Home / Romansa / Istri Kedua Tuan Stefan / Malam Sial Andini

Share

Malam Sial Andini

last update Last Updated: 2024-07-08 22:18:35

Namun, kenyataan pahit harus Andini terima, pacarnya Joshua tidak angkat telepon darinya.

Edo menatap Andini, menunggu kabar yang melegakan atau paling tidak akan menggembirakan. “Gimana, Kak?”

“Tidak diangkat,” jawaban Andini membuat Edo lemas.

“Jadi gimana, Kak? Gimana dengan bos kakak? Bukannya Bu Anya, Bu Anya itu selalu bersedia membantu kakak?” desak Edo. “Edo hanya takut kalau kita mengabaikan perawatan untuk bapak, bapak malah nggak ketolong,” desakan Edo membuat Andini sesak.

Andini tidak sanggup kalau harus kehilangan bapak. Saat ibunya pergi, hatinya hancur dan semua hampa. Dunia ini gelap. Tapi lebih kejam, waktu terus berjalan, Bum tetap berputar. Wanita itu menatap layar ponselnya. Ada nama Stefan di sana.

Entah berapa kali jemari Andini mengusapnya, apakah dia akan membantuku kali ini, batinnya bertanya. Apakah kali ini dia harus meminta bantuan Stefan?

Hatinya setengah ragu, tapi ada kekuatan kalau dia harus menghubungi Stefan. Jadi, Andini menghubungi lelaki itu.

***

Stefan malam itu belum tidur, dia masih memeriksa keadaan keuangan perusahaan Anya. Tim auditor yang disewa Stefan menemukan beberapa kejanggalan dan laporan untung dan rugi. Namun, pekerjaan auditor belum sepenuhnya selesai.

“Untuk apa Anya mengambil uang sebanyak ini dari perusahaan ayahnya dan perusahaan dia sendiri?” tanya Stefan kepada asistennya.

“Ada pendirian perusahaan atas nama Bu Anya dengan Aksa, berupa restoran. Tim sedang menyelidiki laporan keuangannya. Selain di Jakarta, restoran itu ada di Bali.”

“Apa kamu harus ke Bali sekarang, Felix?” tanya Stefan memicing kepada asistennya. “Anya tidak pernah mengatakan akan membuat restoran bersama Aksa,” gumam Stefan sambil mengelus dagunya. Apa yang ada dalam pikiran istrinya?

“Tidak. Selama ini masih bisa ditangani dari Jakarta. Untungnya, di sana ada karyawan Anya yang saya kenal. Tapi, kita tidak bisa berharap banyak. Lagi pula, pekerjaan auditor belum selesai.”

Stefan mendengus, kesal. Ini menjadi rumit. Ponselnya di meja berdering nama Andini tampil di layarnya.

“Hallo?” sapa Stefan langsung.

Andini gemetar menyapa balik suami bosnya itu. “Pak Stefan, maaf saya menelepon malam-malam begini.”

“Ada apa?” Stefan tidak tega mendengar suara Andini yang gemetar.

“Malam ini juga bapak saya harus dioperasi karena pendarahan di otak. Saya—saya ….”

“Butuh berapa?” Stefan langsung menebak alur pikiran Andini meneleponnya malam-malam begini untuk apa?

“Se—seratus juta, untuk operasinya saja, Pak. Tolong, Pak, anggap saja uang ini adalah pinjaman. Saya akan bayar kalau—,” Andini baru ingat kalau tadi dia sudah dipecat. Dari mana dia bisa mendapat uang dan membayar utang?

“Baik, aku anggap kamu berutang, tapi, apa kamusudah memikirkan bagaimana cara membayarnya?”

Pertanyaan Stefan membuat Andini terdiam beberapa saat. “Saya—saya akan melunasi utang bapak segera,” jawabnya bergetar.

“Jangan naif, Andini. Saat ini perusahaan yang ada di bawah mertua saya sedang diaudit besar-besaran. Jadi, jika ada aliran dana yang macet, pasti tim auditor menganggap itu adalah penggelapan dana. Dan kalau pun kamu bekerja di perusahaan lain, berapa lama kamu akan melunasinya? Kita analisa saja dari gaji dasar kamu.”

Andini menghela napas, benar juga apa yang dikatakan Stefan sialan. Andini memaki dalam hati, dengan begini, dia tidak bisa keluar dari perusahaan itu

Beberapa saat tidak ada jawaban dari Andini, Stefan menghela napas. “Jadi? Rasanya saya tidak punya waktu dan alasan untuk bicara panjang-panjang dengan kamu, Andini.”

“Baiklah, baiklah. Aku akan menerima jabatan untuk sementara itu. Gajiku akan sama dengan diektur, kan? Dan saya akan menerima tawaran bapak sebagai istri pengganti Bu Anya.”

“Istri pengganti?” ulang Stefan. “Apa aku mengatakan begitu?”

“Tadi bapak bilang begitu di rumah sakit,” bisik Andini, ada Edo, dan dia tidak mau Edo tahu soal ini.

Stefan menarik napas, “Kalau begitu di mana bapak kamu dirawat? Saya akan segera ke sana.”

Setelah memutus sambungan telepon, Stefan berganti pakaian, celana jin dan kaus biasa, ditumpuk dengan jaket warna hijau.

“Felix, kita harus ke rumah sakit,” ujar Stefan, tegas.

Felix tahu kalau begini ada keperluan mendesak.

“Siapkan uang serratus juta. Andini memerlukannya malam ini,” ujar Stefan kepada Felix sebelum masuk ke mobil.

“Baik, Pak,” jawab Felix.

Perjalanan menuju rumah sakit tempat ayah Andini dirawat sekita dua puluh menit. Stefan langsung menemui Andini di depan loket administrasi. Lelaki itu berpikir kalau Andini syok, sedih, panik dan cemas.

Namun, Andini kelihatan tenang. Ada Edo bersamanya.

“Selamat malam, Pak Stefan,” sapanya.

“Di mana saya bisa membayar biayanya?” tanya Stefan datar dan dingin.

“Di loket yang ada di belakang bapak,” jawab Andini, lalu menggaruk tengkuknya. Setelah malam ini hidupnya mungkin akan berubah.

“Keluarga Bapak Tarso?!” panggil seorang perawat.

Kali ini Andini berdiri, “Ya, suster,” jawabnya, Edo ada di sampingnya.

“Anda anaknya?” tanya si perawat.

“Iya, kenapa dengan bapak saya?”

“Dokter menyarankan Anda bertemu dulu dengan bapak Anda sebelum dioperasi.”

Andini mengangguk, menangis, sudah tidak ada lagi gunanya. Sebelum pergi dia melirik ke arah loket administrasi.

Stefan melirik Andini, “Pergi saja. Nanti saya menyusul,” entah mengapa perkataan seperti iu menenangkan—wanita itu, dia pergi bersama perawat yang menghampirinya dan Edo. 

Bapak Tarso ada di ruang perawatan sebelum dioperasi.

Andini tak kuasa menahan air mata ketika melihat bapaknya menatap ke arahnya.

“Bapak,” panggilnya lirih.

“Lebih baik, kamu tidak usah mengusahakan apa pun untuk bapak. Bapak sudah tua, Nduk. Cuma mau lihat kamu bahagia, tanpa harus membiayai adik-adikmu,” kata Tarso terbata-bata.

Andini menggeleng sambil menangis. Bagaimana mungkin dia menutup mata?

Tanpa Andini tahu kalau Stefan sedari tadi mendengarkan semua obrolan Andini dan bapaknya.

Edo pun tak kalah sedihnya mendengar perkataan bapaknya.

“Edo ….” Panggil Pak Tarso lirih, seolah tidak sanggup bicara lagi.

“Edo janji akan jaga Kakak, dan abang,” katanya lagi. “Bapak jangan khawatir. Setelah ini, bapak bisa sembuh,” ucapnya.

Andini mengangguk, menatap bapaknya. Kedua kakak beradik itu berharap besar dari operasi ini.

Stefan melangkah masuk, lalu berdiri di dekat bapak Andini. Matanya berkaca-kaca menatap Pak Tarso yang sedang berjuang untuk hidupnya.

Pak Tarso melihat Stefan, tangannya mengambang di udara, mencoba meraih lelaki yang tetiba muncul itu.

Stefan paham, jadi dia menangkap tangan Pak Tarso. Lalu mendekatkan telinganya ke wajah lelaki tua itu. “Tolong, jaga Andini,” pesannya. Setelah itu, dia tidak sanggup lagi berkata-kata.

Dokter dan nakes yang dekat dengan ruangan itu, mengambil alih. “Sudah saatnya Pak Tarso dibawa ke ruang operasi.

Andini tidak bisa menghentikan tangisannya, sementara, Stefan terpekur menatap kepergian Pak Tarso didorong di ranjang pasien oleh para nakes.

Pesan terakhir Pak Tarso terngiang di telinga Stefan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kedua Tuan Stefan   Ekstra Part II: Keluarga Berencana

    Season IIBab 122 (Ektra Part)Aska menyampaikan semua maksudnya dengan tenang, semata demi Anya. Agar dia percaya lagi kepadanya.“Demi anak kita, Prayan. Aku ingin menebus semua kesalahan-kesalahanku dulu.”Anya menghela napas perih dalam hatinya. Semua yang dia lakukan bersama Aska adalah kesalahan.Beberapa saat tidak ada yang bicara, hanya helaan napas Anya.“Aku tidak tahu, sejak kamu dipenjara, aku tidak pernah bicara apa pun soal ayah kepada Prayan. Hubungan aku dan papi juga tidak terlalu baik satt ini.”Aska mengangguk-angguk, “Aku mengerti. Aku tidak akan memaksakan apa yang aku inginkan. Hanya satu hal aku ingin minta tolong. Sampaikan semua barang ini untuk Prayan.”Anya melirik semua barang yang ada di meja yang memisahkan kursi mereka. Ada senyuman tipis di bibir Anya.“Aku tidak tahu apa yang anak itu suka,” kata Aska ikutan tersenyum, kalau aku hitung, usianya sudah sebelas tahun, kan? Jadi, aku pikir, dia pasti menyukai semacam mesin permainan.”“Ya, dia suka. Aku ak

  • Istri Kedua Tuan Stefan   Siapa yang Simpati kepada Mantan Napi

    Season IIBab 121 (Ekstra Part)Beberapa tahun kemudianAska bebas setelah berkelakuan baik dalam sel tahanan.“Sekarang, keinginanku hanya satu,” ucapnya kepada Joshua yang duluan bebas satu tahun lalu.“Apa?” tanya Joshua, tidak ada teman, musuh yang dulu rasanya dekat, sekarang juga menjauh. Jadi, Joshua pikir tidak ada salahnya menjemput Aska dihari dimana dia dibebaskan.“Mantan napi tidak punya tempat di masyarakat,” sambung Joshua lagi, lalu mendesah putus asa.Aska memerhatikan raut wajah Joshua yang muram.“Bagaimana kalau kita memulai usaha?” cetus Aska. “Aku punya tabungan, tidak banyak. Mungkin hanya cukup untuk membeli bahan baku.”Tatapan mata Aska berbinar cemerlang, menatap keluar beranda apartemen Joshua.“Bagaimana?” tanyanya sambil menatap Joshua—yang diam.“Entah,” Joshua mengedikkan bahu, “Sekarang aku hanya ingin praktek lagi. Susah sekali rasanya dapat kepercayaan orang lain. Gagal.”Aska menghela napas, dia tahu persis bagaimana perasaan Joshua.“Aku hanya ingi

  • Istri Kedua Tuan Stefan   Kejutan untuk Andini

    Season IIBab 120“Dan sekarang karena kesalahan kecil, Joshua ada di sini dianggap aib, kalian mau membuang saya begitu saja?” sentak Joshua, menghapus air matanya dengan cepat.Sebagai seorang ibu yang pernah melahirkannya, mama Joshua tentu terpukul. Nuraninya sebagai seorang ibu, tidak mampu membiarkan anaknya menderita dipenjara.Mama Joshua menoleh ke belakang.“Josh selalu ikuti apa yang mama dan papa mau. Jadi juara kelas, sampai masuk kuliah kedokteran dengan nilai sempurna.”Namun, papa Joshua berkata lain, “Biarkan saja. Biar dia kapok. Jangan sekali-kali kamu lemah terhadap anak itu.”Papa Joshua tidak mau lagi mendengar atau menyaksikan drama anaknya. Jadi, dengan cepat lelaki itu meninggalkan ruangan jenguk para narapidana.Mama mau tidak mau mengikuti papa. Selama ini papa yang mengatur semua kehidupannya. Dan selalu benar, jadi apa pun yang papa lakukan kali ini, mama yakin ini pasti benar.“Maafkan Mama, Joshua,” bisik mamanya sambil meninggalkan ruangan itu dengan ha

  • Istri Kedua Tuan Stefan   Jadi Narapidana

    Season IIBab 119 “Hm,” Sofia menggumam sambil bersedekap menatap tajam ke arah penyidik. Ada hal yang mencurigakan.“Tapi, Bu Andini bisa jadi tersangka kalau pernyataannya ada yang melenceng dari bukti yang ada. Jadi, untuk sementara waktu, Bu Andini kami sarankan tetap ada di dalam kota agar kami bisa berkoordinasi dengan mudah.”“Baik, saya akan menjamin itu,” ucap Sofia. “Adalagi yang bisa kami bantu?” tanya Sofia dengan ramah.Sebagai seorang pengacara dia tahu kalau koordinasi seperti ini akan meringankan Andini.“Kalau begitu, terima kasih atas waktunya, Bu Andini,” ucap si penyidik sambil berjabat tangan.Andini dan Sofia meninggalkan ruangan penyelidikan tanpa banyak kata. Tidak ada senyuman, napas Andini masih memburu. Badannya masih terasa kaku.Dia tidak bisa merasakan kakinya menapak di tanah.Stefan menepati janjinya menunggui Andini sampai selesai. Lelaki itu berdiri begitu melihat Andini dan Sofia keluar dari ruangan investigasi. Dan memberikan Andini pelukan hangat.

  • Istri Kedua Tuan Stefan   Dijadikan Terdakwa!

    Season II Bab 118Tatapan mata Stefan ke arah Andini terasa begitu intens setelah menutup telepon. Ada getaran yang tidak biasa, Andini bisa merasakannya, hingga ruangan itu terasa begitu tegang.“Ada sesuatu di Jakarta, kita harus segera pulang.”Andini tidak kuasa menahan semua pertanyaan yang ada dalam benaknya. “Ada apa?”Stefan tidak menjawab, dia memasukan semua barang ke dalam koper. Dan Andini tidak bisa menolak, atau adu argumentasi. Dia mengikuti Stefan mengemas semua barang dengan cepat, lalu dalam waktu singkat, memasukkan barang bawaan ke mobil.Berpamitan kepada ayah dan ibu Stefan.Dan sudah ada di mobil, perjalanan ke Jakarta.“Polisi, menangkap Joshua,” Stefan membuka obrolan sambil fokus menyetir.“Joshua?” Andini mengulang perkataan Stefan. Rasanya sudah lama sekali tidak mendengar kabar apa pun dari lelaki itu. “Tunggu. Ditangkap? Maksudnya ditangkap polisi?”Seingat Andini, Joshua dulu adalah dokter dan dari keluarga yang terhormat. Mana mungkin kalau tetiba lela

  • Istri Kedua Tuan Stefan   Cemburu Buta Andini

    Season IIBab 117“Mau beli apa?” tanyanya pedagang wanita itu dengan kasar.Stefan melirik Andini yang sedang salah tingkah, dia mengambil sembarang sayuran.Lelaki itu menahan tangan Andini.“Biasanya, pengasuh Adam membeli wortel, jagung dan brokoli untuk kebutuhan sehari-hari.”Andini terpaku dengan analisa Stefan, “Dari mana kamu ….”“Saya, kan, ayahnya, masa tidak tahu,: seloroh Stefan. “Walau saya sibuk bekerja, tapi, saya juga memperhatikan apa saja kebutuhan anak saya.”Andini tidak bisa menyimpan kebahagiaan yang ada di hatinya. Dia menggigit bibir bawahnya, lalu mencium pipi Stefan.“Kamu tahu, kan, kita ada di tempat umum,” peringat Stefan tetapi tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan. Pipinya menghangat.Andini menoleh ke arah penjual sayuran, wajahnya makin memerah. Napasnya berembus cepat.“Maafkan aku, aku hanya tidak menyangka kalau suamiku perhatian,” kata Andini malu-malu.“Jadi, tiga puluh ribu,” kata si penjual ketus. Lalu menaruh barang yang dibeli Stefan dengan k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status