แชร์

Bab 46. Meeting Dadakan

ผู้เขียน: Wijaya Kusuma
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-22 21:59:40

Neina membelalakkan kembali matanya. Berpikir jika ia masih mengantuk sebab tidur menjelang pagi.

Di balik kaca film mobil dinas yang membawanya menuju kantor, sesosok tinggi bersweater hitam berdiri tegak, memancarkan aura misterius. Dan terus menatap ke arah mobil yang telah membawanya pergi.

Helm full-face bertengger santai di tangan kiri, sementara tangan kanannya menggenggam ponsel.

Tatapan tajamnya menembus lapisan kaca film mobil, seolah mata itu memiliki kemampuan sinar-X.

“Mas Raka?” bisik Neina, suaranya nyaris tak terdengar, bahkan oleh telinganya sendiri.

Ia menggosok matanya, mencoba memastikan ini bukan bagian dari sisa mimpi yang menghampirinya hingga kesiangan bangun tidur.

“Kenapa dia di sini? Bukankah seharusnya dia sudah di rumah sakit?”

Mobil melambat, berbelok di persimpangan dekat rumah mewah Pak Keandra. Dari sudut matanya, Neina melihat Raka masih di sana, berdiri gagah di samping motor besar miliknya yang perkasa.

Motor itu sendiri terlihat seolah ikut m
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 48. Kecurigaan Neina

    "Cincin itu…” Tatapan Eva menunjuk ke arah cincin yang melingkar di jari manis Neina yang terlihat begitu indah.Neina mengikuti arah tatapan mata sang teman. Ia tahu, kemana maksud yang dimaksud Eva. “Oh ini. Ini dari pacarku,” bohong Neina. Eba berusaha percaya pada Neina. “Itu berlian asli?” Rasa ingin tahu Eva dengan gosip yang senter menyebar berhasil membuat temannya itu terus mendesak pertanyaan pada Neina. “Berlian? Aku saja tak pernah tahu, apa itu berlian. Aku hanya dikasih, ya aku terima sebagai bukti jika Mas Raka benar-benar serius padaku. Hanya sebagai hadiah, jadi mana mungkin ini berlian.”Neina terlihat biasa saja saat menjawab. Bahkan ia sendiri pun tidak tahu, apa cincin yang ia gunakan itu berlian atau tidak. “Tapi gosip di perusahaan sangat ramai, Neina. Mereka bilang jika cincin yang kau gunakan itu cincin berlian. Jika benar, jadi kekasihmu sangat kaya, Nei.”Neina yang baru saja hendak menyuapkan sesendok nasi ke mulut nya itu terhenti. Menatap ke arah Ev

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 48. Terpaan Gosip Kembali

    Langit Jakarta masih menggantungkan dengan awan tipis disertai terik matahari yang menyengat lapisan kulit. Neina memutuskan untuk kembali ke kantor. Jemarinya mengepal erat di atas pangkuan, sementara pemandangan di balik kaca mobil seolah kabur oleh pikiran yang berkecamuk. Udara siang itu, sepanas perasaan yang ia sendiri tak tahu sebab apa yang membuat hatinya gelisah. Perasaan tidak nyaman mengendap di dadanya. Ia mengalihkan pandangan ke jendela, berharap kejadian yang selalu datang bertubi dalam hidupnya itu bisa menghilang dan membuat pikirannya tenang untuk hari ini.DS Company tidak pernah benar-benar tidur. Bahkan setelah Keandra terbang mendadak ke Paris untuk menyusul Olivia—istri sahnya yang konon tengah “mengejar karir impian”—ritme perusahaan tak pernah melambat. Namun, yang berubah drastis adalah dinamika internalnya. Ketegangan menguar, sorotan tajam mengarah ke setiap sudut, dan ketidaktransparanan merayap seperti racun. Di tengah semua itu, Felix kini mengambi

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 47. Berhasil

    “Tapi… ini kan meeting besar, Pak Felix. Kenapa tiba-tiba saya?” Neina merasa gugup. Jujur, ia sendiri belum pernah melakukan meeting langsung sejak bekerja di DS Company.“Kamu harus yakin, Neina. Saya yakin kamu mampu menanganinya. Terlebih proposal kemarin, kamu yang menyelesaikan dengan baik semalam. Jadi, saya yakin kamu sudah paham betul detail isi dari proposal untuk kamu presentasikan nanti. Kamu punya kemampuan bernegosiasi yang bagus,” Felix tersenyum meyakinkan. “Kamu pasti bisa, Neina. Jangan khawatir.”Meski Felix terus meyakinkan Neina. Tak lantas membuat dirinya yakin. Gugup sudah pasti. Tapi tak ada pilihan, dan ia harus melakukan apa pun yang Keandra perintah. Sebab itu janji yang ia tekankan pada diri, setelah apa yang Keandra lakukan untuknya tak bisa dibayar dengan materi. Mereka tiba di depan pintu ruang meeting. Suara samar percakapan berbahasa Jepang terdengar dari dalam. Neina menarik napas sekali lagi, mencoba menenangkan dirinya.“Oke, aku coba yang terba

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 46. Meeting Dadakan

    Neina membelalakkan kembali matanya. Berpikir jika ia masih mengantuk sebab tidur menjelang pagi. Di balik kaca film mobil dinas yang membawanya menuju kantor, sesosok tinggi bersweater hitam berdiri tegak, memancarkan aura misterius. Dan terus menatap ke arah mobil yang telah membawanya pergi.Helm full-face bertengger santai di tangan kiri, sementara tangan kanannya menggenggam ponsel. Tatapan tajamnya menembus lapisan kaca film mobil, seolah mata itu memiliki kemampuan sinar-X.“Mas Raka?” bisik Neina, suaranya nyaris tak terdengar, bahkan oleh telinganya sendiri. Ia menggosok matanya, mencoba memastikan ini bukan bagian dari sisa mimpi yang menghampirinya hingga kesiangan bangun tidur. “Kenapa dia di sini? Bukankah seharusnya dia sudah di rumah sakit?”Mobil melambat, berbelok di persimpangan dekat rumah mewah Pak Keandra. Dari sudut matanya, Neina melihat Raka masih di sana, berdiri gagah di samping motor besar miliknya yang perkasa. Motor itu sendiri terlihat seolah ikut m

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 45. Kesiangan

    Cahaya matahari yang menelusup dari celah jendela sempit kamar pelayan menyentuh pipi Neina seperti sentuhan es, membangunkan tidurnya yang tidak nyenyak. Ia mengerjapkan mata, menatap dinding kayu usang yang masih asing baginya meski sudah berbulan-bulan ditinggali. Nafasnya tercekat ketika ia melihat jam dinding bundar berhias bunga plastik murahan.“Jam tujuh lewat?!” Suara paniknya menggema di ruang mungil itu, menggoncang kesunyian subuh yang sudah lewat terlalu banyak sebab waktu yang sudah menunjukkan pukul 07.15 menit. Dengan refleks ia menendang selimut tipis, hampir tersandung sandal lusuh yang teronggok di lantai. “Bisa-bisanya aku bangun kesiangan. Padahal alarm sudah aku nyalakan. Kenapa masih nggak dengar…,” gerutunya, tangannya dengan cekatan meraih handuk.Ia merapat ke kamar mandi kecil yang ada di kamarnya dengan dinding keramik yang bergambar lumba-lumba. Gemericik air dingin memagut kulitnya, namun kantuk masih menempel di kelopak mata—seolah enggan disiram p

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 44. Pembelaan Felix

    Udara pendingin ruangan di lantai 8 DS Company menampar kulit seperti kristal beku. Dinginnya menusuk, seolah alam pun ikut merasakan ketegangan yang menyelimuti dini hari itu. Waktu di jam digital menunjukkan pukul 01.20 WIB, namun lampu di ruang kerja presiden direktur masih menyala terang—terlalu terang untuk dini hari yang sunyi, terlalu suram untuk sebuah kemenangan yang seharusnya gemilang.Di meja kayu walnut sepanjang dua meter, Keandra Dipta Sakti berdiri memunggungi pintu kaca, siluetnya memancarkan aura dominasi. Jasnya sudah tidak rapi, dasi sedikit miring, dan lengan kemejanya sudah digulung naik ke bagian atas lengannya, memperlihatkan otot-otot lengannya yang kencang. Rahangnya tegang, mengeras, seolah setiap detik menahan dentuman bom yang hendak meledak, ledakan emosi yang siap menghancurkan apa pun di depannya.Di dekat rak trofi perusahaan yang memancarkan kilau keemasan, Felix Aryawinata, asisten pribadi sekaligus bendungan emosi bosnya, baru saja masuk setelah

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status