Home / Romansa / Istri Kedua Sang Presdir / Bab 188. Jejak dalam Bayangan

Share

Bab 188. Jejak dalam Bayangan

Author: Wijaya Kusuma
last update Last Updated: 2025-09-28 23:48:52

Mobil hitam yang ditumpangi Neina berhenti perlahan di depan gerbang rumah besar itu. Lampu halaman yang temaram menyinari sebagian fasad rumah, menimbulkan bayangan panjang di jalan masuk yang basah karena hujan rintik sore tadi.

Neina menarik napas dalam, menatap keluar jendela dengan pandangan kosong. Di kursi depan, sopir Keandra menoleh padanya.

“Sudah sampai, Nona,” ucapnya sopan.

Neina mengangguk pelan. Tangannya sempat menggenggam erat tas di pangkuannya sebelum akhirnya membuka pintu. Udara malam yang lembap menyergap kulitnya begitu ia melangkah keluar. Ia mendongak sebentar, melihat langit mendung yang menutup cahaya bulan.

Keandra…

Pikiran itu muncul begitu saja. Tadi, saat mereka turun ke lobby bersama, Keandra tak ikut masuk ke dalam mobil. Pria itu justru meminta sopir untuk mengantar Neina pulang ke rumah sampai selamat. Sedang Keandra memiliki tujuan lain.

Ia sempat bertanya pada pria itu ke mana ia akan pergi. Jawaban Keandra singkat, dingin, dan penuh misteri.

“U
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 190. Luka yang Terbuka

    Neina duduk di lantai, memeluk lututnya erat. Laptop sudah ia tutup, tapi bayangan foto-foto itu masih jelas di matanya. Foto Daniswara yang duduk dengan seorang pria asing, foto mobil yang ringsek, headline koran dengan nama ayah dan ibunya—semua seolah melekat di retina, tak bisa ia usir.Air matanya sudah berhenti, tapi dadanya masih terasa sesak. Tatapannya kosong, menembus pada bayangan masa lalu yang penuh luka baginya. Tiba-tiba pintu kamarnya berderit. Neina menoleh cepat, panik, takut seseorang melihatnya dalam keadaan ini.“Non Neina?” suara lembut itu lagi. Bibi Raras muncul sambil membawa nampan berisi secangkir teh hangat. “Saya tahu Nona bilang tidak lapar, tapi setidaknya minumlah ini. Teh bisa menenangkan.”Neina buru-buru menyeka wajahnya, berusaha tersenyum. “Terima kasih, Bu… Maaf, aku merepotkan.” Ia memaksa senyum, di balik kedua mata yang memerah akibat menangis. “Tidak ada kata repot untuk saya, Nona.” Bibi Raras meletakkan nampan di meja samping ranjang, lal

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 189. Fakta Kecelakaan Lama

    Suara ketukan pintu membuatnya tersentak. Ia segera menguasai diri, tak ingin orang lain melihat keadaannya saat ini. Terlebih, Neina tak ingin membuat orang lain curiga akan sesuatu yang belum diketahui kebenarannya. Neina harus membuktikannya, tentunya. “Non Neina?” Suara Bibi Raras dari luar. “Apakah Nona sudah makan malam?”Neina buru-buru menutup laptop, mencabut flashdisk, dan menyembunyikannya di laci. Ia menarik nafas panjang sebelum menjawab.“Belum, Bi. Tapi saya tidak lapar. Terima kasih.”Hening sejenak, lalu terdengar jawaban. “Baiklah, Nona. Jangan sungkan kalau butuh apa-apa.” Dengan penuh perhatian, Bibi Raras selalu memperhatikan Neina. Langkah kaki Bibi Raras perlahan menjauh. Neina menatap pintu yang masih tertutup itu dengan sorot mata kosong.Di kepalanya, banyak sekali pertanyaan bergemuruh.Kenapa Daniswara? Apa hubungannya dengan kecelakaan orang tuanya? Siapa pria asing di foto itu? Apakah Keandra tahu semua ini?Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar. Men

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 188. Jejak dalam Bayangan

    Mobil hitam yang ditumpangi Neina berhenti perlahan di depan gerbang rumah besar itu. Lampu halaman yang temaram menyinari sebagian fasad rumah, menimbulkan bayangan panjang di jalan masuk yang basah karena hujan rintik sore tadi. Neina menarik napas dalam, menatap keluar jendela dengan pandangan kosong. Di kursi depan, sopir Keandra menoleh padanya.“Sudah sampai, Nona,” ucapnya sopan.Neina mengangguk pelan. Tangannya sempat menggenggam erat tas di pangkuannya sebelum akhirnya membuka pintu. Udara malam yang lembap menyergap kulitnya begitu ia melangkah keluar. Ia mendongak sebentar, melihat langit mendung yang menutup cahaya bulan.Keandra…Pikiran itu muncul begitu saja. Tadi, saat mereka turun ke lobby bersama, Keandra tak ikut masuk ke dalam mobil. Pria itu justru meminta sopir untuk mengantar Neina pulang ke rumah sampai selamat. Sedang Keandra memiliki tujuan lain. Ia sempat bertanya pada pria itu ke mana ia akan pergi. Jawaban Keandra singkat, dingin, dan penuh misteri.“U

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 187. Rahasia dalam Flashdisk

    Siang itu, udara di gedung eksekutif mewah DS Company begitu hening. Langit berwarna abu-abu, seolah ikut menekan suasana hati Neina yang gelisah sejak pagi. Langit Jakarta siang itu seolah mencerminkan perasaan Neina. Kelabu. Gerimis tipis menggantung di udara, menciptakan selimut lembap yang terasa menekan. Neina menatap kosong ke layar laptop di hadapannya, data-data laporan yang tersusun rapi terasa seperti barisan karakter asing yang tak memiliki makna apa-apa.Sudah setengah hari sejak Neina berhadapan dengan Daniswara, kakek mertuanya. Pertemuan yang seharusnya menjadi ajang kehangatan antara keluarga justru berakhir seperti sidang yang memuakkan."Neina, Kakek sudah bilang. Ini adalah keputusan yang harus kakek ambil demi kebaikan bersama. Demi Keandra dan kamu,” ujar Daniswara kala itu, suaranya tenang, penuh wibawa, tetapi juga dingin, tak menyisakan ruang untuk negosiasi."Kebaikan yang mana, Kek? Mengabaikan masalah? Menutup-nutupi rahasia besar yang tidak kita tahu?” Nei

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 186. Musuh Lama

    Pagi itu, udara masih lembap setelah hujan dini hari. Jalanan menuju pusat kota belum terlalu padat, membuat mobil yang ditumpangi Neina melaju mulus. Dari kaca jendela, ia bisa melihat sisa embun menempel di dedaunan, berkilau diterpa sinar matahari yang baru muncul dari ufuk timur.Ia menarik napas panjang. Sudah tiga hari ia menginap di rumah Nenek. Tiga hari penuh kehangatan, tapi juga tiga hari penuh pertanyaan yang tak berani ia tuntaskan. Ada ketenangan yang tidak pernah ia temukan di mansion, namun keresahan tetap saja membayanginya.Kini, Neina memutuskan untuk kembali ke kantor. Bukan karena benar-benar ingin, melainkan karena ia sadar ia tidak bisa terus berlari. Dunia luar tetap berjalan, gosip tidak berhenti berputar, dan pekerjaannya menuntut untuk kembali dijalani.Ia sengaja berangkat lebih pagi. Ia tidak ingin berjumpa dengan banyak karyawan yang biasanya datang menjelang jam kerja. Ia ingin masuk tanpa tatapan, tanpa bisik-bisik di belakang.Mobil berhenti di depan g

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 185. Melepas Rindu pada Nenek

    Langit sore itu berwarna jingga pucat, matahari seperti kelelahan setelah seharian membakar kota. Jalanan mulai dipenuhi kendaraan yang kembali dari aktivitas, klakson bersahutan, sementara lampu-lampu toko di sepanjang jalan mulai menyala.Neina duduk di kursi belakang mobil hitam yang dikemudikan oleh sopir keluarga yang mengantarkannya. Tangannya memegang erat tas kecil di pangkuan, matanya menatap keluar jendela, tapi pikirannya entah ke mana.Sang sopir sesekali melirik lewat kaca spion. “Nona, apa Anda ingin saya putar musik? Supaya perjalanan lebih asik?”Neina tersadar, menoleh sebentar lalu tersenyum tipis. “Boleh, Pak. Terima kasih.”Sepertinya ia tahu jika sang sopir paham dengan kegelisahan dirinya. “Baik, Nona.”Keheningan kembali menyelimuti mobil. Hanya suara mesin dan gesekan ban dengan aspal yang terdengar.Hatinya berdegup cepat. Perjalanan ke rumah neneknya seakan membawa pulang masa lalu yang lama terkubur. Sejak kecil, Neina hanya tahu jika kedua orang tuanya sa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status