Share

Bab 2

"Aku lebih sudi menampung lebih banyak siberian husky dari pada makhluk sepertinya!" 

Alvaro meneliti penampilan Olivia dari ujung kaki hingga kepala. Gadis itu memang berpakaian modis, tapi Alvaro tidak tertarik padanya. Dibandingkan dengan Olivia, lebih baik Alvaro menampung lebih banyak anjing husky. Mereka lebih cantik dari pada gadis di hadapannya itu. 

"Kau berkata seolah-olah tidak membutuhkan wanita, Tuan." 

Menurut Olivia, apa yang dikatakan Alvaro sangatlah munafik. Secinta-cintanya pria pada hewan peliharaannya, dia juga butuh wanita untuk menemani hidupnya hingga akhir. Atau setidaknya untuk memuaskan hasrat seksualnya. Tidak mungkin kebutuhan biologisnya tersalur pada siberian husky, bukan? 

"Kau benar. Aku tidak membutuhkannya." 

Alvaro melenggang santai diikuti Erico di belakangnya. Olivia tidak tinggal diam. Ia tersinggung akan ucapan Alvaro. Pria itu harus diberi pelajaran. 

"Kau gay?" 

Bibir Olivia tersungging sinis ketika Alvaro menghentikan langkahnya. Berbalik dan memberikan tatapan dingin pada gadis yang tidak dikenalnya itu. Suara keras gadis itu membuat semua mata di sana mengarah kepadanya. Dan itu mengusik Alvaro. 

"Kau bilang tidak membutuhkan wanita. Jadi aku berpikir keras bagaimana caranya kau menyalurkan kebutuhan biologismu. Kau pria dewasa, pasti butuh pelepasan bukan? Ada dua kemungkinan." Olivia mengangkat jemari lentiknya. Mengacungkan jari tengah dan telunjuknya tinggi-tinggi. Lalu menurunkannya satu persatu seraya berkata, "kau berfantasi liar sendiri untuk mendapatkan orgasme-mu atau kau menyalurkannya pada kaummu sendiri." 

Setelah puas menghina Alvaro, Olivia beranjak pergi. Sumpah demi Tuhan, baru kali ini Olivia sangat kesal di pertemuan pertamanya dengan orang lain. Biasanya, setidaksukanya dia pada lawan bicaranya--Olivia tidak akan mengatakan hal buruk. Namun pada Alvaro, ia tidak bisa menjaga lidahnya untuk mencaci. Pria menyebalkan itu pantas dipermalukan. 

Olivia hendak masuk ke dalam mobil ketika dirinya ditarik paksa lalu didorong hingga punggungnya menabrak badan mobil. Menimbulkan rasa sakit yang luar biasa. Olivia berani bersumpah lagi, baru kali ini ia diperlakukan sangat kasar. Bahkan semarah apapun Arsen padanya, kakaknya tidak pernah bermain fisik. 

"Mulutmu kurang pelajaran!" 

Alvaro menekan rahang Olivia dengan jemarinya. Tepat ketika Olivia membuka mulut, Alvaro segera melumat bibir penuh itu. Membuat Olivia merasakan sesak karena Alvaro tidak memberinya waktu untuk bernafas. 

"Akh--" 

Olivia mendorong Alvaro menjauh ketika bibirnya digigit kuat. Menimbulkan rasa sakit sampai ia bisa merasakan amis dari sesuatu yang mengalir di bibirnya. Sontak matanya membulat sempurna ketika sadar bibirnya berdarah. 

"Kau--" Bahu Olivia naik turun bersamaan dengan telunjuknya yang mengarah pada Alvaro. "--jika tidak bisa berciuman, maka jangan lakukan!" 

"Maksudmu, kau menginginkan ciuman lembut penuh nafsu dariku, Nona Olivia?" Alvaro berdecih sinis seraya mengusap bibirnya. Menunjukkan rasa jijik setelah menyesap bibir gadis itu. "Jangan harap!" 

Alvaro pergi. Olivia terpengarah karenanya. Sampai ia tersadar ketika sebuah tawa meledak dari Erico masuk ke indera pendengarannya. 

"Tidak ada pria yang bisa menolak pesonaku." Erico mengikuti gaya bicara Olivia. Tidak melupakan gerakan mengibas rambut, seperti yang biasa Olivia lakukan ketika menyombongkan diri. Kemudian kembali tertawa mengejek. "Lihat, Kakakku saja tidak tertarik padamu!" 

"Bukan tidak tertarik, tapi selera dia memang yang berbatang! Tunggu--" Olivia menatap mobil Alvaro yang menghilang di jalanan yang padat. "--dia kakakmu?" 

Erico mengangguk sebagai jawaban. "Dia kakakku, pemilik serta CEO Vederich corporation. Dia baru kembali setelah berhasil memulai bisnis barunya di Dubai. Kau--baru saja menghina pria hebat yang mampu bersaing di bisnis internasional, Olivia!" 

*** 

Olivia Angelica tertangkap basah! Berciuman dengan Alvaro Vederich, bagaimana nasib Victor? 

Olivia Angelica berselingkuh dengan Pimpinan Vederich Corporation. Victor kalah tampan? 

Tidak puas dengan Victor, Olivia lebih memilih pengusaha kaya raya? 

"Olivia, gosip tentangmu cepat sekali menyebar!" 

Adisty menatap prihatin pada Olivia. Ia sudah tau tentang nasib sahabatnya yang terlantar karena kakaknya mengusir gadis itu. Ia juga tau bahwa Erico menolak menolong Olivia. Kekasihnya itu juga mewanti-wanti dirinya agar tidak membantu Olivia. Katanya biarkan Olivia menyesali keputusan bodohnya memainkan film dewasa. 

"Biarkan saja! Itu hanya gosip!" 

"Olivia, jika Kak Arsen tau tentang ini, maka dia akan semakin marah padamu! Bagaimana jika dia benar-benar tidak memberi pintu untukmu pulang?" 

"Maka dari itu tolong aku, Adisty! Bujuk Erico agar mau menampungku!" 

Mengesampingkan masalahnya dengan Alvaro, Olivia kembali memikirkan nasibnya. Ia masih luntang-lantung, tidak memiliki tempat tinggal. 

Jika berani, Olivia bisa saja membeli apartemen untuk dirinya sendiri. Masalahnya, Olivia tidak bisa sendirian! Harus ada orang yang ia percaya untuk tinggal bersamanya. Agar kejadian di masa lalu tidak terulang kembali. Olivia takut. 

"Maaf," sesal Adisty. Ia tidak mau merusak kepercayaan Erico padanya. Ia sudah berjanji pada Erico untuk membiarkan Olivia menyesal dengan pilihannya sendiri. 

"Ck!" decak Olivia sebal. Adisty sama sekali tidak membantu. Untuk saat ini, Olivia merasa bahwa kedua sahabatnya benar-benar tidak berguna. Olivia marah. 

Detik selanjutnya, ponsel Olivia berdering. Alunan lagu Korea kesukaannya terdengar ketika ponselnya menampilkan nama sang kakak di layar. Olivia malas mengangkatnya. Namun karena Adisty mendesak, akhirnya Olivia menggeser ikon hijau. 

"Segera ke gedung Harsa. Ada yang ingin kakak bicarakan denganmu!" 

Perintah sang kakak bagai ultimatum. Setelahnya Arsen mematikan panggilan secara sepihak. Olivia paham, jika seperti ini, artinya Olivia harus menurut. 

"Aku pergi. Sepertinya kakak berubah pikiran dan akan mengurungku setelah melihat fotoku dengan Alvaro!" 

Adisty tidak menahan langkah Olivia. Membiarkan sang sahabat menyelesaikan masalahnya sendiri dengan kakaknya. Ia hanya bisa berharap yang terbaik untuk Olivia. 

Gedung Harsa adalah salah satu restoran elit. Olivia sering menemani Arsen kemari untuk urusan bisnis. Membicarakan uang dengan berbagai macam hidangan mahal. Namun kali ini, Arsen mengundangnya untuk bicara empat mata. Karena tidak ada rekan bisnis yang bersama pria itu di sana. 

"Alvaro yang menciumku! Lihat ini--" Olivia menarik bibirnya yang terluka agar Arsen melihatnya. "--aku terluka karenanya!" 

Olivia mengadu untuk mencuci otak Arsen agar iba terhadapnya. Namun rupanya Arsen tidak merasa simpati sedikit pun. Kemarahannya soal Olivia yang bermain film dewasa belum usai, sekarang Olivia berulah lagi dengan beredarnya foto ciuman dengan Alvaro. 

Arsen bergeming di tempatnya. Membiarkan Olivia menceritakan semuanya agar menarik simpatinya. Semakin kesini, Arsen semakin tidak bisa percaya pada sang adik. Pergaulan Olivia semakin buruk dan itu membuat Arsen merasa gagal menjaganya. 

Film itu membuat Arsen terpukul. Menyalahkan dirinya sendiri karena terlalu sibuk bekerja sampai lalai akan Olivia. 

Olivia bersikeras menjelaskan bahwa ia ingin berhenti bergantung pada sang kakak. Ia ingin mendapat penghasilan sendiri dari menjadi aktris. Itu juga membuat Arsen menyimpulkan bahwa ia tidak cukup mampu memenuhi segala keinginan Olivia sampai gadis itu ingin mencari uang lebih. 

Arsen tidak akan sesakit hati ini jika Olivia bermain film yang layak. Namun rating-nya saja 21+. Lekuk tubuh Olivia menjadi tontonan hampir 100 juta warganet. Sekarang katakan Kakak mana yang tidak merasa gagal ketika adiknya memainkan film tersebut? 

"Dia menyebutku gay, Tuan Arsen. Kamu gagal mendidiknya menjadi gadis yang bisa menjaga bicaranya! Aku hanya memberi sedikit hukuman." 

Olivia tercekat. Seperti ada yang menahan lehernya untuk tidak menoleh ketika suara berat itu masuk ke telinganya. 

Itu Alvaro Vederich! Pria itu mengenal kakaknya?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status