Share

Istri Kecil Tuan Mafia
Istri Kecil Tuan Mafia
Penulis: Ayyy

Bab 1

"Tidak ada pria yang bisa mengabaikan pesonaku!" 

Olivia Angelica menyibak rambutnya dengan gerakan arogan. Kemudian tawa dari mulutnya meledak. Terkikik geli karena tingkahnya sendiri. 

Namun, perkataannya tidak bisa disangkal. Olivia adalah aktris yang sedang naik daun setelah membintangi film berjudul The Billionaire's Passion. Film dengan rating 21+ itu mampu membawa namanya melejit di kalangan muda. Bahkan sosial media milik Olivia langsung dibanjiri followers, serta komentar yang mengatakan bahwa Olivia sangat cantik dan mampu memikat lawan jenisnya dengan mudah. 

Adanya rumor tentang hubungan tersembunyi antara Olivia dan peran utama pria dalam film tersebut menambah panas berita tentang dirinya. Banyak netizen yang mendukung mereka dan mengatakan mereka adalah pasangan yang serasi. Bahkan, mereka sering disebut dengan julukan 'si tampan dan si cantik'. 

Antara Olivia dan Victor, tidak menyangkal ataupun membenarkan rumor tersebut. Bagi mereka para aktor dan aktris, rumor adalah sesuatu yang menguntungkan. Adanya rumor tersebut bisa membuat film yang mereka bintangi semakin banyak ditonton. Dan, hal itu menjadi keuntungan bagi industri perfilm-an. Sebagai pemeran, Olivia dan Victor pasti akan mendapat bayaran yang mahal. 

"Ya, ya, terserah kau saja, Nona Olivia." 

Erico Vederich, menatap Olivia malas. Ia akui Olivia memang cantik. Namun lama kelamaan ia muak karena Olivia tak henti-hentinya menyanjung dirinya sendiri. Erico tau itu hanya candaan semata. Tapi entahlah, mungkin Erico sudah terlalu kenyang menghadapi Olivia sejak mereka kuliah. 

"Tapi benar apa yang aku katakan 'kan? Kau saja pernah jatuh cinta padaku sebelum akhirnya mencintai Adisty karena aku menolakmu!" 

Olivia melipat bibir, menahan tawa remehnya ketika Erico meliriknya sinis. Mereka bersahabat, tidak bisa lebih. Olivia tidak memiliki perasaan apapun pada Erico. Sebaliknya, ia justru mendukung sahabatnya, Adisty untuk menaklukan Erico. Dan ia berhasil. Erico luluh akan lembutnya sikap Adisty. 

"Jika Adisty mendengarmu, dia pasti kecewa," gumam Erico. 

"Oh, ayolah. Aku hanya bercanda. Jangan sampai Adisty tau perasaanmu padaku. Persahabatan kita bisa rusak. Jadi biarkan ini menjadi rahasia kita saja," kata Olivia beruntun. 

Bola mata Erico memutar malas. "Baiklah, katakan kenapa kau menemuiku di sini?" 

Erico yakin, Olivia tidak mungkin menemuinya untuk hal yang tidak berguna. Gadis itu pasti membutuhkan bantuan. Erico paham tabiat Olivia yang selalu datang hanya ketika membutuhkan. Untung sahabat. Jika bukan, Erico bisa saja memanggil satpam dan mengusir Olivia karena mengganggunya sekarang. 

Olivia berbinar karena pertanyaan Erico. Seketika tubuhnya tegak dan senyum manis muncul di bibir seksinya. "Kau tinggal bersama Adisty, bukan? Aku ingin menumpang!" 

"Kau gila?" 

Erico memang berhasil membuang perasaan cintanya untuk Olivia. Namun, karena mereka bersahabat, Erico sangat berhati-hati ketika berdekatan dengan gadis itu karena takut perasaannya goyah meskipun sekarang ia yakin bahwa cintanya adalah untuk Adisty. Jika mereka tinggal bersama, hubungan Erico dan Adisty akan terancam. 

"Benar!" Olivia sedikit menggebrak meja. Wajahnya memelas pada Erico. "Kakak mengusirku karena film itu, Erico!" 

"Itu salahmu! Aku dan Adisty sudah melarangmu menandatangani kontrak untuk film itu. Sudah jelas film itu sangat tabu dalam lingkungan keluargamu! Kau cari masalah karena egomu sendiri, Oliv!" 

"Tapi Film itu membuatku terkenal dan mendapatkan banyak uang! Seharusnya kakakku bangga karena adiknya ini bisa menghasilkan sendiri!" 

Kaki Olivia menginjak lantai ruangan Erico. Ia kesal. "Aku datang bukan mendengar omelanmu seperti kakakku! Aku kemari untuk meminta bantuan! Aku bisa tidur satu kamar dengan Adisty--" 

"Adisty saja tidur denganku!" 

Netra Olivia terbuka lebar. Kedua tangannya berada tepat di depan mulut. Tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Erico. 

"Tuh kan! Kalian saja lebih nakal dariku! Jadi tidak usah menghakimiku karena film yang aku mainkan!" ketus Olivia marah. 

"Setidaknya aku tidak membiarkan hubungan seks-ku menjadi konsumsi publik--" 

"Erico! Adegan ranjang itu tidak asli! Mereka menggunakan peran pengganti!" 

"Kalau begitu jelaskan itu pada kakakmu! Lihat apakah dia akan percaya atau tidak! Olivia, aku memang hanya sahabatmu, tapi aku juga marah karena keputusanmu ini. Jadi jangan harap aku bisa menolongmu. Aku mendukung Arsen mengusirmu dari rumahnya!" 

"Ck! Jahat sekali!" 

Olivia beranjak. Erico tidak membantu, jadi Olivia akan mendatangi Adisty. Sahabatnya itu pasti akan iba padanya dan mau memberikan tumpangan untuk tinggal. 

"Jangan harap juga Adisty bisa menolongmu!" 

Langkah Olivia segera terhenti. Tumitnya berputar, netranya memicing tajam pada Erico. Pria itu benar-benar menyebalkan! 

"Kau--" 

Erico mengabaikan Olivia. Membiarkan gadis itu lelah memakinya. Olivia harus menerima akibat dari keputusannya sendiri. Memainkan film dengan adegan dewasa sama saja mencari masalah dengan Arsen. Erico tau Arsen sangat menyayangi Olivia. Pria itu pasti sangat terpukul karena adiknya menentang larangan yang ia buat. Mendukung Olivia, sama saja Erico melukai perasaan Arsen. 

Arsen sedang menghukum Olivia agar gadis itu sadar akan kesalahannya. Erico tidak ingin ikut campur. Ia juga berharap Olivia menyesal karena telah menerima dan memainkan film tersebut. 

Karena Erico abai akan dirinya, Olivia beranjak pergi. Bibirnya berkedut menahan kesal. Setelah diusir dari rumah Arsen, Olivia berharap Erico bisa membantunya memberi tumpangan sampai kakaknya memaafkannya. Namun Erico sama saja! 

Sekarang Olivia tidak tau harus kemana. Olivia tidak bisa tinggal sendiri. Sejak dulu, ia selalu menggantungkan hidupnya pada Arsen. Bermain film adalah usahanya untuk mandiri. Olivia ingin mencoba berinteraksi dengan dunia luar. Meyakinkan pada dirinya bahwa ia tidak boleh terjebak di masa lalu. Tapi bukan berarti itu menandakan Olivia siap hidup sendiri. Olivia butuh seseorang yang bisa dipercaya untuk membantunya. 

Brukk! 

Karena terlalu marah, Olivia tidak fokus ketika melangkah. Alhasil tubuhnya terhuyung sampai bokongnya menyentuh lantai marmer perusahaan Erico. Olivia menggeram kesal. 

Jika dihitung dari skala 1 sampai 10, emosi Olivia yang tadinya berada di angka 6 sekarang beralih ke angka 9. Dada Olivia bergemuruh, wajahnya merah padam. Jika dalam serial kartun, pasti sekarang ada asap yang keluar dari hidungnya karena terlalu marah. 

"Bisa nggak, lihat-lihat kalau jalan?!" 

Seruan tersebut berhasil menahan kata maaf yang hendak keluar dari mulut si penabrak. Padahal kenyataannya, Olivia yang menabraknya karena berjalan linglung. Namun sekarang gadis itu justru menyalahkan dirinya. Aneh sekali gadis itu. 

Jarum emosi Olivia bergeser ke angka 10 ketika si penabrak berlalu mengabaikannya. Sekarang kedua tangan Olivia mengepal. Emosinya benar-benar berada di puncak. Sampai rasa marahnya pada Erico tadi ingin sekali ia lampiaskan sekalian pada pria menyebalkan itu. 

Olivia akui, pria itu sangat tampan. Alis tegas, netra gelap yang bersembunyi di balik bulu mata lentiknya, serta rahang kokohnya mampu membuat Olivia ingin memuji jika saja sikapnya baik. Namun ketampanan pria itu ia singkirkan dari pikirannya. Olivia harus menegur orang itu. 

"Berhenti!" 

Olivia berlari mengejar. Sampai punggung tegap itu terhenti ketika Erico keluar dari lift. Olivia yang tidak siap menghentikan larinya, otomatis menabrak punggung keras itu sampai pemiliknya berdecak. 

"Telan pertanyaanmu tadi untuk dirimu sendiri, Nona!" celetuk pria itu menohok sampai ke ulu hati Olivia. 

"Wow! Sepertinya aku ketinggalan berita. Ada kejadian apakah antara Tuan Alvaro Vederich dengan Nona Olivia Angelica?" 

Sudut bibir Erico terangkat ketika netranya bersitatap dengan gelap bola mata sang kakak. Ia hanya bercanda, tapi Alvaro langsung memberikan tatapan membunuh. 

"Kau mengenal gadis ini?" 

Gerakan dagu Alvaro yang menunjuk Olivia tentu menyinggung perasaan gadis itu. Olivia dapat merasakan tatapan remeh dari netra hitam kelam pria itu. Namun ia hanya mampu menahan bibirnya agar tidak mencaci karena jujur, Alvaro memiliki aura yang menakutkan. 

"Ah, dia hanya gadis terusir yang sedang membutuhkan tumpangan setelah membintangi film dewasa." Eriko mengedik acuh ketika Olivia melotot tajam. "Barangkali kau ingin menampungnya, Al?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status