Share

Bab 3

"Aku yang mengundangnya," kata Arsen ketika alis Olivia terangkat mengarah padanya. 

Alvaro duduk tegap di sebelah Arsen. Sikapnya tenang, tapi tatapannya sangat menusuk. Terlebih ketika bibir Olivia komat-kamit. Seperti sedang memakinya dalam hening. 

Alvaro dan Arsen duduk bersebelahan. Sedangkan Olivia sendirian di hadapan mereka. Ia seperti sedang diinterogasi oleh pihak berwajib karena telah melakukan kesalahan fatal. Sungguh, Olivia ingin kabur dari sana sekarang juga. Kedekatan mereka berdua membuat pikiran Olivia berkecamuk. Ia khawatir mereka sedang merencanakan sesuatu untuknya. 

"Terima kasih sudah datang menemuiku, Al. Aku sangat membutuhkan bantuanmu sekarang." Arsen bicara pada Alvaro, tapi netranya malah mengarah pada Olivia. Olivia yakin ini bukan pembicaraan bisnis. "Bawa dia bersamamu ke Dubai." 

Apa yang diminta Arsen membuat Alvaro dan Olivia sama-sama melotot padanya. Kali ini baru, Arsen memohon pada Alvaro melalui tatapannya. 

Fyi, Alvaro berhutang budi pada Arsen. Beberapa tahun lalu--ketika mereka masih sama-sama awam dalam dunia bisnis--mereka dipertemukan dalam sebuah kecelakaan. Saat itu Alvaro mabuk, mobilnya melawan arah hingga menabrak mobil yang ditumpangi Arsen. Membuat Arsen terluka parah di kakinya. Arsen menolak biaya kompensasi dan menyembunyikan berita kecelakaan itu agar nama baik Alvaro tidak tercoreng. Secara tidak langsung, Arsen menyelamatkan bisnis yang sedang Alvaro rintis. Alvaro berjanji pada Arsen bahwa ia akan membalas kebaikan Arsen suatu hari nanti. Dan Alvaro tidak menyangka Arsen akan menagih janji itu untuk kehidupan sang adik. 

"Kakak!" seru Olivia tidak terima. 

Olivia tau Arsen marah, tapi apa harus seperti ini? Menyerahkan Olivia pada orang asing? Walaupun Arsen mengenal Alvaro, tapi bukan berarti kakaknya itu bisa percaya padanya. Bagaimana jika ternyata Alvaro orang jahat? 

"Kakak akan mengurus kontrakmu dengan industri film, Olivia. Kamu tidak diizinkan menjadi public figure lagi. Sebaiknya kamu ikut Alvaro ke Dubai dan memulai hidup baru di sana!" 

"Tidak-tidak! Kakak tidak bisa membiarkanku tinggal dengan dia! Saling kenal saja tidak! Bagaimana jika dia melecehkanku mengingat kita hanya berdua nantinya?" 

Olivia bergidik ngeri. Di tempat umum saja, Alvaro berani menciumnya dengan brutal. Apalagi jika tinggal berdua nanti? Bisa-bisa Olivia menjadi budak nafsu Alvaro di sana! 

"Hey, Nona. Kau bilang aku gay, tapi kau takut dilecehkan olehku? Aneh sekali!" cibir Alvaro. 

Hidung Olivia kembang-kempis. Berhadapan dengan Alvaro benar-benar menguras emosinya. Alvaro sekarang lebih menyebalkan dari admin akun gosip di sosial media. Rasanya, ingin sekali Olivia mengangkat kursi yang ia duduki lalu melemparnya pada Alvaro. Membuat Alvaro pingsan. Ah, kalau perlu mati sekalian. 

Astaga, maafkan hati Olivia yang tiba-tiba kejam ini, Tuhan. 

"Kau sedang mengaku bahwa dirimu memang gay, Tuan Vederich?" singgung Olivia berapi-api. 

Tidak peduli lagi dengan sopan santun karena hal itu tidak akan terlihat di mata Alvaro. Jadi, Olivia akan menjadi lebih menyebalkan dari pria itu. 

"Kau salah menafsirkan," kata Alvaro, "tubuhmu bahkan tidak menarik dimataku. Jadi untuk apa aku melecehkanmu?" 

Olivia menjentikan ibu jari dan jari tengahnya di hadapan Alvaro. Menarik fokus pria itu agar terus mengarah padanya. "Jika tubuhku tidak menarik, film yang aku bintangi tidak akan laku di pasaran!" 

Olivia mengeluarkan ponsel dan membuka akun sosial medianya. "Lihat, bahkan aku memiliki lebih dari 10 juta followers. Ini sudah membuktikan bahwa mereka memiliki ketertarikan padaku!" 

Tawa remeh seketika terlontar dari bibir Alvaro. Ia menatap Arsen dengan menunjuk Olivia. "Adikmu gila!" 

"Dia membanggakan jumlah followers-nya yang bertambah setelah memainkan peran sebagai wanita rendahan. Ya, ya, mereka tertarik padamu sampai menjadikan foto-foto tubuhmu sebagai alat memancing nafsu. Membuat mereka berfantasi liar dengan tubuhmu untuk mencapai pelepasan sendiri," lanjutnya menohok. 

Olivia meneguk ludahnya kasar. Baru kali ini, ada orang yang mengatainya sampai menusuk ke dalam hati. Olivia tersinggung, tapi tidak bisa menyalahkan ucapan Alvaro. 

Olivia tidak pernah berpikir ke arah sana. Followers-nya 90% terdiri dari kaum adam. Namun, Olivia selalu beranggapan bahwa mereka jatuh hati akan kecantikan yang dimiliki olehnya. Olivia tidak tau jika pemikiran mereka bisa saja melenceng jauh, bukan kecantikan yang mereka lihat, tapi lekuk tubuhnya yang seksi dan mampu membangkitkan birahi. Pernyataan Alvaro, lebih relate. 

"Kau dengar Oliv?" 

Sekarang Arsen ikut menatapnya dingin. Pria itu setuju dengan Alvaro. Ini yang Arsen takutkan. Ia takut tubuh Olivia menjadi bahan fantasi liar para lelaki di luaran sana. Arsen tidak rela tubuh adiknya dipertontonkan seperti itu di film. Arsen takut, Olivia dicap sebagai wanita rendahan sesungguhnya. 

"Itu--itu hanya pikirannya saja yang mesum, kak!" tuduh Olivia pada Alvaro. Olivia marah karena Arsen lebih berpihak pada Alvaro. Ia cemburu. 

Mengabaikan Olivia, Alvaro membuka halaman berita terbaru tentang bisnis. Lalu netranya menyipit sinis ketika fotonya yang mencium Olivia tersebar sampai ranah pekerjaannya. "Aku dicap menjadi orang ketiga antara dirinya dengan aktor itu." 

"Bukankah itu yang kau mau, Tuan Vederich?" 

"Apa maksudmu?" 

"Kau menciumku untuk mendapatkan sensasi. Agar namamu dikenal oleh masyarakat. Kau tau aku sedang menjadi topik pembicaraan akhir-akhir ini!" seru Olivia menuding Alvaro dengan segala tuduhan tidak berdasar. 

Arsen sampai malu pada Alvaro. Perkataan sang adik membuatnya ingin segera melenyapkan diri dari hadapan Alvaro sekarang juga. 

Olivia sangat awam di dunia bisnis. Jadi gadis itu tidak tau bahwa tanpa membuat berita konyol seperti itu, nama Alvaro sudah melejit. Bahkan beberapa kali wajah Alvaro muncul di sampul halaman bisnis internasional. Olivia seharusnya malu jika mengetahui kenyataan ini nanti. 

"Mulutmu benar-benar!" geram Alvaro. 

Jika tidak ada Arsen, ia mungkin tidak bisa menahan dirinya untuk segera membungkam mulut Olivia. Bukan hanya melukai bibirnya, Alvaro akan membuat lidah Olivia kelu setelah mendapatkan serangan darinya. 

"Aku tidak bisa menampungnya!" putus Alvaro cepat. Berhadapan dengan Olivia selama setengah jam saja bisa mengundang amarahnya. Bagaiman jadinya jika mereka tinggal satu atap? Bisa jadi Alvaro terkena darah tinggi karena selalu berdebat dengan gadis itu. 

"Aku juga tidak sudi tinggal denganmu! Kau gay! Aku takut mendapatimu bercinta dengan kekasih berbatangmu!" 

"Olivia!" 

Arsen menggebrak mejanya. Kali ini Olivia keterlaluan. Gadis itu melewati batasnya. Pasti karena salah bergaul, sikap dan sifat Olivia berubah. Dia bukan lagi gadis baik dan penurut. Sekarang Olivia adalah gadis pembangkang yang memiliki mulut pedas. 

"Ikut aku!" 

Arsen menarik paksa tangan Olivia. Amarahnya yang memuncak sampai membuatnya lupa untuk berpamitan pada Alvaro. Ia terus membawa Olivia sampai mereka tiba di lorong kosong dan Arsen menghempaskan tubuhnya di sana. 

Olivia tersungkur. Ia dapat merasakan pergelangan tangannya terkilir karena menahan tubuhnya agar tidak terbentur lantai. Dada Olivia bergemuruh dan netranya memanas. Baru tadi siang--ketika ia diperlakukan kasar oleh Alvaro--dirinya mengingat Arsen yang tidak pernah kasar padanya. Namun sekarang, Arsen berlaku sama seperti Alvaro. Mereka berdua sama-sama tidak memiliki hati. 

"Aku malu karenamu, bodoh! Seharusnya kamu bersyukur karena aku masih memperhatikan masa depanmu dengan menyerahkanmu pada Alvaro. Dia pria baik yang aku percaya dapat membantumu sembuh dari trauma, Olivia!" 

"Kenapa harus orang lain padahal Kakak bisa melakukannya?" jerit Olivia disertai isakannya yang kuat. Ia benar-benar sakit hati diperlakukan seperti itu oleh sang kakak. 

"Aku bisa! Sangat bisa, jika saja aku tidak ingin menikahi wanita yang aku cintai, Olivia!" Suara Arsen bergetar menahan tangisnya. "Aku--aku juga memimpikan masa depanku, Oliv. Aku ingin memiliki istri dan anak. Keberadaan mereka nanti bisa saja membuatku lupa untuk menenangkanmu jika kau terbangun karena mimpi buruk itu. Aku ingin ada pria yang menggantikan posisiku untuk menjagamu. Dan aku percaya Alvaro bisa melakukannya, Oliv!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status