Austin terlihat mengecek kembali penampilannya yang sudah paripurna. Jas putih dengan dasi hitam yang menghiasai tubuh gagahnya itu kini membuatnya sempurna.“Kenapa aku merasa tidak ada yang berubah selain warna jas?” tanyanya konyol.“Itu karena kau menggunakan jas ke kantor setiap hari. Jadi tidak ada bedanya sama sekali. Yang berbeda adalah harinya, hari ini sangat spesial bagimu. Aku benar, kan?” Alexa menjawab sambil tersenyum tanpa mengalihkan pandangannya dari penampilan adik iparnya itu.“Kau sempurna, tidak ada celah, dan kau siap menjadi bintang hari ini!” pujinya lagi sambil mengarahkan ibu jarinya pada Austin.“Austin, jadilah suami yang baik untuk Ruby. Dia wanita yang sangat baik dan layak bahagia. Dia juga begitu mencintaimu. Aku akan membunuhmu kalau dia mengaduh tentangmu sambil menangis.” Alexa memberi peringatan dalam perhatiannya.“Apa kau perlu menyebutkan kalimat mengerikan di hari bahagiaku? Ayolah, aku bukan suamimu yang selalu mengacaukan momen indah, Alexa..
“Aku pulang, Ayah. Aku tidak bisa berlama-lama hari ini karena Robert akan kembali, jadi aku harus menyambutnya sebelum dia sampai di apartemennya.” Alexa bergumam sedih sambil menyeka air mata yang membasahi wajahnya.Dengan satu tangan bertumpu di tanah pusara sang ayah yang masih merah, Alexa mencoba berdiri dan menegakkan tubuhnya dengan sempurna. Perlahan, ia melangkah keluar dari area pemakaman umum yang menjadi rumah abadi sang ayah sejak beberapa hari yang lalu.Siang ini Alexa harus bergegas merapikan apartemen Robert untuk menyambut kepulangan sang kekasih dari luar negeri.Alexa menuruni mobilnya dan kembali ke apartemen Robert dengan senyum bahagia, dan masuk ke dalam kamar apartemen tersebut seperti biasa. Wanita berperut buncit itu langsung terkesiap saat melihat beberapa potong pakaian wanita tercecer di lantai.Tubuh Alexa menegang tidak percaya. Kakinya seakan bergetar untuk menahan tubuhnya yang lemas saat mendengar suara wanita muda bernyanyi di dalam kamar mandi—di
Saat itu di perayaan kelulusan sekolah. Diamond Paradise Hotel. Pukul 23.00 waktu California."Ah… ini gila! Kenapa semakin cepat, kau semakin nikmat?"Seorang pria bertubuh gagah menahan erangan kenikmatan yang diterimanya dari Alexa malam itu.Sementara Alexa sendiri berjuang menahan perih yang belum kunjung hilang setelah kesuciannya direnggut."Tolong pelan-pelan, ini sakit, ahh…""Siapa yang menyuruhmu tidur di ranjangku? Salahmu sendiri karena sudah menggodaku, Babe…" pria itu berucap sombong dan tidak rela menurunkan ritma permainan panasnya bersama Alexa. "Ahh… uhh… emm… Tapi kau sudah mendapatkan pelepasanmu tadi, ahh…""Aku merasa aneh. Ada sesuatu yang ingin kukeluarkan, ahh... Tolong gerakan lebih cepat, ahh…""Kau menyuruhku melambat atau mempercepat?" di sela kenikmatan mereka, ucapan labil Alexa yang tidak seratus persen sadar, malah membuat pria di atasnya terkekeh. Alexa langsung menjawab, "Lebih cepat!"Pria itu kembali tersenyum puas, "Kalau begitu keluarkan saja.
Alexa tentu membela dirinya, "Sumpah demi apapun. Bukan aku yang mendorongnya! Megan menjatuhkan tubuhnya sendiri ke ranjang!"Namun, Robert terkesan tidak mendengarnya dan malah terdiam menatap Megan yang terlihat sedih sekali."Tenanglah, kali ini biar aku yang menjelaskan padanya," ucap Robert dan mulai menegakkan posisinya hingga berdiri dengan sempurna.Robert melangkah mendekati Alexa yang terdiam menatapnya.Fakta yang diungkap Megan membuatnya menjadi wanita lemah. Meski sudah diabaikan Robert, tanpa sadar Alexa merentangkan tangannya dan akan memeluk Robert kekasihnya."Tunggu, Lexa. Tolong jagalah sikapmu!" Dengan nada tegas, Robert menghentikan gerakan Alexa yang ingin memeluknya.Alexa terperangah lagi, "Robert, kau kenapa? Sebelum saat ini kau masih memelukku, kan?" Air mata Alexa kembali mengalir.Robert menunduk sebelum bicara, "Lexa, maafkan aku. Kita memang menjalin hubungan sejak kita masih kecil sampai sekarang. Tapi semuanya sudah berubah sebelum kau menjadi peremp
Lima Tahun Kemudian…Situasi mencekam terjadi di sebuah PlayGroup pagi ini. Ternyata di depan sekolah anak usia dini itu terjadi penculikan seorang anak oleh sekelompok penjahat yang sudah mengintai korbannya.[Beeb]“Aku melihat satu dari dua tikus itu membawa sandera masuk ke sebuah mini bus hitam-dove ke arah utara. Sanderanya adalah salah satu murid PlayGroup yang biasa Bos kunjungi, Bos!” seorang pria dengan tegas melaporkan keadaan mencekam dari luar sebuah tempat belajar anak balita dari teropong pengintainya.Sementara itu di sebuah gedung kantor penyedia layanan keamanan bernama World Shadow, duduk seorang wanita yang menerima panggilan tadi.“Baiklah, tinggalkan tempat itu dan ayo bergerak. Kirimkan lokasimu secepatnya. Hari ini sepertinya kita akan bersenang-senang karena tamu undangan Malaikat Kematian akan segera kita antar dalam waktu singkat.” Alexa menjawab sambil berseringai senang.“Aku dan Vin akan segera bergerak, Kay.” ucapnya lagi pada bernama Kay di ujung sambun
Dalam pandangan dan nalarnya yang belum sepenuhnya sadar, Axel membayangkan melihat sosok cantik Alexa sebagai Ibu Peri penolong yang sering ia baca di buku dongeng.Ketakutan yang amat besar sebelumnya ketika penculikan, terganti dengan kenyamanan setelah memandang Alexa. Si kecil Axel bahkan meringsut dan memeluk Alexa agar lebih nyaman.Hati Alexa menghangat. Baru kali ini ada yang memanggilnya dengan sebutan ‘Ibu Peri’ lalu dipeluk dengan sayang, padahal biasanya ia dipanggil sebagai Malaikat Kematian dan mendapat kutukan.Setelah memeluk Alexa beberapa saat, Axel kembali terlelap. Obat bius yang digunakan untuk membuatnya tidur masih belum hilang, ditambah dengan nyamannya pelukan sang Ibu Peri penolongnya.“Tidurlah dengan tenang, Nak. Dan saat kau bangun nanti, kau sudah beradadi tempat yang aman.” ucap Alexa pelan. Rasa sedih merasuk merajai hatinya hingga ia sedikit enggan membawa Axel masuk ke dalam klinik untuk menerima pertolongan.“Ya, mungkin pertemuan kita harus berakhi
‘Yang dilakukan Rain sudah benar. Lagipula mereka tidak hanya menyinggung Rain, tapi sudah ada orang yang merasa risih hingga membayar untuk melenyapkan kelompok itu. Sudahlah, jangan marahi putriku seperti itu, Ryan.’ Tuan Rafael menghentikan perdebatan Ryan dan Reed.Alexa tersenyum mengakui kesalahannya, "Tapi aku memang ceroboh, Ayah. Aku seharusnya menahan diri agar tidak terlalu berlebihan.”‘Jangan menundukkan kepalamu, cantikmu akan hilang, Nak...’ sang ayah berucap lembut.‘Mari kita abaikan hal itu karena kau dan dua anak buahmu sudah berhasil dan celah kalian tertutupi. Yang ingin ayah tanyakan sekarang bagaimana dengan keadaanmu? Apa kau sudah ke dokter? Pasti sekarang sekujur tubuhmu sakit?’‘Ayah menyesal memberimu izin ke sana, Rain...’“Jangan merasa bersalah seperti itu, Ayah. Aku baik-baik saja. Hanya luka gores di tangan dan kaki, aku tidak mengalami patah tulang juga. Lagi pula dua anak buahku sudah merawatku di sini," Alexa jelas menenangkan keresahan ayahnya.‘Ta
"Keluarga yang mana yang Ibu maksud? Keluarga kandungku atau keluarga Ibu? Apa kalian tidak malu menghakimiku seperti ini?" tanya Alexa dengan tidak percaya dengan wajah-wajah munafik orang-orang di hadapannya itu."Bukan menghakimi, semua orang di sini menasihatimu agar dirimu tidak sampai terjerumus pada hidup memalukanmu dulu," Cora kali ini yang bicara."Aku yang dulu apa hubungannya dengan kalian semua? Kalian membuangku dan tidak peduli padaku di luar sana hidupku seperti apa, bukan? Jadi kenapa aku harus repot-repot menjaga nama kalian agar tidak malu? Aku hidup dengan kakiku sendiri dan jerih payahku sendiri. Apa yang harus kalian pusingkan? Konyol sekali!" Alexa berdecih setelah mengomel pada mereka."Dengan bekerja sebagai security wanita di kantor penyedia keamanan itu? Itu tidak wajar untuk seorang wanita. Alexa, dengarkan ibu. Kami telah memutuskan untuk mencarikan jodoh untukmu. Mengingat Megan akan segera bertungan dengan Nak Robert, dan kau juga harus sudah memiliki pa