kecantikan Amanda yang luar biasa walau hiasan wajahnya tidak terlalu tebal.Amanda kini telah resmi menjadi seorang istri dari seorang Narendra Hartanto, pria yang usianya 15 tahun lebih tua dari Amanda. Sampai
“Segera bersihkan tubuhmu,” ucap seseorang yang baru masuk tersebut memporak-porandakan seluruh pemikiran bahagia yang telah disusun rapi di kepala Amanda. Senyum manis yang ditampilkannya beberapa saat lalu luntur begitu saja bersamaan dengan dirinya yang berusaha mengubah posisi tubuh menjadi terduduk, gadis itu menatap tidak suka pria bersetelan formal di hadapannya.“Kenapa tidak Anda saja yang duluan?” balas Amanda secara menantang. Alih-alih mengganggu kesenangannya, bukankah lebih baik jika kita melakukannya lebih dahulu daripada memerintah orang lain? Pria itu benar-benar menjengkelkan, gadis itu menggeram dalam hati.Mendengar kalimat yang diucapkan gadis di hadapannya, Rendra menahan napas sejenak, berusaha menenangkan dirinya agar tidak meledak detik ini juga. Maksud dirinya baik menyuruh gadis itu untuk membersihkan tubuh leb
Amanda melebarkan kedua matanya tak terima mendengar kalimat yang diungkap oleh sahabatnya tersebut. “Memangnya aku barang?!”“Ya bukan, tapi malam ini kan malam pertamamu bersama si suami tampan,” sahut Francie.Divya terlihat membekap mulutnya sendiri. “Apa kami mengganggu?”“Sebaiknya kita tutup saja dulu.” Francie kembali berbicara membuat Amanda segera mengkode supaya gadis itu tidak menghentikan kegiatan mereka.“Jangan!”“Kenapa? Kita kan takut mengganggu!”Amanda berdecak sebal. “Kalian kan tahu aku nggak bakal lakuin itu!”
Tidak banyak yang Amanda dan Rendra lakukan selama menginap di hotel. Amanda hanya merebahkan diri di ranjang seraya memainkan ponsel seharian, sesekali memandang pemandangan kota dari kamar tempatnya menginap saat malam hari, Amanda tidak berminat sama sekali keluar dari kamar untuk menikmati fasilitas-fasilitas yang ada di sana. Katakan dirinya bodoh karena diberi kesempatan untuk menginap di hotel mewah dengan biaya per malam yang tidak tidak bisa dikatakan murah, tetapi tidak digunakan sebaik mungkin.Sementara Rendra beberapa kali pergi dari hotel ke luar untuk urusan pekerjaan. Amanda tidak begitu peduli dengan apa yang pria itu lakukan, tetapi pria itu sendiri yang menjelaskan demikian.Saat ini adalah waktunya mereka untuk check out setelah beberapa hari menetap di tempat tersebut. Amanda dan Rendra kini berada di dalam sebuah kendaraan beroda empat duduk bersebelahan di kursi penumpang dijemput oleh sopir keluarga Hartant
Gadis itu menyentuh kepalanya yang terasa pusing, secara bersamaan Nyonya Alina menyosong Amanda, membawa Amanda ke dalam pelukannya yang ringan. Amanda tidak bergerak sama sekali, pasrah ibu mertuanya itu mau mengapakan dirinya, yang jelas Amanda masih terkejut atas indra pendengarannya yang mendengar satu kata yang keluar dari bocah perempuan tersebut."Selamat datang di rumah kami," ucap Nyonya Alina seraya melepaskan rengkuhannya. Amanda masih berdiri kaku, sementara untuk menghargai kalimat yang keluar dari mulut wanita itu Amanda menyunggingkan kedua sudut bibirnya ke atas secara samar, suasana saat ini benar-benar canggung untuk Amanda. "Bagaimana acara kalian di hotel, menyenangkan?"Kedua sudut bibir Nyonya Alina melengkung ke atas secara lebar, sementara kedua alisnya naik-turun bermaksud untuk menggoda setelah mengutarakan pertanyaannya itu. Amanda mengatupkan bibir, bingung harus merespons seperti apa pertanyaan dari ibu mertuanya tersebut, gadis itu kemudi