Dengan keadaan cukup lelah, akhirnya Ayah Aryan sudah sampai di kediamannya sore hari. Bagi siapa saja yang datang ke kediaman Arsawijaya, pasti akan terpesona dengan desain rumah bergaya modern itu.
Rumah mewah bak istana yang sudah di bangun pada masa kejayaan Aryan semasa muda, tak hanya dibidang usaha saja, rumah mewah nan megah ini juga menjadi saksi kerja kerasnya.Di dalam rumah, banyak sekali interior dan eksterios, menambah kesan keindahan di rumah bak istana itu. Rumah ini ia bangun sejak bersama istrinya yang pertama, dengan mengandalkan arsitek ahli di bidang pembangunan ini. Hasilnya tidak mengecewakan, tidak hanya nyaman saat di tempati, tetapi juga bisa memanjakan mata jika melihat-lihat seluruh penjuru rumahnya."Mas Aryan, dari mana aja kamu, Mas?" Ayah Aryan yang baru saja memasuki rumah di sambut oleh suara sang istri keduanya.Wanita yang memiliki hubungan gelap dengannya di masa lalu, siapa sangka jika wanita itu menjadi pendamping hidupnya di masa sekarang."Iya Sin, Mas habis pulang dari kantor," jawab Ayah Aryan.Wanita yang bernama lengkap Arsinta Ratnawati itu membulatkan mulutnya. Dengan jalan berlenggok-lenggok, Arsinta menghampiri suaminya yang menatapnya dengan lekat.Dari sejak hubungan gelap, penampilan Arsinta tidak berbeda, istrinya itu selalu glamour dan sexy diusianya yang tak lagi muda. Setidaknya, masih bisa memancing hawa nafsunya.Arsinta mengusap dada Ayah Aryan. "Ke kantor ngapain emang, Mas? Tumben banget nggak ngasih tahu aku."Jari-jemari Arsinta mengusap sensual dada bidangnya, lalu menyandarkan kepalanya di bahu sang suami. Ayah Aryan menahan napas, dengan tangan yang mengusap punggung Arsinta yang terekspos."Mas nggak tega bangunin kamu. Toh, ke kantor juga cuma sebentar. Mas ada urusan dengan Farraz." Kepala Arsinta mendongak, menatap wajah suaminya yang tidak lagi muda, tetapi di matanya Aryan masih tetap tampan."Memangnya urusan apa, Mas? Penting banget ya? Sampai harus dibicarakan di kantor, bukannya Farraz sibuk ya di jam-jam gini," ujar Arsinta.Masa bodo ketika para maid melihat kemesraan mereka, seisi rumah juga sudah tahu bahwa majikannya selalu romantis kalau sudah berdua.Lagi pula keduanya pasangan suami-istri, tidak ada salahnya mereka berdekatan seperti ini.Perihal perintahnya yang menyuruh Farraz untuk menikah lagi, Ayah Aryan memang tidak memberitahukan istrinya."Mas berniat menikahkan Farraz lagi, Sin. Sebagai seorang Ayah, Mas hanya ingin dia memiliki keturunan agar bisa meneruskan bisnisnya di masa depan kelak."Mata Arsinta membulat sempurna. "Apa?! Ngapain Mas nyuruh dia nikah lagi? Mas 'kan tahu anak itu seperti apa, dia pasti nggak bakalan setuju.""Entahlah Sin. Mas sudah memberikan dia ancaman, setuju atau tidaknya itu terserah dia. Semoga saja dia menurutui permintaan Mas ini."Gerakan tangan Arsinta didada suaminya terhenti. Sebenarnya ia tipikal orang yang masa bodo dengan urusan anak tirinya itu, sekarang ia jadi penasaran. Apa alasan suaminya ingin menikahkan Farraz kedua kalinya?Mengingat Farraz yang sang mencintai istrinya, tentu bukan hal yang mudah. Sebagai seorang wanita dewasa, Arsinta tahu bagaimana rasanya jika hati ini sudah mencintai seseorang.Dulu saja dia rela menjadi wanita simpanan, hanya karena cinta. Beruntungnya Aryan meminangnya dan menjadikan dia sebagai istri, mereka menikah dalam keadaan menjanda menduda dengan anak satu."Ancaman apa? Mas pikir dia bakalan tunduk? Aku tebak, Farraz nggak bakalan perduli dengan ancaman Mas itu," pungkas Arsinta meremehkan."Kita lihat saja nanti. Ancaman Mas nggak bakalan main-main. Kalau dia nggak mau menuruti permintaan Mas, Mas akan menyerahkan jabatan CEO kepada Yoga!" tegas Ayah Aryan.Senyuman Arsinta semakin sumringah mendengar keputusan suaminya ini. Ini hal yang ia tunggu-tunggu sejak lama. Arsinta sangat menginginkan anaknya—Prayoga menduduki jabatan tertinggi di perusahaan suaminya.Sayangnya, sejak dulu keinginan itu tidak terwujud. Mengingat suaminya memiliki putra bahkan sedarah dengannya, membuat keinginan Arsinta pupus.Ia rela melakukan apa saja, demi kehidupan sang putra. Sudah cukup mereka menderita di masa lalu, sebagai seorang Ibu, Arsinta pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya."Ya sudah sih Mas. Jika Farraz menolak nggak usah di paksain. Mas 'kan masih mempunyai satu putra lagi, yaitu Yoga. Dia juga belum menikah. Suruh Yoga menikah saja, supaya dia bisa memberikan kita cucu," rayu Arsinta, menahan rasa riang gembira ketika mendengar hal ini."Pasalnya, kinerja kerja Prayoga belum bisa memuaskan, Sin. Dia harus banyak belajar dalam dunia bisnis. Baru dua tahun juga dia bekerja di dunia bisnis, masih banyak hal yang harus Yoga pelajari.""Mas meremehkan anakku? Setahuku, Prayoga itu anak yang cerdas dan juga ambisius. Kenapa nggak Mas coba dulu aja?"Lama-lama Arsinta semakin geram saat putra semata wayangnya selalu dibanding-bandingkan dengan anak suaminya itu. Dimatanya, Prayoga merupakan anak yang cerdas dan juga ambisius.Ayah Aryan mengusap rambut panjang Arsinta yang mulai terbawa emosi. Mungkin perkataannya selalu menyinggung anak tiri dan istrinya, tapi inilah kenyataannya.Kinerja kerja Prayoga masih belum bisa memuaskan, masih banyak hal yang harus anak sulungnya pelajari. Terjun kedunia bisnis tidak boleh sesembarangan itu, karena bisa berdampak pada perusahaan."Dunia bisnis bukanlah ajang percobaan, Sinta. Kamu tidak akan paham soal ini. Sudahlah, biarkan Farraz dan Yoga menjalankan tugasnya masing-masing." Tanpa membantah ucapan suaminya, Arsinta memilih untuk diam, bicara pun percuma nantinya.***Dengan langkah tergesa, Prayoga buru-buru turun dari mobil untuk segera masuk ke dalam rumah. Tanpa membalas sapaan para maid yang menyapanya. Pria dewasa berumur 30 tahun mengedarkan pandangan, mencari dimana keberadaan Ibunya.Saat du kantor, Prayoga merasa senang bukan kepalang, pikirannya terngiang-ngiang dengan ucapan Ayahnya tadi siang. Ia juga bisa melihat, kalau Ayah Aryan mengatakan ini dengan sungguh-sungguh.Baguslah, semoga Farraz menolak permintaan Ayahnya agar semua jabatan dan warisan Ayah tirinya itu menjadi miliknya."Ibu! Bu! Ibu!" teriaknya dengan tak sabaran."Bu ... Ibu kemana sih?""Ah ... ah ... Mas Pelan-pelan!""Nghh ... Mas Aryanhhh ... Pelan-pelan!"Ketika akan mengetuk pintu, tangannya kembali ia tarik kala mendengar suara desahan di kamar orangtuanya.Prayoga menghembuskan napas, mendengar suara seperti itu bukanlah suatu hal yang asing baginya. Dari zaman mereka berpacaran sampai sekarang, Prayoga sering mendengar desahan erotis Ibunya.Padahal ia sangat bersemangat untuk pulang, ingin menceritakan perihal ini kepada Ibunya. Ini bukan waktu yang tepat, kedua orangtuanya sedang menikmati kebahagiaan di kamar sana."Ck, tidak sadar dengan umur. Sudah tua masih saja suka bercinta! Membuatku tegang saja!"Dari pada berlama-lama didepan kamar orangtuanya yang akan memanaskan indera pendengarannya, Prayoga memilih untuk pergi saja. Ia akan membahas hal ini ketika mereka sudah selesai dengan kegiatannya.Di dalam sana, kedua insan yang baru selesai bercinta terkapar lemas diatas ranjang dengan tubuh tanpa sehelai benang pun. Beginilah kegiatan mereka ketika kedua anaknya tidak ada di rumah. Menghabiskan waktu dengan bercinta sepanjang hari.Dilihatnya wajah lelah sang suami, Arsinta kembali memakai gaun tidurnya. Mengingat hari sudah mulai malam, sepertinya putranya sudah pulang."Ya Tuhan, sudah jam 8 malam. Berapa jam aku bercinta dengan Mas Aryan?""Kamu memang luar biasa, Arsinta," puji Ayah Aryan, kemudian menutup matanya untuk ke alam mimpi.Arsinta berjalan kearah kamar putranya, menurut para maid, Prayoga sudah pulang beberapa menit yang lalu. Saking asiknya bercinta, Arsinta tidak nenyadari jika putra kesayangannya sudah pulang.Sebelum masuk ke dalam kamar, Arsinta merapihkan penampilannya terlebih dahulu. Memalukan jika Prayoga mengetahui jika dirinya baru selesai bersenang-senang dengan suaminya.Arsinta meringis, merasakan denyutan di area selangkangannya. Walau umur mereka sudah tua, tidak bisa dipungkiri jika Tuan Aryan masih ganas soal ranjang. Akibat gerakan kasarnya, membuat Arsinta kewalahan."Nak ... ini Ibu, boleh Ibu masuk?" Arsinta mengetuk pintu kamar putranya."Yoga ... kau sudah tidur?""Masuk aja Bu, aku baru kelar mandi!" sahut Prayoga di dalam kamarnya.Sesudah dipersilahkan masuk, Arsinta memutar handle pintu dan melangkah memasuki kamar putranya.Netra Arsinta mengedar, mencari dimana kebaradaan anak semata wayangnya itu. Pasalnya kamar sang putra sangat gelap gulita, hanya ada temaram lampu tidur
Di tempat yang tak jauh dari meja makan. Farraz berekspresi datar dengan tangan terkepal kuat melihat keharmonisan mereka bertiga. Dari dulu memang Farraz tidak suka dengan Arsinta dan Prayoga. Itulah mengapa, mereka tidak terlalu akrab karena Farraz yang selalu acuh pada keduanya.Mata merah itu memejam, dengan rahang yang mengeras. Ia tidak suka dengan kebahagian mereka. Ada alasan yang membuat Farraz muak satu atap dengan Ayah Aryan.Saat Ibunya meninggal, dengan gampangnya sang Ayah mengakui jika dirinya telah berselingkuh bahkan akan mempersunting wanita selingkuhannya, tepat 2 hari setelah kepergian Ibunya. Sangat singkat, bukan?"Lihatlah Bu, jalang itu masih bisa tertawa diatas penderitaanmu," gumam Farraz.Rasa sakit di hatinya belum bisa ia sembuhkan. Dimana pada saat dirinya masih berduka dengan kematian Ibunya, sang Ayah malah memilih untuk menikah lagi.Yang Farraz tahu, bahwa kematian sang Ibu memang karena penyakit yang dideritanya. Ibunya mempunyai riwayat jantung, dulu
Di kursi kebesarannya, seorang pria yang menduduki jabatan CEO itu tampak sibuk berkutat dengan laptop di hadapannya. Tidak hanya itu saja, di atas meja kerjanya terdapat beberapa tumpukan berkas-berkas yang harus ia tandatangani.Pagi ini, Farraz merasa sangat puas sudah membuat keributan di kediaman orang tuanya. Lebih puas lagi melihat Arsinta dan Prayoga sangat jengkel dengan sikapnya. Itu bagus, memang itu yang Farraz inginkan, mengganggu ketenangan hidup mereka.Netra hitam legam milik Farraz menatap lurus ke depan, guna memfokuskan diri pada pekerjaannya yang sangat menumpuk. Setiap hari memang beginilah pekerjaannya. Tidak jauh dari laptop dan berkas-berkas."Pak Farraz, ini laporan pendapatan dari Manajer keungan," ucap Radit.Menghentikan kegiatan Farraz sejenak. Ia melepaskan kacamata yang bertengger di hidung bangirnya, lalu menyimpannya di atas meja."Baik," jawab Farraz singkat.Dia menerima berkas laporan keuangan dari Sekretarisnya, kemudian membuka berkas tersebut, gun
Di dalam sebuah unit perumahan, terlihat seorang gadis kini sedang sibuk berkutat dengan peralatan dapur. Seorang gadis muda berusia 25 tahun itu tampak cantik dengan balutan dress selutut yang pas di tubuhnya, rambut yang digelung asal dan polesan make up tipis membuat kecantikan gadis itu bertambah, bahkan terlihat lebih natural. Tanpa polesan make up pun wajahnya sudah cantik dan manis.Shanaya Alunda namanya, gadis cantik blasteran Indonesia-China itu tampak sedang sibuk menyiapkan masakan, untuk menyambut kepulangam seseorang yang teramat penting baginya.Beberapa menit berkutat, akhirnya masakan pun sudah matang dan tersaji di meja makan. Ia melepaskan celemek yang menghalangi tubuhnya, kemudian membasuh tangannya agar bersih.Drrtt ... drrttt ....Suara deringan ponsel, membuat atensi gadis berwajah cantik itu beralih. Keningnya mengerut."Halo, mohon maaf, ini dengan siapa?" tanya Shanaya bertanya pada seseorang di seberang sana."Ini Daddy, Shana. Maaf sayang, Daddy tidak bisa
Dengan wajah berderai air mata, Shanaya terus mencoba dan memohon kepada Aryan Arsawijaya supaya dia bisa membebaskan Ayahnya. Baru ia ketahui, jika Ayahnya harus korupsi hanya karena ingin membahagiakan dirinya.Andai saja dia bisa mengulang waktu, mungkin dirinya tidak akan menerima begitu saja barang pemberian Ayahnya. Dia tahu, bahwa Ayahnya pernah mengeluh karena biaya kuliahnya. Tetapi sang Ayah menyuruhnya untuk tetap melanjutkan kuliah hingga ke S2.Ia hanya mampu berandai-andai saja, Shanaya merasa sedih dan bersalah. Karena dirinya menjadi sebab akibat Ayahnya berbuat seperti itu. Hanya demi dirinya, sang Ayah harus dihukum di tempat ini."Di sini yang bersalah adalah aku. Daddy melakukan semua itu demi aku, tolong lepaskan Daddy. Kalian boleh menghukumku, asal kalian bebaskan Daddyku," pinta Shanaya tak putus asa memohon dan meminta agar Ayahnya dibebaskan.Pak Amir menangis tersedu, akibat kesalahannya Shanaya harus memohon-mohon seperti itu. Pak Amir merasa gagal menjadi s
Pria dan wanita berbeda jenis itu membuang pandangan kesal, keduanya sepakat untuk tidak menyetujui perkataan Tuan Aryan. Terlebih ini soal pernikahan, hal yang sakral, yang tidak bisa dimainkan begitu saja.Shanaya dan Farraz baru saja bertemu hari ini, dengan gamblang Tuan Aryan malah menjodohkan keduanya. Baik Farraz maupun Shanaya, tidak dengan mudah menyetujui persyaratan ini.Impian semua orang itu menikah dengan seseorang yang dicintai. Shanaya tidak kenal dengan Farraz, begitu juga dengan Farraz. Ia juga terpaksa menuruti permintaan sang Ayah demi mendapatkan warisan, walau sebenarnya dia sudah beristri."Shanaya! Dengarkan Daddy Nak, kau tidak boleh menyetujui persyaratan ini. Lebih baik Daddy di penjara, dari pada harus mengorbakan masa depanmu demi Daddy!" bujuk Pak Amir pada putri semata wayangnya. Pak Amir memegang kedua bahu anaknya, seolah meyakinkan Shanaya agar putrinya menolak.Keputusan Tuan Aryan membuat kaget semua orang. "Tapi Dad ... jika aku menolak, Daddy past
Sesuai kesepakatan kedua belah pihak, rencana pernikahan kini akan dibahas di kediaman Arsawijaya. Tuan Aryan memberitahukan pada Farraz dan Shanaya agar datang, untuk turut ikut andil dalam membahas hal ini.Tuan Aryan ingin pernikahan ini segera dilangsungkan. Dia ingin segera mempunyai cucu dari pernikahan kedua anaknya ini.Soal proses penghukuman Pak Amir, sudah ada yang mengurus. Saat ini Pak Amir harus kehilangan rumah mewah dan aset lainnya yang ia beli dari hasil penggelapan dana."Sebenarnya gadis seperti apa calon istri keduamu itu? Apakah di atas Grisella atau justru lebih rendah dari istrimu?" tanya Prayoga ketika berpas-pasan dengan Farraz di bar rumahnya.Di kediaman Arsawijaya, ada banyak fasilitas di dalamnya. Ada bar kecil yang disediakan untuk bersantai dan menikmati minuman.Farraz tidak menggubris, hanya menganggapnya angin lalu. Sebelum bertemu dengan Shanaya, ia membutuhkan waktu untuk menerima keadaan."Mulut lancangmu itu tidak berhak menyebut nama istriku. Ji
Mengetahui jika yang akan dinikahi oleh adik tirinya adalah mantan kekasihnya, saat itu juga Prayoga merasa sangat geram, lantaran Farraz selalu saja mengambil apa yang menjadi miliknya.Baru ia ketahui jika Shanaya adalah anak dari Manajer keuangan di perusahaan yang sama. Jika tahu begini, dia sudah menanyakan Shanaya saja kepada Ayahnya.Bertahun-tahun ia mencari keberadaan Shanaya, sekalinya bertemu, Shanaya akan menjadi calon istri adiknya."ARGH! KENAPA KAU MERENGGUT SEMUA MILIKKU FARRAZ!""KENAPA KAU SELALU MENJADI PENGHALANGKU!"Dengan emosi yang memuncak, Farraz menyapu semua barang yang ada di kamarnya hingga barang itu berserakan di lantai.Mendengar kagaduhan di kamar putranya, Arsinta langsung masuk dengan panik.Matanya membelalak ketika melihat banyaknya barang berserakan di kamar Prayoga, juga terlihat wajah putranya yang diselimuti oleh amarah."Astaga Yoga! Apa yang sedang kau lakukan?!" Arsinta menarik kasar tangan anaknya agar tidak menghancurkan barang disekitarny