"Ternyata kau tidak semanis yang kupikirkan sebelumnya, Tuan Travis. Tapi kuakui kau sungguh berani mengusik wanita yang pekerjaannya biasa memukul pria bajingan sepertimu." Alexa berucap tanpa membalikkan tubuhnya."Kenapa harus takut? Bukannya semakin agresif itu malah semakin membuat permainan ranjang semakin panas?" Travis yang tidak menyadari kesialannya di depan mata, malah semakin menguji kesabaran Alexa yang sudah di ambang batas."Kau yang meminta kesialanmu sendiri, ingat itu!" Alexa bergumam sambil berseringai tepat sebelum menyikut keras ke belakang, tepatnya pada perut Travis hingga pria nakal itu merasakan sesak perut dan meringkuk.Setelahnya, bayangkan saja bagaimana kekesalan seorang wanita yang memiliki stamina dan ketangkasan bertarung yang melebihi pria, menghajar pria manja yang hanya bisa memamerkan harta orang tua untuk dihabiskan pada wanita pemuas ranjangnya."Ampun, tolong maafkan aku. Aku tidak akan mengulangi kebodohanku lagi, Nona. Aku tidak akan kurang aj
Yang terjadi sebelumnya, di tempat sama yang didatangi Aaron dan Axel. Ada Alexa yang awalnya duduk dengan tenang memperhatikan progres perusahaannya dari tab di tangannya, mulai terganggu dengan kedatangan pria tampan ber-tag Manajer di dadanya.“Permisi, sepertinya aku tidak memesan pie strawberry dan matcha. Aku hanya memesan Americano dan baru saja datang. Kukira kau salah meletakkan pesanan, Tuan.” Alexa bertanya pada pria yang berdiri di hadapannya. Lagipula ia tidak memakan strawberry karena perutnya tidak bisa.“Aku tidak salah meletakkan pesanan, Nona. Ini untuk anda, dari aku. Aku lihat anda hanya memesan Americano dan anda sedang fokus bekerja dari gadget anda. Aku kira anda butuh yang manis untuk lebih menenangkan perasaan anda.” Manajer Café tersebut menjawab dengan senyuman tampannya.“Oh, jadi di café ini ada hal yang seperti itu? Baiklah, aku mengerti.” Alexa menjawab dan setelah itu ia mengalihkan perhatiannya lagi pada pekerjaannya.“Ahem, Nona. Tapi bisakah aku memi
"Jawabannya sangat simple. Aku tidak ingin berurusan dengan hal yang bukan masalahku ataupun yang menyangku World Shadow. Rasa kemanusiaanku tergugah melihat Axel yang tergeletak di jalanan dengan tidak sadarkan diri. Bagian mana yang salah?" Alexa menjawab dengan tenang."Dan bisa kuminta padamu untuk menghentikan percakapan kita ini? Ada anak kecil yang akan bingung mendengarkan dua orang dewasa yang berbicara asing di depannya. Aku juga sangat tidak nyaman bicara seperti ini." Alexa semakin menegaskan kalimatnya."Ok." Aaron menjawab singkat. Tapi itu malah membuat Alexa bingung."Hanya itu?" tanyanya langsung, dan Aaron hanya mengedikkan bahu dan tersenyum sebagai jawaban.'Astaga, aku bisa gila karena orang ini.' Alexa seketika memijat dahinya saat bergumam dalam hati.Pembicaraan mereka terputus saat itu. Setelah selesai menikmati camilan, mereka keluar dari cafe menuju taman bermain karena Axel meminta.Alexa bagai tersihir senyum Axel. Apapun yang di kecil tampan itu minta, en
Sejak mengenal dan bersama dalam beberapa waktu, si kecil Axel terlihat memiliki ketergantungan atas sosok Alexa. Sikap manja dan suka merengek untuk bertemu seseorang sebelumnya belum pernah Axel tunjukkan, dan itu jelas membuat Aaron dan Austin bingung.Aaron yang tahu dengan jelas kalau Alexa tidak bisa sembarang ia temui sekalipun sangat ingin, membuatnya sakit kepala.Contohnya kali ini, si kecil Axel tampak murung berhadapan dengan makan malamnya. Aaron dan Austin memperhatikan gelagat Axel yang terus saja diam setelah pertemuannya dengan Alexa kemarin. Terlebih ketika pengawal yang menjaganya bukan Alexa, tapi paman besar yang tidak mudah tersenyum."Axel, kenapa kau menghabiskan makan malamnya? Kau harus banyak makan, supaya lekas besar seperti paman!" Austin bertanya pada si kecil sambil bercanda, agar keponakannya itu mengangkat senyum. Tapi Axel hanya menoleh sesaat sebelum membuang muka.Di samping Axel, ada Aaron yang sudah menebak penyebab kediaman putranya. Tidak ada re
‘Ting Tong!’"Ya ampun, apa yang harus aku lakukan? Kenapa orang kaya aneh itu benar-benar datang ke rumahku?" keluhnya sendiri. Merasa bingung dengan maksud Aaron yang datang ke sini. Apalagi saat mengingat kalimat konyol yang Aaron ucapkan kemarin dengan mudahnya.‘Ting tong!’ Suara bel pintu kembali terdengar. Alexa mau tidak mau harus membukakan pintu untuknya.Setelah pintu terbuka, Alexa sedikit dikejutkan dengan penampilan si kecil Axel yang memakai piyama tidur, bukan pakaian biasa yang seharusnya dikenakan saat bertamu. Axel juga terlihat tertidur di pelukan papanya yang kini berdiri di hadapannya.“Kau?” seperti berakting kaget, itulah yang Alexa tunjukkan saat ini.“Hai, Nona Alexa. Maaf mengganggumu malam-malam begini. Aku tahu ini bukan jam untuk bertamu, tapi anakku terus murung seharian tanpa makan karena merindukanmu. Aku khawatir, Nona.” Aaron langsung bicara. Tapi Alexa belum bisa menanggapi."Apa kami boleh masuk? Aku sedikit pegal karena terus memeluknya yang tidur
Jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Meskipun sudah selesai makan, Aaron belum terlihat akan berpamitan. Padahal, sebelumnya sudah jelas kalau Alexa hanya mengundang si kecil untuk menginap.'Apa dia sengaja mengulur waktu? Ah, tidak. Tidak mungkin. Untuk apa dia ingin berlama-lama di sini?' tanya Alexa dalam batinnya, 'Tapi tunggu, bisa saja dia mengulur waktu karena si kecil. Atau aku tanya saja, ya?' Alexa melirik aneh pada Aaron yang dengan tenang menyesap botol soda di tangannya.Alexa memikirkan kalimat apa yang akan ia ucapkan untuk menanyakan maksud Aaron berlama-lama di sini, tanpa harus menyinggung dan membuatnya merasa terusir. Itu memang kurang sopan, tapi berbasa-basi bukanlah keahlian Alexa.“Hmm, maaf Tuan Aaron, sepertinya ini sudah larut sekali untuk si kecil. Aku akan membawanya ke kamarku untuk tidur.” Alexa dengan ragu mengucapkan kalimatnya.Tampak Aaron terdiam tanpa ekspresi di wajahnya, seakan tengah memikirkan sesuatu. Dan beberapa deti
“Kenapa reaksimu seperti itu? Harusnya aku yang kaget dan merasa rugi karena ciuman pertamaku direnggut seperti itu. Astaga, aku ternodai…” Aaron berdesis menunjukkan wajah berpura-pura telah kehilangan sesuatu yang berharga dari hidupnya.‘Apa kau bilang? Aku mencuri ciumanmu? Hai, pria konyol, di sini aku yang rugi, itu ciuman pertamaku! Kegilaanmu tidak tertolong.’ umpat Alexa dalam hati sambil menghela napas kesal.“Apa kau tidak salah? Siapa yang mencuri ciuman siapa? Kau yang menahanku lalu tubuhku terjatuh sampai ciuman itu terjadi. Harusnya aku yang mengeluh karena itu adalah ciuman pertamaku, dan karenamu aku melepaskannya. Ya ampun…” Alexa menepuk dahinya sendiri.‘Bohong, Babe. Itu bukan ciuman pertamamu karena dulu kita melakukan itu, bahkan lebih panas.’ Aaron bergumam penolakan dalam hati.“Itu artinya kita sama-sama kehilangan ciuman pertama kita dengan kesan yang kurang baik. Lalu, bagaimana kalau kita melakukannya dengan benar dan penuh suka cita? Ayolah, kurasa ini t
“Ekspresi yang wajar ketika mendengar seperti ini. Tapi aku akan menceritakan sedikit kisah konyol yang nyatanya kualami.” Aaron tersenyum memandang wajah kaget Alexa.“Kenyataan kalau aku tidak mengetahui siapa ibu kandung Axel itu benar. Tapi Axel memang benar-benar putraku. Aku sudah melakukan tes DNA dan hasilnya menyebutkan dia memang darah dagingku. Tapi aku tidak tahu siapa ibunya.”Aaron mulai bercerita tentang pagi yang kacau lima tahun lalu. Hari itu masih terlalu pagi untuknya menerima sebuah keranjang berisi bayi yang dibawa penjaga gerbang rumahnya. Bersamaan dengan bayi yang masih merah, terdapat kertas bertuliskan tangan yang menyebutkan kalau bayi itu adalah bayinya. Tentu saja ia kaget setengah mati.Namun, tentu saja Aaron tidak menerima hal itu dengan mudah. Pengujian tes DNA yang diusulkan orang tuanya langsung dilakukan. Itu mereka lakukan karena mereka melihat kemiripan bayi Axel dan Aaron. Selain itu orang tuanya juga sudah sangat menginginkan cucu dari Aaron y