Share

Dalam Proses Cerai

last update Last Updated: 2025-01-23 14:57:27

Di taman kota dekat permainan anak-anak, Ayuni duduk di kursi panjang menunggu Ryan dan juga Shakira yang ingin bertemu dengannya.

Ya. Ayuni memilih bertemu dengan Shakira yang ingin bertemu dengannya. Entah memang Shakira yang ingin bertemu, atau Ryan sendiri yang ingin kembali menemui perempuan itu.

“Hei! Sorry banget, baru sampai.” Ryan menghampiri Ayuni kemudian mengulas senyumnya.

“Eh! Iya, nggak apa-apa.” Ayuni kemudian mengusapi pucuk kepala Shakira. “Halo, anak manis. Namanya Shakira, yaa?”

Shakira mengangguk. “Halo, Tante. Tante namanya Ayuni, yaa? Cantik banget, mirip Mama.”

Ayuni tersenyum malu-malu mendengar ucapan Shakira. “Shakira juga cantik. Mirip sekali sama mamanya.” Ayuni mengusapi pucuk kepala anak kecil itu.

Ayuni kemudian menatap Ryan yang tengah menatapnya juga. “Eh! Kacamatanya ke mana? Kok nggak dipake?”

“Hanya kalau lagi kerja saja. Kalau di luar, males pake.”

Ayuni manggut-manggut. “Sini, duduk, Sayang. Kamu baru pulang sekolah, yaa?” tanyanya kepada Shakira.

“Iya, Tante. Shakira baru pulang sekolah. Dijemput Papa katanya mau ketemu sama Tante Ayuni. Seneng banget bisa ketemu sama Tante cantik.” Shakira kemudian menerbitkan senyum dengan sangat lebar.

Ayuni menaikan kedua alisnya kemudian tersenyum miring. Melirik Ryan dan menghela napasnya dengan panjang.

“Eum, begitu rupanya. Gimana kalau kita makan siang dulu? Kayaknya pada lapar-lapar nih.”

“Mau, mau. Ayo, Papa. Makan di resto langganan kita, yuk!” ajak Shakira kepada sang papa.

Ryan menganggukkan kepalanya kemudian ketiga orang itu beranjak dari duduknya. Berjalan dengan santai ke seberang sana di mana ada restoran langganan Ryan dan Shakira yang sering makan di sana bersama dengan mendiang Arumi.

“Katanya Shakira yang mau ketemu. Kok malah kamu yang semangat?” kata Ayuni tanpa melihat ke arah Ryan.

“Aku tanya. Mau ketemu sama kamu apa nggak. Karena kamu udah pulang dari rumah sakit. Dianya mau. Ya udah, aku ajak saja. Kebetulan aku lagi libur.”

Ayuni manggut-manggut kemudian mengulas senyum sembari menatap Shakira. “Sayang banget, sama anak satu-satunya kamu?”

“Banget. Aku ingin menjadi ayah yang terbaik untuk dia.” Ia kemudian mengulas senyumnya.

Setibanya di resto, ketiga orang itu duduk di kursi yang telah tersedia di sana.

“Halo, Shakira. Selamat datang kembali. Baru kemarin sore ke sini, hemm.” Marcel—salah satu sahabat Ryan menghampiri mereka.

“Halo, Om Marcel. Aku mau kasih tahu Tante Ayuni kalau ini tempat makan kesukaan aku, Om.”

Marcel menoleh pelan kea rah Ayuni. Lalu menatap Ryan yang terlihat salah tingkah dengan ucapan anaknya itu.

Sementara Ayuni hanya mengatup bibirnya lalu mengulas senyum kepada Marcel. “Ayuni. Teman sekolah Ryan dulu. Kebetulan lagi pengen makan bareng aja.”

Marcel manggut-manggut kemudian meringis pelan. “Kenapa nggak jadi mamanya Shakira aja? Jarang-jarang lho, Shakira mau makan bareng cewek.”

Ayuni lantas membolakan matanya. Terkejut mendengar ucapan Marcel.

Sementara Ryan hanya mengibaskan tangannya lalu mencari menu makanan di sana. Menunduk—menyembunyikan pipinya yang memerah karena menahan malu.

**

Di kediaman Andreas.

Lelaki itu tampak gusar menunggu kedatangan Ayuni yang tak kunjung tiba. Ia lantas memilih menghubungi Dhita. Karena ia yakin, Dhita tahu di mana Ayuni berada.

“Kenapa?” tanya Dhita kala menerima panggilan tersebut.

“Ayuni di mana, Dhit? Dia sudah pergi dari tempat tinggalnya, kan?”

“Haa? Bukannya udah dari tadi? Dia langsung pergi kok waktu nerima telepon dari kamu. Kita-kita juga udah pulang dari apartemennya Ayuni.”

Andreas mengerutkan keningnya. “Ke mana Ayuni? Kenapa sampai jam segini dia belum juga kembali. Dijemput tidak mau.” Andreas menghela napas kasar.

“Mungkin lagi belanja dulu. Ayuni nggak bawa koper juga sih. Kayaknya nggak niat pulang deh.”

Andreas menghela napas kasar. “Dhita. Kamu tahu kan, Ryan sudah jadi duda selama satu tahun?”

“Apa hubungannya sama Ryan?” tanyanya bingung.

Andreas lantas menutup panggilan tersebut. Entah mengapa feeling dia langsung tertuju pada Ryan. Sebab selama satu minggu Ayuni dirawat, dia sangat memperhatikan gerak-gerik keduanya yang terlihat begitu akrab.

Ia lantas mengambil kunci mobil dan segera pergi mencari keberadaan kedua orang itu. Andreas sangat yakin bila Ayuni tengah bersama dengan Ryan.

“Kamu mau ke mana, Mas?” Gita datang ke sana lalu menghalangi Andreas pergi.

“Ngapain kamu ke sini, Gita? Aku sudah bilang pada kamu, jangan pernah kembali lagi ke sini!” pekik Andreas begitu marah.

“Mas! Aku ini istri kamu. Kenapa kamu membentak-bentak aku kayak gitu? Kalau aku tidak ke sini, kamu tidak akan pernah mau ke rumah itu. Aku mau tinggal di sini aja!” Gita tak mau tahu, ia akan tetap tinggal di sana apa pun yang terjadi.

Andreas geleng-geleng kepala kemudian masuk ke dalam mobil. Melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh mencari keberadaan Ayuni.

“MAS!!” pekik Gita dengan sekencang mungkin. “Arrgghh! Kenapa sih, harus Ayuni, Ayuni dan Ayuni yang dia pikirkan. Perempuan cacat itu sudah merusak semuanya!” pekiknya lagi.

Ia lantas masuk ke dalam rumah. Tak peduli Andreas yang melarangnya berada di sana. Sebab sudah empat hari dia tinggal di rumah baru, Andreas sama sekali tak pernah datang menemuinya.

Di resto ….

“Enak kan, Tante?” tanya Shakira kepada Ayuni yang tengah mencicipi makanan di sana.

Ayuni mengangguk. “Enak. Kamu hebat banget sih, nyari tempat restonya.”

“Bukan aku, Tante. Tapi, Papa.”

“Ooh.” Ayuni kemudian manggut-manggut seraya melirik Ryan yang tengah menyesap kopi miliknya.

“Kamu nggak mau makan, Ryan?” tanya Ayuni kemudian.

“Nggak. Aku nemenin kalian makan aja. Yang kenyang, yaa. Habis ini jangan lupa diminum obatnya. Luka di kepala kamu masih belum dibilang sembuh betul.”

Ayuni mengulas senyumnya. “Baik, Dok.”

Ryan memutar bola matanya seraya tersenyum mendengar ucapan Ayuni. “Harus banget ya, manggil dokter?”

Ayuni terkekeh pelan. “Maunya apa dong? Mas Ryan? Emang kamu masku?”

Ryan lantas menjitak kening Ayuni pelan. “Ryan aja cukup.”

“Mas bojo dong,” sahut Marcel sembari membawakan spageti yang dipesan oleh Ryan.

“Nggak usah bikin fitnah, Marcel. Istri orang.”

Marcel menganga mendengar ucapan Ryan. “Hebat banget lo, gandeng istri orang.”

“Lagi on the way cerai,” kata Ayuni lalu meringis pelan.

Marcel menggaruk rambutnya kemudian menoleh ke arah pintu masuk. “Selamat datang di resto kami.”

Ayuni menolehkan kepalanya kemudian menelan saliva dengan pelan kala melihat orang yang masuk ke dalam sana.

“Jadi ini, yang kalian lakukan di belakang aku?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Icha Qazara Putri
Waduh Andreas nyamperin kok tau sedang di restoran ya wkwkwk
goodnovel comment avatar
Kania Putri
dih apaan sih Andreas kenapa juga kamu harus marah kalo ayuni dekat sama Ryan. lah kamu sendiri nikah sama Gita diam2
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Kedua di Antara Kita   Tamat!

    “Happy birthday, Sayang.” Ryan memakaikan kalung di leher Ayuni yang tengah melipat baju milik Melvin.Ia terkejut karena Ryan datang dengan tiba-tiba kemudian memberinya sebuah kalung di lehernya. “Mas!” Ayuni kemudian membalikan tubuhnya yang kini berhadapan dengan sang suami.“Selamat ulang tahun ya, Sayang. Di usia yang ketiga puluh tahun ini, kamu diberi hadiah yang luar biasa. Hadirnya Melvin di hidup kita, menjadi pelengkap sempurnanya rumah tangga kita. Menjadikan kita orang tua yang sempurna, dan menjadikan Shakira sebagai kakak.”Ryan lalu mengecup kening perempuan itu dan memeluknya. Senyum bahagia terukir di bibir perempuan itu. Bagaimana tidak, di malam ulang tahunnya itu ia diberi kejutan yang cukup membuatnya bahagia luar biasa.“Terima kasih, Mas. Terima kasih sudah menjadi pelengkap hidup aku. Terima kasih sudah menjaga aku sampai kita bisa melewati semuanya.”Ayuni kemudian mencium punggung tangan Ryan dan menatapnya lagi dengan senyum di bibir perempuan itu. “Ucapka

  • Istri Kedua di Antara Kita   Welcome, Baby Boy!

    Anggota keluarga Ayuni dan juga Ryan tengah menyambut cucu kedua mereka. Usia kandungan Ayuni sudah memasuki tujuh bulan. Karena kondisi rahim Ayuni yang semakin parah, Dokter Mia memutuskan untuk melalukan operasi Caesar di hari ini.Ya. Ayuni harus melahirkan bayi secara premature. Sebab kondisi Ayuni yang sudah tidak tahan lagi menahan sakit itu. Ryan pun menyetujui hal itu. Daripada Ayuni mengalami hal yang tak diinginkan, sebaiknya bayi mungil itu segera dikeluarkan.Di ruang operasi. Yang mengambil alih bedah perut Ayuni adalah Dokter Firman ditemani oleh Dokter Mia. Sementara Ryan hanya menginteruksi apa saja yang mesti dilakukan.“Kamu masih kuat, Sayang? Sabar, yaa. Sebentar lagi bayinya akan keluar. Setelah itu, kamu tidak akan mengalami sakit luar biasa itu,” bisik Ryan yang terus mengajak Ayuni bicara. Jangan sampai perempuan itu tertidur dalam keadaan lemas seperti itu.Ayuni menggenggam tangan Ryan dengan erat. Tak bisa bicara karena kondisinya yang sudah tak karuan. Ker

  • Istri Kedua di Antara Kita   Adik untuk Shakira

    Dua bulan kemudian.Ayuni terbangun karena mendengar suara percikan air di dalam kamar mandi juga Ryan yang tidak ada di kamar.“Baru jam enam dia udah mandi jam segini? Mau ke mana emang dia?” gumamnya kemudian beranjak dari tempat tidur dan masuk ke dalam kamar mandi.“Mas. Kamu lagi apa?” tanya Ayuni menghampiri Ryan yang tengah berdiri di depan wastafel.“Mau gosok gigi,” jawabnya singkat.Ayuni mengerutkan keningnya. “Gosok gigi? Kamu ada kerjaan di jam tujuh apa gimana? Ini baru jam enam, Mas. Tumben banget jam segini udah ada di kamar mandi. Biasanya jug—”Ayuni memegang perutnya karena nyeri. “Ssstth!” lirihnya sembari memegang perutnya.Ryan menoleh kemudian segera berkumur. “Kembali ke kamar, Sayang.” Ryan menuntun Ayuni lalu mendudukan perempuan itu di tepi tempat tidur.“Perut aku sakit, Mas. Nyeri.”Ryan menganggukkan kepalanya. Ia lalu merebahkan tubuh sang istri dan mengambil stetoskop di dalam laci. Hendak memeriksa kondisi Ayuni yang tiba-tiba saja nyeri.“Aku tadi ha

  • Istri Kedua di Antara Kita   Menuntaskan Hasrat

    Ryan hanya menggaruk pelipisnya mendengar pertanyaan Ayuni yang berhasil membuat bulu kuduknya merinding. Bukan Ayuni yang tegang, Ryan lah yang tegang kala mendengarnya.Ayuni melihat tingkah laku Ryan hanya tertawa kemudian geleng-geleng. “Mas bojo memang sangat alim. Digoda seperti itu saja langsung panas dingin. Padahal memang benar, kalau sudah main pasti akan panas.”Ryan menghela napas pelan. “Kamu jangan macam-macam. Minta berapa ronde kayak yang iya. Sekali main langsung tidur, aku pukul bokong kamu.”Ayuni lantas tertawa. “Oh, yaa? Memangnya kamu berani, pukul aku? Mau aku laporin ke Komnas HAM?”“Nggak ada hubungannya, Sayang. Kalau kamu mau laporin aku ke Komnas HAM hanya karena memukul bokong, setiap kita main juga aku sering mukul. Harus ada bukti juga dan memangnya kamu mau kasih bukti saat kita lagi main?”Ayuni kalah telak. Ia kemudian mengibaskan tangannya karena tidak bisa menjawab pertanyaan dari sang suami.Ryan yang melihatnya hanya terkekeh lalu geleng-geleng. S

  • Istri Kedua di Antara Kita   Mau Main Berapa Ronde

    Tiga bulan setelah Ayuni mengalami koma selama satu tahun. Kondisinya sudah dibilang membaik setelah beberapa kali melakukan perawatan dengan sangat telaten dan Ayuni pun selalu menuruti perintah dari sang suami.“Mama. Kemarin aku ketemu sama Kak Cakra. Itu pun nggak sengaja ketemu.” Shakira menghampiri sang mama yang tengah merapikan bajunya di dalam kamar.“Oh, ya? Terus, dia ngomong apa aja ke kamu? Sudah lama sekali sepertinya kalian tidak bertemu.”Shakira mengangguk. “Iya. Dia nanya kabar Mama. Dia senang karena Mama udah sembuh. Tadinya mau aku ajak ke rumah buat ketemu Mama. Tapi, katanya dia lagi ada urusan. Mau ketemu sama kakeknya.”Ayuni manggut-manggut dengan pelan. “Ya sudah biarkan saja. Yang penting Cakra masih ingat sama kamu. Lagian kalian ini pada kecil. Belum waktunya untuk saling dekat. Biar saja dulu masing-masing. Kamu menikmati masa kecil kamu dan Cakra fokus sama pendidikannya.”Ayuni mengusapi rambut Shakira dengan lembut seraya menasihatinya agar anaknya pa

  • Istri Kedua di Antara Kita   Bakal jadi Pikun

    Satu minggu setelah Ayuni sadarkan diri, ia akhirnya sudah bisa pulang dan dirawat di rumah saja. Ayuni sudah jenuh dan bosan bila harus dirawat di rumah sakit. Sudah terlalu lama bahkan satu tahun lebih dia ada di sana.“Apa yang masih kamu rasa sakit, Sayang?” tanya Ryan setelah membawa Ayuni duduk di tempat tidur.“Ini.” Ayuni menunjuk kepalanya. “Terus ini.” Kemudian menunjuk kening, pipi hingga bibir. “Dan terakhir ini.”Ryan lantas geleng-geleng. “Baru juga sembuh udah mikir yang jorok. Nanti kita bulan madu lagi.”Ayuni menghela napas kasar. “Aku masih harus menunggu dua tahun lagi buat punya anak, Mas. Jadi, nggak usah ada bulan madu lagi.”Ryan kemudian memberikan secarik kertas hasil pemeriksaan terakhir kondisi rahim Ayuni. “Kamu sudah bisa hamil, Sayang.”Ayuni menganga kemudian menutup mulutnya. “Beneran, Mas? I—ini, ini nggak bohong, kan?”Ryan terkekeh pelan. “Nggak dong, Sayang. Rahim kamu sudah siap menampung bayi meski harus tetap dijaga dan dirawat sampai sembilan b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status