Share

Bab 4. Terkejut

Author: Ipak Munthe
last update Last Updated: 2024-05-09 16:55:46

"Itu ... tidak perlu khawatirkan. Yang jelas, sekarang, kita tinggal di sini."

Salsa tampak tersenyum. Dia tak sanggup berbohong.

Sayangnya, itu membuat Dara semakin bingung.

Dia hendak menanyakan sesuatu.

Namun, Salsa sudah pergi dengan menumpangi taksi–menuju mansion mewah yang alamatnya telah diberikan oleh Indri.

Sesampainya di sana, Salsa disambut rumah besar dengan desain modern yang sangat mewah.

Salsa yang terbiasa dengan kesederhanaan kini sedikit terkejut karena mendatangi rumah besar dan tampak sangat mewah di hadapannya.

Salsa pun memencet bel.

Namun belum sempat dipersilahkan masuk, ternyata Indri sudah muncul.

"Ikut aku!" katanya sinis.

Salsa pun mengangguk dan mengikuti langkah kaki Indri.

Ternyata Indri menunjukkan sebuah kamar pembantu yang letaknya berdekatan dengan dapur.

"Sesuai dengan apa yang telah aku katakan sebelumnya, kau harus bersikap layaknya pembantu di rumah ini!" tegas Indri.

Diiringi dengan tatapan matanya yang tajam mengarah padanya.

"Iya, Nyonya."

Salsa pun mengangguk mengerti.

Indri lantas tersenyum puas mendengarnya. "Posisimu sebagai istri hanya sebagai orang yang melahirkan anak untuk aku dan suamiku, tidak lebih."

"Jadi, jangan pernah bermimpi menjadi nyonya besar di rumah ini. Paham?" terang Indri dengan angkuhnya, “jangan pernah lupa diri!”

Dia kembali mengingatkan posisi Salsa yang sebenarnya dan begitupun selamanya.

Baru saja dia ingin menceramahi Salsa, Indri tak sengaja melihat seorang pembantu yang melintas di depan kamar.

Gegas, dia pun memanggilnya, "Bik Iyem, tunggu!"

Wanita paruh baya yang merupakan kepala pelayan di mansion itu, sontak menghentikan langkah kakinya dan menghampiri Indri.

"Ya, Nyonya?"

"Dia ini adalah pembantu baru di rumah ini!" terang Indri sembari menunjuk Salsa, “tolong diajarin.”

"Baik, Nyonya," jawab Bik Iyem, hormat.

Setelah bercakap-cakap, Indri pun berlalu pergi. Dia berharap Salsa akan repot dengan tugasnya dari Bik Iyem.

Tugas seorang pembantu, meskipun adalah istri kedua dari suaminya.

Ya, madu yang dipersiapkan oleh Indri sendiri.

Tapi itu bukan untuk selamanya, hanya untuk sementara sampai waktu yang telah ditetapkan oleh Indri sendiri.

Indri tersenyum bangga karena merasa menjadi pengendali dari semuanya.

“Well… Nyonya Januartha itu ya cuma aku!” batinnya, puas kala sudah memperjelas bahwa Salsa benar-benar hanya pembantu.

Sayangnya, dia tak tahu bahwa Salsa bukan gadis jelek biasa, seperti yang dipikirkannya saja.

Dia hanyalah mutiara yang masih di dalam cangkang.

Kilaunya belum terlihat saja.

Seperti saat ini, Salsa sudah tampak akrab dengan kepala pembantu!

Bik Iyem bahkan memintanya untuk menemaninya memasak untuk makan malam…

Ini jelas jarang terjadi.

Beberapa pembantu yang melihat itu bahkan menggosip, termasuk gadis muda yang sangat dekat dengan Nyonya Indri.

Kebetulan setelah membersihkan halaman, dia juga mendapat pesan dari sang Nyonya untuk memerintah Salsa.

"Hei, pembantu baru! Kamu diminta Nyonya Indri untuk membuat satu cangkir kopi. Antar langsung ke kamarnya!"

Deg!

“Kamu itu ya, Mayang kalau ngomong yang sopan," tergur Bik Iyem tiba-tiba.

Mayang hanya tersenyum tanpa meminta maaf.

Kemudian, dia segera pergi karena tugasnya adalah membersihkan halaman.

"Saya buatkan dulu ya, Bik," kata Salsa pada akhirnya.

Bik Iyem sontak tersenyum ramah. "Iya, buatkan. Nyonya tidak suka ada kata terlambat, cepat buat sekarang," katanya.

Salsa pun mengangguk.

Segera, dia membuatkan kopi kemudian segera mengantarkan ke kamar Indri sesuai dengan arahan dari Bik Iyem.

Hingga kini dirinya telah sampai di lantai 3 Salsa yakin inilah kamar tuan rumah.

Tok tok tok!

Salsa pun mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum akhirnya pintu pun dibuka.

"Letakkan di atas meja itu," ucap Indri. Dia pun berjalan dan duduk di samping Raka dan bergelayut manja di lengannya.

Namun, Raka masih fokus pada tab di tangannya.

Meski demikian, Salsa merasakan kehangatan antara keduanya.

Pemadangan ini membuat Salsa sontak terdiam.

"Letakkan di atas meja! Kenapa kau malah diam saja?!"

Deg!

Ucapan dan raut wajah kesal Indri sontak menyadarkannya dari lamunan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kedua Tuan Pewaris yang Disembunyikan   Bab 122

    Salsa merasa sedih karena Indri telah memutuskan untuk pergi. Tapi apa yang bisa dia lakukan untuk mencegahnya, meskipun telah berusaha untuk meyakinkan Indri tapi hasilnya tetap sia-sia. *** Kini Salsa telah menjadi istri satu-satunya, pernikahannya pun tak lagi menjadi rahasia, semua orang juga telah mengetahui bahwa Salsa lah istri Raka yang sah. Hingga beberapa bulan kemudian Salsa pun melahirkan seorang anak perempuan, keluarga besar Januartha sangat berbahagia menyambutnya. Salsa juga tidak lagi merasa takut, jelas terlihat semua anggota keluarga suaminya menerima anaknya penuh kehangatan. Salsa melahirkan anaknya secara normal, tapi Raka merasa kasihan terhadap istrinya tersebut karena menyaksikan sendiri bagaimana sebelumnya Salsa menahan sakit sendirian. Andai saja rasa sakit itu bisa dibagi dia mau mengurangi rasa sakitnya. "Terima kasih," ucap Raka sambil menggenggam tangan Salsa dengan sangat erat. Salsa pun tersenyum sebagai jawaban, dia merasa sempurna

  • Istri Kedua Tuan Pewaris yang Disembunyikan   Bab 121

    "Kak Indri," ucap Salsa sambil berjalan masuk ke kamar Indri. Krang! Piring di tangannya seketika terjatuh dari tangganya, tak menyangka melihat Indri telah berdiri tegak. Dirinya seperti sedang dikejutkan dengan apa yang kini dia lihat. "Salsa," panggil Indri. Saat itu Salsa pun mulai tersadar dari keterkejutannya. Dia tak menyangka jika kini Indri bisa berdiri sendiri. "Salsa, ada apa?" tanya Sinta yang menyusul masuk setelah mendengar suara pecahan. Sinta takut jika saja Salsa yang terpeleset, bagaimana dengan keadaan janinnya? Bahkan Sinta juga sangat mengkhawatirkan keadaan Salsa. Semua pikiran buruknya benar-benar membuatnya panik bukan main. Tapi dia pun dibuat terkejut melihat Indri sudah bisa berdiri. Rasanya tak percaya dengan apa yang telah dia lihat saat ini. Ini seperti tidak mungkin, tapi itulah yang terjadi. "Indri?" Sinta menatap tidak percaya tapi inilah kenyataannya. Matanya membulat sempurna tanpa bisa berkedip sama sekali, sekarang dia men

  • Istri Kedua Tuan Pewaris yang Disembunyikan   Bab 120

    Salsa pun tersenyum bahagia karena hari ini dirinya telah menjadi seorang sarjana, tidak ada yang menyangka bahwa dirinya mampu untuk menyelesaikan pendidikan. Bahkan dirinya sendiri sekalipun merasa ini adalah sebuah hal yang mengejutkan, siapa sangka ternyata disaat dirinya merasa terjatuh-sejatuh-jatuhnya ternyata ada setitik cahaya yang membawanya sampai di hari ini. Hari dirinya menjadi salah satu dari mereka yang menyelesaikan pendidikan seperti yang diinginkan oleh sang Nenek. Ya, air mata Salsa juga menetes haru seiring mengenang kembali wajah mending sang Nenek yang telah menghadap sang illahi. Semua ini juga tak lepas dari peran penting dalam proses pencapaian pendidikannya. Mendukungnya dalam segala hal, sayang kini Neneknya tak bisa mengucapkan selamat padanya. Padahal Salsa juga ingin mengucapkan selamat juga pada sang Nenek karena perjuangan Neneknya tidak sia-sia. Kini hasilnya dirinya telah seperti ini, bahagia rasanya tak dapat terucap oleh kata-kata.

  • Istri Kedua Tuan Pewaris yang Disembunyikan   Bab 199

    Salsa langsung mengambil ponselnya dia tidak lagi menggunakan ponsel lamanya, karena kata Raka sudah butut. Lagi pula ponsel seharga 1 m nya juga harus digunakan, sebab dia sudah membayarnya mahal tadi malam. Tentu saja mahal karena dirinya harus bergoyang seperti orang gila, ah sudahlah. Salsa pun tidak lagi bisa berkata-kata. Dan ketika panggilan telepon tersambung dia langsung saja berbicara. "Abang, Salsa mau kasih tahu hal yang penting," ucap Salsa dengan cepat. "Kamu sakit? Mau melahirkan?" tanya Raka panik. Dia takut terjadi sesuatu pada istrinya tersebut. "Kok melahirkan? Hamil juga masih 6 bulan," gerutunya. "Jadi berapa bulan baru bisa melahirkan?" tanya Raka dengan bodohnya. Inilah Raka jika sudah berbicara dengan Salsa otaknya tak akan bisa bekerja dengan baik lagi. "Sembilan bulan, Abang!" kesal Salsa. "Oh iya, lupa," ucap Raka sambil menggaruk kepalanya. Dia sendiri bingung kenapa bisa bodoh seperti ini, tapi sudahlah saat ini dia ingin berbicar

  • Istri Kedua Tuan Pewaris yang Disembunyikan   Bab 198

    Salsa pun tersenyum sambil melangkahkan kakinya, dia tak dapat menahan kebahagiaan yang tengah dia rasakan. Bahkan tidak menyangka jika hari ini keluarga suaminya begitu menyayangi dirinya. Hingga akhirnya langkah kakinya pun terhenti saat melihat Indri tengah berjemur di halaman. Segera Salsa pun melangkah mendekati Indri.Dia ingin melihat bagaimana keadaan Indri, semoga saja ada kemajuan. "Nyonya Indri, apa kabar?" tanya Salsa. Sebab, kemarin tidak bertemu dengan Indri sama sekali. Rasanya ada banyak hal yang harus dia tanyakan, terutama apakah sudah ada kemajuan.Meskipun sadar Indri tidak bisa menjawab pertanyaannya, tidak apa yang terpenting adalah kesehatan Indri baik. "Sa, aku ke toilet bentar ya," kata Mayang yang bertugas membantu Indri untuk melakukan segala sesuatunya. Termasuk berjemur juga. "Iya, nggak papa aku juga pengen berjemur dulu. Kamu istirahat dulu aja sekalian, nanti kalau ada sesuatu aku panggil kamu ya," jawab Salsa. "Siap, makasih Nyonya

  • Istri Kedua Tuan Pewaris yang Disembunyikan   Bab 197

    Pagi ini rasanya sangat melelahkan karena malam panjang yang terlalu panas. Namun, meskipun sedemikian Salsa juga harus bangun pagi-pagi karena perutnya terasa lapar. Tentunya setelah dia mandi pagi. "Lho, kamu sudah sarapan pagi?" tanya Sinta ketika melihat Salsa sudah selesai sarapan. Padahal dirinya baru saja bangun dan sarapan pun tengah disiapkan oleh para Art. Sepertinya Salsa membuat sarapannya sendiri dan untuk dirinya sendiri saja agar lebih cepat prosesnya. "Iya, Ma. Maaf ya, Salsa sarapan duluan. Soalnya laper banget," ucap Salsa dengan perasaan tidak enak karena biasanya sarapan pagi bersama. "Tidak masalah, bahkan itu sangat bagus karena cucu Mama butuh nutrisi juga," balas Sinta. Kemudian dia pun segera duduk di samping Salsa Tentu saja karena ingin memegang perut buncit Salsa. "Cucu, Oma," katanya dengan senyuman penuh kebahagiaan. "Ma," panggil Salsa dengan ragu, dia ingin tahu apakah benar Sinta sudah tahu jenis kelamin calon anaknya seperti yan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status