"Zayyan, kamu dari mana? Daddy dan Mommy sudah menunggu dibawah dan ijab kabul akan segera dimulai. Cepat ke sana!" galak seorang perempuan, mendapat senyuman tipis dari Zayyan.
"Baik, Kakak ipar," jawabnya singkat, masih mengembangkan senyuman indah pada sang kakak.Ziea--kakak ipar Zayyan tersebut, memicingkan mata, menatap bibir adiknya dengan penuh kecurigaan. "Kenapa bibir kamu merah? Kamu habis ngapain, Zayyan?""Bukankah pengantin harus memakai lipstik, Kak?" Zayyan menjawab sekenehnya, begitu santai dan sama sekali tak panik pada Ziea."Cepat hapus. Nanti Kak Egamu melihat, dia bisa marah padamu. Nah, lap bibirmu. Mbak tahu kamu habis ngapain. Ck ck, nggak bisa sabar apa?!" Ziea memberikan tissue pada Zayyan, diambil cepat oleh adik iparnya tersebut.Zayyan lagi-lagi tersenyum setelah itu buru-buru beranjak dari sana.***"A--aku benar-benar telah menjadi istri dari mantan kakak iparku sendiri. Aaaa … bagaimana bisa dan seperti apa aku setelah ini?" panik Kina, saat ini duduk di sebuah ruangan untuk mengganti dress. Tadi dia memakai pakaian adat dan sekarang akan mengenakan dress. Ijab kabul sudah selesai dan saatnya untuk acara lain. Dia menikah di sebuah gedung pernikahan, ada banyak bodyguard dari keluarganya dan keluarga Azam yang menjaga. Kina ingin kabur dari tempat ini akan tetapi dia berpikir keras untuk melakukannya. Ada banyak penjaga di sini!!"Jika aku kabur kepedesaan, pasti mereka nggak akan menemukanku. Ta-tapi bagaimana cara agar aku bisa kabur dari sini?" gumam Kina, bermonolog sendiri. Meskipun dia telah sah menjadi istri Zayyan, akan tetapi Kina menolak untuk mengakuinya.Sungguh, dia tidak bisa membayangkan dirinya hidup satu rumah dengan seseorang yang pernah menjadi kakak iparnya. Isi kepala Kina dipenuhi oleh bantahan serta penolakan pada statusnya sekarang."Tidak! Aku tidak bisa kabur." Kina mengigit bibir bawah, gelisah sebab memikirkan resiko jika dia nekat kabur dari tempat ini. Tidak akan ada yang peduli lagi pada Zana, orang tuanya marah besar dan Zayyan yang psychopath bisa menghancurkan keluarga besar Kina. Semuanya akan kena imbas dari perbuatan Kina. Ceklek'Tiba-tiba pintu terbuka, memperlihatkan Zana yang mengenakan dress cantik–berlari cepat dan penuh semangat ke arah Kina."Mommy baruuu …," seru anak kecil cantik tersebut dengan perasaan gembira dan riang."Ck, jangan panggil aku Mommy! Panggil seperti biasa," ketus Kina, menatap berang ke arah Zana. Dia masih dendam pada sahabat kecilnya ini, gara-gara Zana mengaku diculik olehnya Kina berakhir menjadi istri dari Daddy anak ini."Mommy dong. Kan Mommy sudah menikah dengan Daddynya Nana," celetuk anak itu dengan menyengir lebar. "E'eleh, gara-gara kamu!" jawab Kina kembali berkata ketus.Orang-orang yang membantu Kina berias tak lama berdatangan dalam ruangan tersebut. Mereka memperhatikan Zana dan Kina."Mirip yah," celetuk seseorang.Kina mendengus pelan. Tentu saja dia dan Zana mirip, sebab Zana adalah keponakannya. Lagipula sejak kecil dialah yang mengasuh Zana, dan kata orang seseorang bisa sangat mirip dengan kita jika terus bersama. "Keponakanku, Kak," jawab Kina ramah."O-oh. Jadi Kakak menikah dengan mantan suami kakaknya kakak? Pengganti?"Kina menganggukkan kepala."Kasihan," gumam pelan salah satu dari MUA tersebut. "Katanya pria jatuh cinta cuma sekali, sisanya hanya menyambung hidup. Apalagi si pria di tinggal mati, pasti seumur hidup selalu kebayang sama mendiang istrinya. Kakak temanku juga bernasib kayak kakak ini. Dan kemarin cerai sebab tidak tahan sama suaminya yang masih gamon ke mendiang istrinya. Baik sih suaminya, tetapi dikit-dikit selalu mengungkit tentang istrinya yang sudah meninggal.""Jangan nakut-nakutin, Kak. Nggak lucu baru empat jam ijab kabul aku sudah minta cerai," ucap Kina cengenges kaku sebab sejujurnya merinding serta takut mendengarkan cerita MUA tersebut.Kina pernah membaca novel Yaang persis seperti yang MUA tadi ceritakan, dan rasanya sesak sekali. Meskipun ada rumor yang mengatakan jika Zayyan membenci Sheila, tetapi bagaimana jika setelah kematian Sheila, Zayyan tak bisa melupakan?! Bagaimana jika sebenarnya Zayyan sangat mencintai Kakaknya?'Daddy selalu berbisik pada Zana, sebentar lagi Mommy akan kembali bersama kita, Nak. Bersabarlah.'Tiba-tiba saja kalimat itu mengiang dalam kepala Kina, membuatnya meringis sakit dan semakin over thinking. Dari sana saja sudah terlihat jika Zayyan sangat mencintai Sheila. Dia bahkan masih ingin bersama!Cinta Zayyan telah habis di Sheila dan Kina adalah salah satu cara Zayyan bertahan hidup.****"Selamat datang di keluarga Azam, Sayang," ucap Satiya Andini Azam, ibu Zayyan yang masih terlihat cantik serta mempesona di usianya saat ini. Di sebelahnya ada pria tampan dan masih gagah, tak lain adalah suaminya. Gabriel Abbas Azam–Ayah Zayyan. Ayah mertuanya tersebut terlihat tersenyum tipis padanya."Selamat datang, Kina. Semoga kamu betah di sini," ucap seorang perempuan cantik, dia adalah orang yang mengurus Kina saat di pernikahan tadi. Ziea Reigha Abbas Azam, kakak ipar Zayyan. Wanita cantik ini sangat ramah dan sangat lucu.Meskipun Kina notabenya adalah adik ipar Zayyan, akan tetapi dia tidak mengenal siapapun anggota keluarga Zayyan. Dia hanya tahu Jabier, sepupu Zayyan yang sering terlihat di rumah pribadi Zayyan. Sekarang Kina sangat kaget sebab Azam itu sangat banyak! Zayyan empat bersaudara dan mereka punya banyak sepupu. Kina hanya tersenyum malu-malu, kikuk sebab belum nyaman di tempat ini."Zayyan, bawalah istrimu untuk beristirahat," titah Gabriel–ayah Zayyan, mendapat anggukan dari putranya tersebut. Zayyan menggenggam tangan Kina kemudian membawanya dari sana. Kina reflek menoleh ke arah Zana, satu-satunya makhluk yang membuatnya merasa nyaman di rumah ini. Apa mereka akan dipisah?!'Zanaaaa ….' batin Kina, berharap Zana akan mendengar suara hatinya tersebut.Ajaib! Anak itu langsung menatapnya, melayangkan tatapan sendu lalu melambaikan tangan ke arah Kina. Melihat itu Kina menggeleng pelan, lalu dia memberi isyarat agar anak kecil itu ikut.Untungnya Zana memahami tatapan Kina, anak itu segera menyusul lalu langsung menggenggam tangan Kina. Zayyan menoleh ke arah Zana, begitu dengan Zana yang menoleh ke arah Daddynya. Akan tetapi buru-buru memalingkan wajah sebab takut dengan tatapan Zayyan."Semoga setelah ini Zana-ku bisa bahagia secara utuh. Jangan ada lagi yang memisahkan mereka," ucap Gabriel, tersenyum hangat dengan mata panas–tersentuh dan terharu melihat cucunya yang tengah menggenggam tangan ibunya."Iya, Mas. Sudah cukup cucu kita menderita, linglung dan jauh dari orang tuanya." Satiya ikut bahagia dan senang, akhirnya Zana punya orang tua yang lengkap."Seru nggak tadi mainnya sama Kak Kendrick?" tanya Zana pada putranya, mendapat anggukan dari putranya tersebut. "Selu." Abizard menjawab dengan cepat, "tapi sekalang Abi mengantuk, Mom. Abi ingin tidul." Abizard memeluk leher mommynya lalu menyenderkan kepala ke pundak sang mommy. "Hu'um. Kita sudah di rumah dan bentar lagi kita sampai ke kamar," ucap Zana, menggendong putranya. Dia tersenyum lembut, mengingat masa indah saat mengandung putranya. Ebrahim– suaminya, dulu sering muntah-muntah saat Zana mengandung Abizard. Saat melahirkan, Ebrahim menangis karena terharu. Suaminya begitu bahagia, terus mengungkapkan kata cinta pada Zana. Senyuman Zana lebih lebar saat mengingat kebaikan suaminya yang bersedia ikut menjaga Abizard. Meskipun Ebrahim sudah lelah dari kantor, malam butuh tidur, tetapi semisal Abizard terbangun di malam hari, Ebrahim bersedia menjaga putra mereka. Ebrahim bukan hanya suami yang baik, tetapi dia juga ayah yang sangat baik. Yah, walau suaminya itu semakin
---Empat tahun kemudian--- "Weiiih, itu anak siapa? Tampan sekali. Ya ampun!!" pekik seorang perempuan, berlari kecil ke arah Alana untuk menghampiri anak laki-laki yang terlihat tampan dan menggemaskan tersebut. Ketika anak itu tersenyum manis padanya, perempuan cantik itu semakin dibuat meleleh. "Aaaa … tampan sekali, dan … sangat manis. Murah senyum yah," ucap Kanza, mengusap pucuk kepala anak kecil yang ia tebak berusia tiga tahun atau empat tahun tersebut. "Alan, ini anak siapa?" tanyanya kembali. Mereka semua habis foto keluarga, kemudian acara lanjut dengan makan bersama–kediaman Azam. Tadi, anak ini tak ada. Oleh sebab itu Kanza terus bertanya-tanya siapa anak kecil tampan yang menggemaskan ini. "Abizard Mahendra, putranya Kak Ebrahim dan …-" jawab Alana tetapi dipotong cepat oleh Kanza. "Hah? Kak Ebrahim sudah menikah? I--ini anak dia?" kaget Kanza yang tak tahu jika Ebrahim, kakak dari sahabatnya ini telah menikah. Kanza adalah istri Razie dan mereka sudah punya
Hari ini adalah hari kelulusan Zeeshan. Akan tetapi karena orangtuanya sudah kembali ke Paris–setelah sehabis pesta ulang tahun pernikahan Gabriel dan Satiya, maka Zana dan Ebrahim lah yang menjadi perwakilan untuk menghadiri acara perpisahan tersebut. Ebrahim sebenarnya tak ingin Zana keluar rumah karena takut Zana bertemu dengan Jaki–sepupu jauh Zana yang suka pada Zana, saat di pesta ulang tahun pernikahan Gabriel. Ebrahim semakin posesif pada istrinya, dia sangat menggilai Zana. Namun, ini adalah hari penting adik istrinya, mau tak mau Ebrahim harus mengizinkan. "Awas saja jika matamu jelalatan," peringat Ebrahim, menggandeng erat tangan istinya. Mereka berjalan menuju aula, tempat kelulusan dilaksanakan. Zana menatap suaminya cemberut, mendengkus setelahnya. 'Setelah pulang dari pesta, Kak Ebrahim semakin galak. Dia sangat suka mengurungku dan lebih pengekang. Ck, nggak asik sekali.' batin Zana, menganggukkan kepala lesu secara pelan. Setelah sampai di tempat, Zana dan Ebrah
"Lah." Zana menganga kaget, syok melihat Ebrahim ada di sana. Dia mengerjapkan mata kemudian segera bangkit, menghampiri suaminya. Namun, tindakannya tersebut ia urungkan karena banyak sepupunya yang laki-laki ada di sana. Sejujurnya Zana sedikit tak suka bertemu para keluarganya. "Kenapa tidak jadi menemui Kak Ebra?" tanya Kina, sudah berada di sebelah putrinya–ikut menatap kemana arah mata putrinya melihat. Kina dan Zayyan baru pulang dari Paris. Ada dua alasan yang membuat mereka segera pulang. Pertama, kehamilan Zana dan yang kedua ulang tahun pernikahan mertua Kina. "Aih, ada banyak abang-abang speak om-om di sana, Mom. Zana tak suka," celetuk Zana pelan, cukup kaget ketika mommynya berada tepat di sebelahnya. Kina berdecak pelan, menepuk pundak Zana lalu menarik putrinya untuk beranjak dari sana. "Mommy itu sebenarnya ingin marah sama kamu. Suami kamu kan sakit, kenapa masih dibawa kemar
"Tu-Tuan Zayyan." Tamara berdiri, menutup hidung yang mungkin patah akibat pukulan Zana. Dia menundukkan kepala pada sang Tuan Azam yang terkenal dengan rumor dark. Tamara sering mendengar rumor mengerikan tentang Zayyan LavRoy Azam, sosok dingin yang katanya mudah melenyapkan seseorang yang mengusiknya. Zayyan juga mudah marah dan tak terkendalikan, mereka bilang hanya sosok Reigha serta istri Zayyan sendiri yang bisa menenangkan Zayyan apabila marah.Sekarang sosok itu ada di hadapan Tamara. Meski sudah berumur, tak bisa Tamara pungkiri jika dia terpesona. Sosok itu luar biasa sangat tampan, berkarisma dan berwibawa. Ah iya, Zayyan LavRoy Azam memang dikenal sebagai Azam tertampan. Akan tetapi, katanya tak ada wanita yang berani mendendekati pria ini–saking banyaknya rumor mengerikan tentang Zayyan. "Tuan, perempuan ini memukulku dan hidungku …-" Tamara ingin mengadu agar Zana dimarahi oleh sosok mengerikan itu. Namun, tiba-tiba, sosok itu mengangkat tangan sehingga Tarama berhe
"Jika Mas Ebra masih merasa mual, Mas Ebra sebaiknya tak usah datang. Mas Ebrahim istirahat saja di rumah, aku saja yang ke sana," ucap Zana lemah lembut, mengusap pucuk surai lebat Ebrahim. Suaminya tengah berbaring di ranjang, berbantalkan paha Zana. Dia sesekali menelusup ke perut Zana, mencium dengan rakus aroma istrinya. Seperti biasa, Zana wangi dan segar. Ah yah, ada bayi miliknya yang berkembang dalam perut Zana. Bisakah Ebrahim berbangga diri? Karena bukan hanya menaklukan putri Azam yang terkenal tukang onar ini, tetapi dia juga bisa membuatnya mengandung benihnya. "Ck." Ebrahim berdecak pelan. Bagaimana bisa dia membiarkan Zana pergi sendiri tanpa dirinya? Walaupun ke kediaman Azam–untuk merayakan ulangtahun pernikahan kakek neneknya, tetapi Ebrahim tak bisa membiarkan Zana. Namun, kondisi Ebrahim beberapa hari ini semakin parah. Dia semakin sering mual dan demamnya jauh lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Apa karena bakso bakar? "Aku ikut." Ebrahim berucap serak