Cara mengerjabkan mata perlahan saat cahaya matahari jatuh mengenai wajah cantiknya. Gadis itu pun bangun, lalu mendudukkan diri di atas tempat tidur. Dia memandang sekitar dengan bingung. Seingatnya dia semalam menunggu Alvaro pulang di ruang tamu hingga larut malam lantas ketiduran. Siapa yang membawanya ke kamar? Apa mungkin Alvaro?"Kamu sudah bangun?""Kenapa Tuan tidak pakai baju?" Cara refleks menutup kedua wajahnya dengan kedua telapak tangan karena melihat Alvaro keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk untuk menutupi tubuh bagian bawahanya. Dada bidang dan perut lelaki itu terlihat jelas oleh kedua matanya.Alvaro terlihat err ... sangat sexy. Apa lagi dengan tubuh dan rambut yang sedikit basah. Aroma laut dan kayu manis yang menguar dari tubuh Alvaro membuat Cara megap-megap. Gadis itu lupa bagaimana caranya bernapas.Alvaro malah terkekeh. "Memangnya kenapa? Apa kamu tergoda melihat tubuhku
Terhitung sudah lebih dari sepuluh kali Cara mengelilingi ruangan Alvaro. Dia melihat-lihat rak buku, setelah itu lukisan yang tertempel di dinding, kemudian menengok pemandangan di luar dari balik kaca jendela yang berukuran sangat besar. Jika lelah dia akan mengempaskan diri ke sofa pojok yang ada di sudut ruangan. Hanya itu yang dia lakukan sejak dua jam yang lalu.Embusan napas panjang kembali lolos dari bibir mungil Cara. Gadis itu sudah mulai bosan. Tidak terasa sudah dua jam lebih dia menunggu Alvaro yang sedang menghadiri rapat. Rasanya dia ingin sekali mengelilingi kota Seoul untuk mengusir bosan. Namun, Alvaro tidak memberinya izin untuk pergi keluar.Cara sontak berdiri dari tempat duduknya karena seorang lelaki memasuki ruangan. "Apa pekerjaan Tuan Alvaro sudah selesai?"Alvaro mengangguk. Untung saja dia cepat mene
Cuaca belum juga membaik, di luar salju masih setia turun membasahi bumi kota Seoul. Selama itu pula Alvaro dan Cara tidak pernah keluar dari kamar hotel tempat mereka menginap. Kedua sejoli itu selalu menghabiskan malam dengan penuh kehangatan dan berbagi pelukan. Alvaro mendekap tubuh mungil Cara sepanjang malam untuk menghalau hawa dingin yang terasa menusuk hingga ke tulang. Senyum tipis menghiasi bibirnya melihat Cara yang tidur begitu lelap. Entah kenapa gadis itu terlihat begitu menggemaskan di matanya sekarang. Seperti bayi. Cup, Alvaro mengecup bibir Cara sekilas karena gemas. Kening Cara terlihat berkerut karena merasa terganggu. Alvaro pikir Cara akan bangun, tapi tidak lama gadis itu malah kembali tidur. Di luar langit masih terlihat gelap padahal sekarang sudah pukul 7 KST. Pada saat musim dingin di Korea Selatan sinar matahari memang muncul lebih pendek. "Kamu tidak ingi
"Kenapa warnanya pink?" tanya Cara karena Alvaro membeli gembok berwarna merah muda. "Memangnya kenapa?" "Warna ini terlalu manis, saya tidak suka." "Jangan banyak protes!" "Tapi kan, ih. Warna merah saja ya, Tuan. Kan, lebih romantis." Cara berusaha membujuk Alvaro agar mau menukar gemboknya dengan warna merah. "Tidak mau," ucap Alvaro tidak bisa dibantah. Lagi pula dia juga malas menukarnya. Cara mengerucutkan bibir kesal. Percuma saja dia merengek karena tidak akan pernah bisa menang melawan Alvaro. Dasar pria egois! Alvaro pun memberi gembok yang dibelinya tersebut ke Cara untuk dipasang. Kedua mata gadis itu sontak membulat ketika membaca tulisan di gembok berwarna merah muda itu. "Kenapa tulisannya jadi kayak gini?" "Memangnya kenapa?" tanya Alvaro dengan wajah tanpa dosa seperti biasa.
Rasanya tidak lengkap jika pergi ke Korea Selatan tanpa membawa oleh-oleh. Sehari sebelum pulang Alvaro mengajak Cara ke Myeongdong. Di sana banyak berjajar toko-toko mewah yang menjadi tujuan utama wisatawan berkantong tebal untuk berbelanja seperti Alvaro. Salah satunya Lotte Departement Store. Tempat perbelanjaan itu menyediakan barang dari merek kelas dunia seperti Gucci dan Channel.Alvaro membeli beberapa buah baju yang menurutnya cocok untuk Cara di salah satu butik paling besar yang ada di sana. Cara sebenarnya menolak karena baju yang dijual di butik tersebut dari merek terkenal dan harganya sangat mahal. Namun, Alvaro terus saja memaksanya agar mau menerima."Ini terlalu mahal, Tuan," desah Cara menahan kesal."Jangan banyak protes dan terima saja barang pemberianku!" tandas Alvaro tidak bisa dibantah. Lalu mengambil sebuah gaun berwarna merah maroon dengan potongan dada yang sedikit rendah untuk Cara.
Seharusnya mereka kembali ke Indonesia pagi tadi. Namun, Alvaro malah asyik berbaring di atas tempat tidur tanpa melakukan apa-apa sejak semalam.Cara tidak tahu apa yang terjadi dengan lelaki itu. Dia terlalu takut untuk bertanya karena suasana hati Alvaro sepertinya sedang tidak baik. Akhirnya dia membiarkan saja Alvaro melakukan apa pun sesuai dengan keinginannya sampai suasana hatinya kembali membaik.Alvaro pun tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Sejak kemarin perasaannya mendadak gelisah dan tidak tenang. Apa lagi saat Cara berada di dekatnya. Setiap gerak-gerik gadis itu selalu berhasil menarik perhatiannya. Dia bahkan tidak bisa mengalihkan pandangannya ke arah lain.Tanpa Alvaro sadari Cara telah berhasil menarik perhatiannya. Padahal Cara hanya gadis biasa. Sifatnya kekanakan, ceroboh dan sedikit bodoh. Namun, entah kenapa gadis itu berhasil menyita seluruh pikiran juga perhatiannya.
Alvaro bergerak semakin cepat. Erangan dan desahan bergantian keluar dari mulut keduanya. "Oh, Caramell. Kamu begitu hangat ...." Tubuh Cara meremang hebat. Gadis itu sangat suka mendengar desahan yang keluar dari bibir Alvaro. Dia mengecup bibir Alvaro sekilas lalu mengusap peluh yang menetes di kening lelaki itu. Alvaro pun mempercepat gerakannya, membuat gadis yang berada di bawah tubuhnya menggelinjang penuh kenikmatan. "Mmhh ...." Cara merintih, Alvaro pun ikut mendesis. Dia mengisap kulit leher Cara kuat-kuat hingga meninggalkan tanda merah keunguan di sana dan semakin mempercepat tusukannya. Pinggul Cara bergoyang mengikuti gerakan Alvaro. Semakin cepat dan cepat. Gadis itu merasa ada sesuatu yang ingin meledak kembali dari dalam tubuhnya. Ruangan pun semakin terasa panas, padahal sudah ada pendingin di kamar mereka. Tubuh Cara dan Alvaro pun sudah basah dan lengket oleh keringat juga cairan cinta mereka. Tubuh Alvaro mengejang.
Alvaro dan Felix harus pergi kantor setelah selesai sarapan karena jam sepuluh nanti mereka ada rapat dengan klien penting untuk membahas produk terbaru yang akan dikeluarkan oleh perusahaan Dinata. Sementara Cara ingin pergi ke rumah sakit karena sangat merindukan sang ibu."Ingat, kabari aku kalau kamu sudah tiba di rumah sakit," pesan Alvaro sebelum berangkat ke kantor.Cara memutar bola mata malas. "Iya, Tuan Alvaro Dinata yang paling cerewet sedunia. Tuan sudah mengatakan hal itu sebanyak dua puluh kali. Saya pasti mengingatnya!" sungut Cara terdengar kesal.Felix yang sudah duduk di kursi belakang kemudi hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Alvaro. Sahabatnya itu berubah 180 derajat setelah menikah dengan Cara. Alvaro yang dulu selalu dingin dan irit bicara pada siapa pun sekarang menjadi leb