Waktu sudah menunjukan pukul dua lebih sepuluh menit dini hari, Amanda masih belum mampu memejamkan mata dan membawa dirinya ke alam mimpi. Seakan rasa kantuk tidak akan datang kepadanya malam ini, seharusnya Amanda sudah terlelap sejak beberapa jam yang lalu, tetapi kejadian sebelum dirinya membersihkan diri benar-benar menghantui isi kepalanya.
Amanda tidak bisa berhenti memikirkan Rendra yang sudah berhasil memiliki jadwal kuliahnya dan ucapan terakhir pria itu benar-benar terngiang, membuat jadwal untuknya? Apakah itu artinya ia akan kembali terjerat dalam sangkar seperti sebelum menikah? Amanda benar-benar frustasi memikirkan hidupnya akan kembali dikekang, padahal dirinya baru saja merasakan kebebasan.
Rasanya Amanda ingin menangis saja, ia kesal karena tidak bisa hidup sesuai dengan keinginannya ditambah lagi benda yang sekarang tengah Amanda barin
Amanda membuka mata secara perlahan saat sebuah cahaya cukup mengganggu tidurnya. Amanda masih sangat mengantuk, ia rasa sepertinya ia baru terlelap beberapa saat yang lalu, dan orang yang telah mengganggunya sungguh tidak memiliki perasaan, orang itu membuka gorden hingga cahaya matahari yang sudah cukup tinggi itu masuk ke dalam semua ruangan.Enggan bangun, Amanda menarik selimut hingga mengubur seluruh tubuhnya, sungguh ia masih ingin tidur apalagi tempat yang dipakainya untuk berbaring sangat nyaman, empuk dan luas, tidak seperti tempat yang tidurinya kemarin, ia juga mengenakan selimut yang lembut dan hangat, rasanya Amanda tidak rela jika harus terpisah dengan kedua benda tersebut.“Lekas bangun Amanda, kita sudah ditunggu untuk sarapan bersama di bawah.” Amanda bisa jelas mendengar apa yang dikatakan oleh Rendra, tetapi untuk sekadar m
Kalau dipikirkan kembali, justru sebenarnya bagus jika ia membantu ibu mertuanya membuat kue. Itu artinya hanya akan ada mereka berdua saja, ia bisa lebih leluasa membuat ibu mertuanya tersebut hilang respect kepadanya.Setiap kejadian pasti memiliki hikmah, Amanda mempercayai hal itu sekarang. Ia pikir tidak terlalu buruk apa yang rencana oleh ibu mertuanya, kali ini justru Amanda yang bersemangat. Amanda tidak sabar untuk mengacau, ia sungguh bahagia memikirkan ada berapa banyak yang akan ia kacaukan hari ini.Memikirkan hal tersebut membuat gadis itu tertawa dalam hati, sungguh rencananya sangat cerdas sekali, sepertinya ia perlu memberikan penghargaan kepada dirinya sendiri.Selepas sarapan, karena tidak merencanak
Selama mengenal ibu mertuanya, sekali pun Amanda tidak pernah melihat wajah menyeramkan wanita itu. Bukan menyeramkan seperti hantu, melainkan ekspresi marah atau kesal. Berbeda dengan kali ini, wajah wanita tua itu terlihat sedikit memerah dengan ekspresi tidak menyenangkan untuk dilihat sama sekali. Saat ini Amanda hanya bisa menunduk, berpura-pura tidak bisa melihat wanita itu saking merasa bersalah.Ia memang bersalah karena sudah dengan sengaja membuat wanita itu terkena cipratan adonan telur dan gula yang tengah dirinya campur menggunakan alat mixer, tetapi sekali lagi sungguh Amanda tidak merasa bersalah, ia justru penasaran apakah wanita tua itu sudah kehilangan respect kepadanya atau belum.
Amanda sudah kembali berpakaian rapi dan mengeringkan rambut. Gadis itu kini tengan termenung sendiri di atas sofa seraya mencoret-coret asal buku catatan miliknya, sesekali tarikan hidung terdegar di ruangan kamar tersebut. Bola mata gadis itu memerah sebab terus mengeluarkan air mata selepas pertengkaran bersama suaminya beberapa jam yang lalu.Amanda memangis bukan karena dirinya sedih, melainkan karena masih kesal kepada pria yang sudah berbuat terlalu kasar kepadanya tersebut. Amanda pikir pria itu sudah sangat keterlaluan, dirinya hanya mengacaukan kegiatan kesukaan ibu mertuanya, tidak sampai membuat wanita itu celaka, tetapi pria tersebut langsung bereaksi secara berlebihan sampai membuat tubuhnya memar-memar, Amanda bahkan masih bisa merasakan sakit yang teramat sangat pada bagian-bagian yang pria itu cengkram.Amanda pikir pria itu benar-benar gila.Sudah kesal, Amanda juga merasa sangat kebosanan mengurung diri di kamar, tetapi untuk keluar dirinya ma
Amanda sudah mandi tiga kali meski hari belum berjalan setengahnya. Ini semua karena anak-anak menyebalkan pria itu, Amanda marah sekali kepada mereka. Saat tenggelam tadi, Amanda benar-benar ketakutan, ia panik dan tidak bisa bernapas, sampai berpikir bahwa hari ini adalah hari terakhir dirinya hidup di dunia.Untung saja pria itu datang ke area kolam renang dengan tepat waktu kemudian menyelamatkannya. Bagaimana kalau tidak? Sudah dipastikan apa yang ada dalam pikirannya ketika tenggelam tersebut benar-benar akan terjadi.Anak-anak pria itu sungguh mengerikan. Bagaimana bisa bocah sekecil mereka sudah berani berbuat yang dapat menyebabkan nyawa orang lain melayang, padahal ia sudah memberitahukan sebelumnya bahwa dirinya tidak bisa berenang, mereka masih saja menjailinya dengan membiarkan ia jatuh ke dalam kolam.Tubuh Amanda masih bergetar ketakutan walau kini dirinya sudah kembali membersihkan diri dan mengganti pakaian, kejadian tenggelam beberapa menit yan
“Kenapa kamu tutup mata?” bisik Rendra tepat di depan wajah Amanda.Napas beraroma mint milik pria itu menerpa wajah Amanda membuat gadis itu segera membuka mata. Amanda sedikit tersentak begitu mengetahui bahwa wajahnya dan wajah pria itu begitu dekat, Amanda pikir setelah melontarkan pertanyaan pria itu menjauhkan diri, tetapi ternyata tidak sama sekali.Apa yang sebenarnya pria itu pikirkan? Tidakkah dirinya menyadari bahwa Amanda merasa sangat malu saat ini, memejamkan mata padahal tidak terjadi apa-apa. Amanda malu sekali, ia takut pria itu akan berpikir macam-macam karena hal tersebut.“Ingin berciuman?” Pupil mata gadis itu melebar, terkejut mendengar pertanyaan frontal suaminya.Bagaimana bisa pria itu menebak dengan tepat sesuatu yang ada di pikirannya?“Ja-jangan sembarangan!” seru Amanda gugup sekaligus merutuki diri dalam hati karena telah berpikir kotor mengenai apa yang akan pria itu lakukan ketika
Rendra mengantar kedua anaknya hingga sampai di depan gerbang sekolah. Sementara Amanda hanya duduk diam di dalam mobil seraya melipat kedua tangan di dada, matanya menatap lurus ke depan memerhatikan Rendra yang tengah mencium kening Mikayla dan mengusap kepala Dean secara bergantian.Mereka berangkat menggunakan kendaraan yang sama untuk melakukan aktivitas masing-masing, Dean dan Mikayla yang ingin pergi ke sekolah, Amanda yang ingin pergi ke kampus, dan Rendra sendiri yang akan berangkat menuju tempat kerjanya.Padahal Amanda sudah menolak diantar oleh pria itu, tetapi pria itu bersikeras ingin mengantarnya, ditambah lagi ibu mertua ikut menyuruhnya ikut dengan pria itu. Amanda semakin terpaksa menurut sehingga kini dirinya berada di depan sekolah tempat kedua anak tirinya menimba ilmu.Rendra mengantar kedua anaknya lebih dahulu dengan dalih takut mereka akan telat, padahal tempat Dean dan Mikayla lebih jauh dari kampus Amanda, tetapi entah mengapa pria itu
Amanda dengan lesu berjalan ke arah gedung fakultasnya untuk kemudian masuk ke kelas yang akan dimulai setengah jam lagi. Suasana hati Amanda telanjur buruk untuk hari ini karena jadwal sialan yang dibuat oleh pria menyebalkan yang sayang adalah suaminya.Kalau sudah begini Amanda harus apa? Seluruh kegiatannya sudah dibatasi. Ia harus langsung pulang jika seluruh kelas sudah selesai, hancur sudah bayangan menyenangkan Amanda mengenai bersenang-senang bersama Francie dan Divya.Amanda merasa payah, dirinya hanya bisa benar-benar bebas seperti burung-burung yang berterbangan di langit hanya dua hari saja, selebihnya ia dimasukan ke dalam sangkar kembali.Lagi-lagi hidup tidak adil kembali dijalaninya.Amanda menemukan kelasnya, ia langsung masuk bersama mahasiswa lainnya yang sudah datang, masih banyak waktu sehingga di kelas bisa dihitung dengan jari, tetapi di antara semuanya Amanda melihat Francie dan Divya sudah duduk berdampingan dengan jarak satu ban