Share

Bab 6: Menggoda

Author: Lia Mauliza
last update Last Updated: 2022-09-20 16:51:22

Akhirnya Azka datang ke toko Honey Cake, dan sedang menunggu Larissa selesai bekerja di ruangannya dan duduk di sofa yang ditemani oleh Soraya, Indah, Dewi, Gia dan Intan. Mereka sangat menyukai Azka karena memiliki wajah tampan dan menggemaskan.

“Tampan sekali. Gemes!” puji Soraya mencubit pipi Azka.

Azka memberikan senyuman yang sumringah sambil menunjukkan giginya yang putih dan rapi. Ia terus tertawa karena geli, saat Soraya terus saja menggelitik pinggangnya.

Tak lama kemudian Larissa dan Ulfa keluar dari dapur menuju dan beranjak ke ruangannya untuk menemui Azka.

"Azka datang sendiri?" tanya Ulfa.

"Tadi, ada neneknya. Tapi, dia tidak bisa menunggu karena masih ada kesibukan yang lain," jawab Larissa.

“Oh, begitu. Eh, Ris. Aku nggak sabar ingin bertemu si bocul gemes itu,” kata Ulfa menyapu kedua tangannya yang terkena tepung.

“Kalau kamu ingin bertemu anakku. Cuci tanganmu dulu," kata Larissa terlihat garang yang menyuruh Ulfa mencuci tangannya terlebih dahulu, jika ia ingin memegang Azka.

“Wow, ibunya sangat protektif." Ulfa tertawa akan sikap Larissa yang berubah menjadi seorang ibu.

“Harus dong.” Larissa juga ikut tertawa.

Saat hendak memasuki ruangan, tiba-tiba ponsel Larissa berdering di balik saku celananya. Ia segera mengambil ponselnya dan melihat panggilan dari ‘My Husband’ yang tertera di layar ponselnya.

“My husband? Okelah, aku masuk duluan.” Ulfa melirik dan tersenyum tipis. Lalu, ia memasuki ruangan.

Larissa segera menggeserkan tombol merah ke hijau untuk mengangkat panggilan dari Darish dan menaruhnya di kuping kanan. “Assalamualaikum,” ucap Larissa.

“Waalaikum salam,” jawab Darish. Suaranya terdengar buru-buru, “Di mana, Azka?” tanya Darish.

“Kenapa? Abang takut terjadi sesuatu pada Azka, jika dia bersamaku?” tanya Larissa saat mendengar suara Darish yang terdengar begitu gelisah.

“Eum. Aku takut dia nggak nyaman sama kamu," kata Darish

“Sekarang, aku ini Bundanya. Dia nggak bakalan takut, kalau Bapaknya nggak nakutin-nakutin dia. Bukan seperti itu?” Larissa ingin Darish percaya padanya.

“Aku mau lihat dia sekarang. Sambungkan ke video call,” kata Darish menyuruh sang istri mengalihkan panggilan Video Call.

Larissa menghela napas. “Oke, tunggu sebentar.”

***

Setelah mengantarkan Azka ke tempat Larissa, Bu Fatimah bergegas kembali ke rumahnya, dengan membawa masuk barang belanjaannya dan dibantu oleh Kak Asi. Asi menaruh barang belanjaan di atas pantri dapur.

“Asi, kamu jangan pulang dulu. Kamu bantuin saya masak untuk ketering. Nanti saya berikan bonus yang banyak," kata Bu Fatimah meminta bantuan Kak Asi sambil menupuk lembut bahunya.

“Baik, bu.” Kak Asi dengan senang hati membantu Bu Fatimah, padahal dia hanya bekerja dengan Darish untuk menjaga Azka. Walaupun begitu Kak Asi sudah dianggap sebagai keluarga oleh Bu Fatimah.

***

Saat Larissa sudah memasuki ruangan, ia menghentikan langkahnya saat melihat Azka dikeremuni karyawan karena mereka sangat menyukai Azka. Lalu, timbul ide untuk menjahili suaminya yang sudah menunggu untuk video call dengan Azka.

Larissa menekan kamera belakang memperlihatkan Ulfa yang ikut menggelitik Azka. Mereka terdengar cukup berisik dan saling tertawa. "Azka! Azka!" teriak mereka memanggil nama Azka dengan nada menakuti.

“Azka!” teriak Larissa. Ia menunjukkan raut wajah kaget. “Apa yang kalian lakukan pada anakku?” tanya Larissa.

“Hei! Kenapa dengan Azka ...,”

Larissa mematikan panggilan video call dari sang suami, agar terlihat lebih meyakinkan kalau Azka sedang ditakuti oleh karyawan-karyawannya itu. Ia tertawa puas setelah menjahili suaminya yang terlihat panik.

Azka dan karyawannya ikut kaget mendengar Larissa berteriak. Azka berdiri dari tempat duduknya berjalan mendekati Larissa.

“Kenapa Bunda berteriak? Bunda lagi sakit?” tanya Azka yang khawatir mengira Larissa sedang kesakitan.

“Nggak, Sayang. Bunda kaget kamu dikeremuni mereka.” Larissa menggenggam telapak tangan kanan Azka dan membawanya kembali duduk.

Darish terburu-buru keluar dari klinik menuju mobil di parkiran dan bergegas pergi ke toko Honey Cake, untuk memastikan kondisi sang anak dalam keadaan baik-baik saja. Ia mengemudi dengan kecepatan 80 km, karena ia begitu sensitif apabila mendengar Azka tersakiti. Baginya, Azka adalah hidupnya. Mungkin, jika tanpa Azka ia takkan bertahan sejauh ini.

***

Bu Fatimah dan Kak Asi sudah menyelesaikan pesanan ketering berupa Nasi ayam kampung sebanyak 50 Kap. Kak Asi memasukkan semua pesanan ke dalam plastik, sedangkan Bu Fatimah sedang membasuk beberapa piring yang kotor.

“Asi, kamu sudah suruh Pak Mamat untuk anterin tiga kap yang saya pisahin tadi?” tanya Bu Fatimah mematikan air kran karena sudah selesai mencuci piring.

“Sudah, Bu.” Kak Asi sedang memasukkan nasi kotak ke dalam plastik.

***

Darish berlari kecil dengan tergesa-gesa memasuki toko Honey Cake untuk pertama kalinya. Ia menunjukkan raut wajah pucat tanpa senyuman dan menghampiri Soraya di kasir.

“Di mana anak saya?” tanya Darish menunjukkan sikap paniknya pada Soraya.

Sontak Soraya mengagumi ketampanan Dokter Darish hingga mulutnya terbuka. Ia memerhatikan wajah tampan Dokter Darish Iskandar secara langsung. Pada saat pernikahan mereka, karyawan-karyawan Honey Cake tidak dapat hadir karena sedang berlibur. Tapi, mereka melihat foto pernikahan Larissa dan Darish, jadi Soraya langsung mengenalnya.

“Hello. Di mana anak saya dan Bosmu itu?” tanya Darish.

Soraya pun sadar sambil menggelengkan wajahnya. “Oh, bos. Dia sedang berada di ruangannya sebelah kiri," jawab Soraya dan tangannya mengarah ke lorong bangunan menuju ruangan Larissa.

Sedangkan, tatapan Soraya masih mengarah pada Darish yang membuatnya terpesona. Begitu juga yang dilakukan Gia dan Intan yang berdiri di depan lemari kue sambil menatap Darish tanpa berkedip. Soraya, Gia dan Intan sudah kembali melanjutkan pekerjaan mereka.

“Tampan sekali suami si Bos. Kalau modelnya tampan kayak cowok turki begini, aku pun mau, Gi!" kata Gia.

“Aku juga,” sahut Intan singkat karena ia sosok gadis yang tak banyak bicara juga polos.

Darish melihat lorong bangunan menuju ruang Larissa, ia bergegas menuju ruangan sang istri dengan raut wajah tanpa senyum dan panik.

Larissa dan Azka masih berada di ruangan sambil duduk di kursi sofa dan menunggu kedatangan Darish. Di atas meja sudah ada tiga kotak nasi ayam kampung dari Bu Fatimah yang menjadi santapan mereka. Larissa juga sudah menyiapkan air sirup merah dingin di dalam teko kaca.

Sedangkan terlihat sudah lapar dan memandangi sirup segar itu hingga ia menelan air ludahnya sendiri.

“Kita tunggu Papa sebentar lagi, ya? Kamu masih sabar ‘kan?” tanya Larissa mengelus kepala Azka.

Azka hanya mengangguk dan tersenyum ke arah Larissa yang duduk di sebelah kirinya. Posisi kursi sofa berbentuk panjang dan menghadap pintu masuk.

“Azka!” teriak Darish sambil mendorong pintu ruangan Larissa dengan kuat.

“Papa!” Azka lari ke arah Papanya dan memeluknya.

“Kenapa Papa lama sekali? Azka sudah sangat lapar menunggu Papa untuk makan siang bersama," kata Azka terbata-bata.

“Hah? makan siang?” Darish menatap sang istri sambil menaikan alis kirinya karena bingung. Lalu, ia sadar kalau ternyata Larissa sedang mengerjainya untuk segera datang ke tokonya itu.

Larissa tertawa kecil menatap sang suami. “Ayo kita makan siang," ajak Larissa. Ia segera membuka kotak nasinya, "Hampir dingin."

Kemudian, Larissa menuangkan sirup merah ke dalam gelas. Darish memandangi Larissa dengan raut wajah heran dan kesal. Namun, tiba-tiba hatinya luluh saat Larissa tersenyum manis kepadanya sambil memberikan nasi kotak yang sudah dibuka untuknya.

BERSAMBUNG🍁

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 26: Belum dimaafkan

    Keesokan paginya, Larissa yang baru saja selesai membersihkan diri, ia langsung keluar dari kamar mandi menuju meja rias. Raut wajahnya terlihat senang. Ia duduk di atas kursi sambil menatap wajahnya di cermin."Akhirnya, ia mengaku Ya Allah. Aku sangat senang suamiku mengatakan cintanya padaku," lirihnya dalam hati sambil menyisir rambut panjangnya itu sambil tersenyum.Di sisi lainnya, Darish yang sudah berangkat ke rumah sakit langsung disibukkan dengan pasien yang mengeluh akan giginya yang sakit. Satu persatu sesuai antrean pasien memasuki ruangan dr.Darish. Sebagai dokter spesialis gigi, Darish memberikan penanganan yang baik untuk pasiennya. Ia sangat profesional dan ramah. Apalagi dr. Darish sangat ahli dalam membujuk anak kecil. Tapi, ada seorang anak laki-laki berusia 10 tahun tidak mau mencabut giginya dengan alasan sakit. Ia memberontak hingga ibunya terjatuh dari kursi."Akh!" keluh wanita itu sudah terduduk di atas lantai karena anaknya mendorongnya. "Eh, ibu," kaget Da

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 25: Pelukan Hangat

    Malam pun tiba. Darish merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil memeluk guling dan mengeluh kesakitan di bagian perutnya. Keringatnya keluar di sekujur wajahnya karena ia tak sanggup menahan kram di perutnya itu. "Sakit perut karena minum teh?" Larissa agak terkejut dengan pengakuan sang mertua, Bu Fatimah, yang mengatakan kalau Darish tidak bisa minum teh.Ia sedang berbicara dengan Bu Fatimah lewat hp. Kata Bu Fatimah, "Darish tidak bisa minum teh karena menderita penyakit lambung yang parah. Saat Darish mencoba berkali-kali minum teh, Darish langsung sakit perut. Sejak SMP, Darish sudah tidak lagi minum teh. Dia memang tidak bisa minum teh. Sama seperti Almarhum Ayahnya.""Oh begitu. Maaf, Umi, Rissa nggak tahu kalau abang Darish nggak bisa minum teh," ucap Larissa merasa bersalah. Larissa melirik ke arah Darish yang menatapnya dari tempat tidur dengan raut wajah agak kesal. Larissa agak ketakutan jika Darish marah. "Baik Umi, Rissa akan memberikan obat untuk abang Darish. Sampai

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 24: Surat Resign

    Larissa dan Darish duduk berdampingan di sofa ruang tamu. Mereka duduk berhadapan dengan Megan dan kak Ratna. Sedangkan Bu Anita dan Pak Hasballah duduk di sofa lainnya berdekatan dengan sofa Larissa dan Darish. Bu Anita juga sudah menyiapkan beberapa teh hangat dan bolu lapis di atas meja. "Ratna, Megan, silahkan diminum tehnya. Nanti dingin," suruh Bu Anita. "Iya, terima kasih, Bu," kata Kak Ratna. Sedangkan Megan hanya tersenyum tipis ke arah Bu Anita.Kak Ratna dan Megan serentak mengambil minuman dan meneguknya seteguk saja. Lalu, menaruhnya kembali di atas meja. Megan bersikap cukup tenang di depan keluarga Larissa. Terutama sekali di depan Darish. Ia terus saja memandang Darish dan tersenyum ke arahnya. Larissa menatap Megan tanpa senyuman. Wajahnya cemberut bagai melihat musuh dan ia sangat tidak menyukainya. Begitu juga dengan Megan. Ia sengaja membuat Larissa kesal dengan tersenyum sinis. *** Ulfa berdiri di depan pagar rumahnya dengan penampilan yang sudah rapi. Ia meng

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 23: Menjahilinya

    Kak Ratna merasa susah hati, jika Megan betul-betul serius akan perasaannya terhadap Darish. Tapi, ia berusaha tenang menanggapi sikap Megan yang sering kali memberontak. Kak Ratna mengambil lima piring dan membawanya ke meja makan.Megan mengikuti kakaknya dari belakang. "Tapi kak, aku mau dia yang jadi suami aku," keluh Megan berharap kakaknya membantunya."Dia suami orang, Megan. Kakak nggak mau kamu menjadi pengganggu rumah tangga orang lain. Apalagi Larissa," ucap Kak Ratna terdengar serius seraya menaruh piring di atas meja. Langkah Megan pun sontak terhenti saat mendengar kakaknya menyebut nama Larissa. "Memangnya kenapa kalau dia? Kenapa Kakak terlihat sangat menyukai wanita itu?" tanya Megan kesal. Kak Ratna menghela napas seraya membalikkan badannya ke arah Megan dan menatapnya tersenyum heran. "Bukan seperti itu. Cuma, orang tuanya itu pemilik rumah sewa ini, mengerti? Kamu mau Kakak diusir? Kakak sangat menyukai lingkungan ini, Megan. Tapi, bukan itu yang menjadi alasan t

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 22: Keras Kepala

    Enggan berbaikan dengan sang suami, Larissa malah semakin cemberut menatap sang suami saat Bu Anita, Bu Fatimah dan Azka datang menjenguknya. Ia mengabaikan Darish dengan memeluk Azka yang duduk di atas ranjangnya. Azka begitu dimanjakan oleh Larissa dan Azka sangat senang. Darish memilih untuk duduk di sofa dan memerhatikan sikap perhatian Larissa pada sang anak. Walaupun ia belum berhasil membujuknya, namun ia bahagia melihat Larissa begitu menyayangi Azka. Ia menghela napas lega. 'Untung ada Azka yang menjadi pelipur lara'Sedangkan, Bu Anita dan Bu Fatimah berdiri dari sisi yang berlawanan dan saling berhadapan. Mereka merasa lega karena Larissa baik-baik saja."Kamu makan mie instan lagi 'kan, 'kan, 'kan?" Bu Anita mencubit lengan Larissa karena geram akan perbuatannya."Aduh, ma! Sakit!" keluh Larissa mengusap-usap lengannya dengan tangan kiri. "Sudah, Nita. Rissa lagi sakit, loh. Kamu mau kesehatannya memburuk lagi? Dia sedang hamil," sahut Bu Fatimah membela menantu kesayang

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 21: Jangan Sentuh Aku

    Darish berlari dengan cepat memasuki Supermarket, saat ia melihat seorang pria mendekati Larissa di meja. Ia mendorong pintu dengan tenaga keras dan berdiri menatap pria itu dengan tatapan tajam. "Hei, dia istri saya!" teriak Darish. Sontak pria tersebut terkejut dan menoleh ke arah Darish. "Oh, maaf. Saya hanya ingin memeriksanya. Sepertinya, istri Anda pingsan," kata pria yang bertugas sebagai pekerja Supermarket tersebut. "Pingsan?" Darish sangat khawatir dan berjalan mendekati Larissa. "Rissa? Rissa?" panggil Darish beberapa kali sambil menepuk pundaknya. Tapi, Larissa tidak sadar. "Dari tadi istri Anda kerjaannya hanya makan. Saya khawatir istri Anda pingsan karena menghabiskan semua makanan berlemak ini," lanjut pekerja itu berprasangka seperti itu. Darish memerhatikan sebentar semua bekas plastik di depan Larissa yang sudah habis tanpa sisa. Ia menghela napas cemas dan menatap Larissa yang tak bergerak sedikit pun."Apa istri saya sudah membayar semua makanan ini?" tanya Da

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status