“Boleh kita mampir ke super market sebentar?” tanya Larissa pada sang suami yang tengah mengemudi.
Larissa segan mengajak sang suami mampir ke super market, karena selama perjalanan Darish hanya diam dan tak berbicara dengannya. Sepertinya, Darish masih marah pada Larissa yang sudah membohonginya tentang Azka. Padahal Larissa hanya ingin Darish menemuinya di toko untuk makan siang bersama. Tak menjawab permintaan Larissa, Darish hanya memasang raut wajah datar sambil melihat super market di depan sebelah kirinya. “Di super market itu?” tanya Darish.“Iya,” jawab Larissa singkat semakin segan.Darish menyalakan lampu samping kiri mobil dan berhenti di tepi jalan. “Ya udah, cepat turun. Abang tunggu di mobil dengan Azka.”Azka sedang asyik nonton film kartun di Ipad yang duduk di kursi belakang, nampak ia tidak peduli dengan pembicaraan kedua orang tuanya itu.Larissa menaikkan kedua alisnya dan terlihat kaget. Ia tersenyum saat mendengar Darish menyebutkan dirinya ‘Abang’ untuk pertama kalinya. Sebagai seorang istri, Larissa sangat senang mendengar Darish mulai membuka hati untuk menerimanya, walaupun ia masih bersikap dingin dan cuek. “Oke, Abang.” Larissa tersenyum lebar seraya membuka pintu mobil dan bergegas turun.'Kau jangan senang dulu, Larissa Zevana. Suatu saat, aku akan balas perbuatan yang telah kau lakukan padaku hari ini' lirih Darish dalam hati.***Di sisi lainnya, Jeremi menghentikan mobilnya di tepi jalan depan toko Honey Cake. Ia menghentikan mobil untuk mengangkat panggilan penting dari seseorang. Ia sedang berbicara dengan serius.Sedangkan Ulfa, keluar dari toko menuju motornya yang terparkir di depan teras. Ia menaiki motornya untuk bergegas pulang. Ia menghidupkan start dan menjalankan motornya ke arah jalan raya. Tapi, ia terpaksa berhenti saat mobil Crush berwarna hitam menghalangi jalannya.‘Tin! Tin! Tin!’ Ulfa membunyikan klakson.Tapi, Jeremi tidak mendengar klakson yang dibunyikan Ulfa. "Kamu harus memeriksa lebih seksama. Mungkin pasien itu mengalami gagal ginjal. Setelah hasil scannya keluar, segera hubungi saya," kata Jeremi.“Eh eh, ini orang. Sembarangan parkir di depan toko orang.” Ulfa menekan klaksonnya lagi dengan keras.Suara klakson Ulfa akhrinya terdengar ke kuping Jeremi dan ia memalingkan wajahnya ke arah kanan. Ia menaikkan alisnya saat melihat Ulfa dari balik kaca mobil. Jeremi segera mematikan panggilannya.‘Dia ‘kan, wanita yang jadi bridemadenya di pernikahan Darish." Jeremi memerhatikan raut wajah Ulfa yang sudah sangat kesal.“Wah, kayaknya ini orang tuli deh. Woi!” teriak Ulfa sambil menekan klakson dengan keras.Akhirnya, Jeremi tahu kalau mobilnya itu menghalangi Ulfa yang akan keluar. "Oh, maaf!" ucap Jeremi membalas klaksonnya dua kali dan segera memajukan mobilnya.Ulfa menggelengkan kepalanya yang heran akan sikap orang yang ada di dalam mobil itu. Tak berkata apa-apa lagi, Ulfa langsung pergi tanpa menyapa. Menurutnya, ia tidak mau tahu dan tidak perlu membesarkan-besarkan masalah.Jeremi beranjak turun dari mobil untuk menyapa, tapi Ulfa sudah bergegas pergi. “Eh, Ulfa!” panggil Jeremi mengejar beberapa langkah.Namun, Ulfa tidak mendengar teriakan Jeremi karena sudah agak jauh, ia juga mengenakan helm.Jeremi menghela napas sambil menatap Ulfa dari kejauhan. Ia merasa menyesal karena tidak bertemu dengan Ulfa. Padahal, Jeremi mengejar untuk minta maaf dan bertegur sapa. Terlihat jelas dari raut wajah Jeremi, kalau ia menyukai Ulfa.***Satu jam kemudian, Larissa, Darish dan Azka sampai di rumah. Darish memarkirkan mobil di depan teras dan mematikan mobilnya. Larissa bergegas turun dari mobil dan membuka pintu mobil untuk Azka. Ia menggandeng tangan Azka dan mendekat ke arah pintu mobil kemudi. Ia menatap Darish yang masih di dalam mobil sambil tersenyum manis.“Abang, minta tolong ambilkan barang belanjaannya di bagasi, ya," pinta Larissa dengan suara lembut. Ia menatap Darish semakin dalam. "Abang ambil semuanya, oke?"Darish sedikit terkejut saat Larissa meminta bantuannya dengan nada lembut yang terdengar sedang menggodanya.Setelah menyuruh sang suami mengambil barang belanjaan, Larissa dan Azka segera masuk ke dalam rumah."Ada apa dengan dia?" Darish turun dari mobil dan beranjak menuju ke bagasi.Ia membuka bagasi dan melihat cukup banyak barang belanjaan yang dibeli oleh Larissa. Ada lima Plastik besar yang penuh barang belanjaan rumah tangga yang membuat Darish menghela napas berat."Oh, jadi ini maksudnya ia tersenyum baik kepadaku? Memang istri ... istri ... entahlah." Darish terlihat kesal.Larissa sedang membuka kaos kaki Azka yang duduk di atas sofa. “Sekarang Azka mandi dan istirahat. Nanti nanti malam Bunda ada kejutan untuk Azka dan Papa," kata Larissa.“Kejutan apa?” tanya Azka sangat menyukai kejutan.Larissa menaruh telunjuk di atas bibirnya. “Shiiit. Kejutan itu ‘kan rahasia. Jadi, Bunda nggak boleh bilang dulu. Jangan sampai papa tahu, oke?" Larissa menyuruh Azka untuk tidak memberitahukannya pada Papanya.“Yah.” Azka memajukan bibir bawahnya dengan manja dan menunjukkan raut wajah kecewa.Larissa tersenyum saat melihat Azka sangat penasaran akan kejutan yang diberikan Bundanya nanti malam. Sepertinya Larissa akan merencanakan sesuatu lagi yang spesial untuk mereka.***Di sebuah restoran mahal dan pertemuan arisan para ahli medis, khusus wanita. Megan sebagai perawat ikut hadir dalam pertemuan itu. Ia berdandan cantik mengenakan dress hitam panjang dan jilbab segi empat berwarna coklat susu. Temannya yang lainnya juga mengenakan dress-dress simpel yang elegan. Mereka berbincang sambil menikmati makan malam berupa daging(Stik) serta minuman dingin.“Eh, Megan. Kamu tahu ‘kan kalau dokter Darish sudah menikah lagi?” tanya wanita di samping kiri.“Hah?” Megan sontak kaget dan menatap kawannya itu bingung karena ia tak tahu apa pun soal pernikahan Dokter Darish.“Kamu nggak tahu Dokter Darish sudah menikah lagi?” tanya kawannya lagi menekan suaranya."Tidak," jawab Megan singkat.Kata Dokter Jeremi, “Pernikahan Dokter Darish hanya dihadiri oleh keluarga dan kerabat terdekat. Kamu jangan marah ya, Megan. Mungkin Dokter Darish punya alasan sendiri tidak mengundang kamu. Oh ya, kamu mau lihat foto pernikahan mereka? Siapa tahu kamu kenal istri keduanya itu."Wanita itu mengeluarkan ponselnya di dalam tas. Lalu, ia membuka sosial media, i*******m. Dan, ia menulis akun @photograferIjal, fotografer pernikahan Darish dan Larissa.Megan berusaha tenang dan menahan perasaan kesal, sebelum melihat foto pernikahan itu agar ia tetap terlihat anggun dan kuat di depan kawan-kawannya. Ia tidak ingin terlihat begitu terobsesi dengan Dokter Darish, walaupun ia tahu bahwa kawan-kawannya sengaja mengusik dirinya agar terbakar api cemburu."Ini fotonya mereka." Wanita itu menunjukkan foto pernikahan Darish dan Larissa pada Megan.Kecupan kening dari Darish untuk sang istri di foto pernikahan itu, menunjukkan rasa kasih sayang yang begitu di antara mereka berdua. Megan memerhatikannya seperti itu. Ia juga menatap wajah cantik Larissa yang membuatnya iri karena bisa mendapatkan laki-laki yang begitu disukainya.Selama ini, Megan berharap dan mengimpi-impikan sosok dirinya yang berada di atas altar pernikahan itu bersama Dokter Darish. Tapi, ternyata tidak. Ia tak pernah menyangka kalau Dokter Darish akan menikah dengan orang lain. Wanita yang belum pernah ia lihat selama ia mengenal Dokter Darish.'Siapa wanita ini'BERSAMBUNG🍁Keesokan paginya, Larissa yang baru saja selesai membersihkan diri, ia langsung keluar dari kamar mandi menuju meja rias. Raut wajahnya terlihat senang. Ia duduk di atas kursi sambil menatap wajahnya di cermin."Akhirnya, ia mengaku Ya Allah. Aku sangat senang suamiku mengatakan cintanya padaku," lirihnya dalam hati sambil menyisir rambut panjangnya itu sambil tersenyum.Di sisi lainnya, Darish yang sudah berangkat ke rumah sakit langsung disibukkan dengan pasien yang mengeluh akan giginya yang sakit. Satu persatu sesuai antrean pasien memasuki ruangan dr.Darish. Sebagai dokter spesialis gigi, Darish memberikan penanganan yang baik untuk pasiennya. Ia sangat profesional dan ramah. Apalagi dr. Darish sangat ahli dalam membujuk anak kecil. Tapi, ada seorang anak laki-laki berusia 10 tahun tidak mau mencabut giginya dengan alasan sakit. Ia memberontak hingga ibunya terjatuh dari kursi."Akh!" keluh wanita itu sudah terduduk di atas lantai karena anaknya mendorongnya. "Eh, ibu," kaget Da
Malam pun tiba. Darish merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil memeluk guling dan mengeluh kesakitan di bagian perutnya. Keringatnya keluar di sekujur wajahnya karena ia tak sanggup menahan kram di perutnya itu. "Sakit perut karena minum teh?" Larissa agak terkejut dengan pengakuan sang mertua, Bu Fatimah, yang mengatakan kalau Darish tidak bisa minum teh.Ia sedang berbicara dengan Bu Fatimah lewat hp. Kata Bu Fatimah, "Darish tidak bisa minum teh karena menderita penyakit lambung yang parah. Saat Darish mencoba berkali-kali minum teh, Darish langsung sakit perut. Sejak SMP, Darish sudah tidak lagi minum teh. Dia memang tidak bisa minum teh. Sama seperti Almarhum Ayahnya.""Oh begitu. Maaf, Umi, Rissa nggak tahu kalau abang Darish nggak bisa minum teh," ucap Larissa merasa bersalah. Larissa melirik ke arah Darish yang menatapnya dari tempat tidur dengan raut wajah agak kesal. Larissa agak ketakutan jika Darish marah. "Baik Umi, Rissa akan memberikan obat untuk abang Darish. Sampai
Larissa dan Darish duduk berdampingan di sofa ruang tamu. Mereka duduk berhadapan dengan Megan dan kak Ratna. Sedangkan Bu Anita dan Pak Hasballah duduk di sofa lainnya berdekatan dengan sofa Larissa dan Darish. Bu Anita juga sudah menyiapkan beberapa teh hangat dan bolu lapis di atas meja. "Ratna, Megan, silahkan diminum tehnya. Nanti dingin," suruh Bu Anita. "Iya, terima kasih, Bu," kata Kak Ratna. Sedangkan Megan hanya tersenyum tipis ke arah Bu Anita.Kak Ratna dan Megan serentak mengambil minuman dan meneguknya seteguk saja. Lalu, menaruhnya kembali di atas meja. Megan bersikap cukup tenang di depan keluarga Larissa. Terutama sekali di depan Darish. Ia terus saja memandang Darish dan tersenyum ke arahnya. Larissa menatap Megan tanpa senyuman. Wajahnya cemberut bagai melihat musuh dan ia sangat tidak menyukainya. Begitu juga dengan Megan. Ia sengaja membuat Larissa kesal dengan tersenyum sinis. *** Ulfa berdiri di depan pagar rumahnya dengan penampilan yang sudah rapi. Ia meng
Kak Ratna merasa susah hati, jika Megan betul-betul serius akan perasaannya terhadap Darish. Tapi, ia berusaha tenang menanggapi sikap Megan yang sering kali memberontak. Kak Ratna mengambil lima piring dan membawanya ke meja makan.Megan mengikuti kakaknya dari belakang. "Tapi kak, aku mau dia yang jadi suami aku," keluh Megan berharap kakaknya membantunya."Dia suami orang, Megan. Kakak nggak mau kamu menjadi pengganggu rumah tangga orang lain. Apalagi Larissa," ucap Kak Ratna terdengar serius seraya menaruh piring di atas meja. Langkah Megan pun sontak terhenti saat mendengar kakaknya menyebut nama Larissa. "Memangnya kenapa kalau dia? Kenapa Kakak terlihat sangat menyukai wanita itu?" tanya Megan kesal. Kak Ratna menghela napas seraya membalikkan badannya ke arah Megan dan menatapnya tersenyum heran. "Bukan seperti itu. Cuma, orang tuanya itu pemilik rumah sewa ini, mengerti? Kamu mau Kakak diusir? Kakak sangat menyukai lingkungan ini, Megan. Tapi, bukan itu yang menjadi alasan t
Enggan berbaikan dengan sang suami, Larissa malah semakin cemberut menatap sang suami saat Bu Anita, Bu Fatimah dan Azka datang menjenguknya. Ia mengabaikan Darish dengan memeluk Azka yang duduk di atas ranjangnya. Azka begitu dimanjakan oleh Larissa dan Azka sangat senang. Darish memilih untuk duduk di sofa dan memerhatikan sikap perhatian Larissa pada sang anak. Walaupun ia belum berhasil membujuknya, namun ia bahagia melihat Larissa begitu menyayangi Azka. Ia menghela napas lega. 'Untung ada Azka yang menjadi pelipur lara'Sedangkan, Bu Anita dan Bu Fatimah berdiri dari sisi yang berlawanan dan saling berhadapan. Mereka merasa lega karena Larissa baik-baik saja."Kamu makan mie instan lagi 'kan, 'kan, 'kan?" Bu Anita mencubit lengan Larissa karena geram akan perbuatannya."Aduh, ma! Sakit!" keluh Larissa mengusap-usap lengannya dengan tangan kiri. "Sudah, Nita. Rissa lagi sakit, loh. Kamu mau kesehatannya memburuk lagi? Dia sedang hamil," sahut Bu Fatimah membela menantu kesayang
Darish berlari dengan cepat memasuki Supermarket, saat ia melihat seorang pria mendekati Larissa di meja. Ia mendorong pintu dengan tenaga keras dan berdiri menatap pria itu dengan tatapan tajam. "Hei, dia istri saya!" teriak Darish. Sontak pria tersebut terkejut dan menoleh ke arah Darish. "Oh, maaf. Saya hanya ingin memeriksanya. Sepertinya, istri Anda pingsan," kata pria yang bertugas sebagai pekerja Supermarket tersebut. "Pingsan?" Darish sangat khawatir dan berjalan mendekati Larissa. "Rissa? Rissa?" panggil Darish beberapa kali sambil menepuk pundaknya. Tapi, Larissa tidak sadar. "Dari tadi istri Anda kerjaannya hanya makan. Saya khawatir istri Anda pingsan karena menghabiskan semua makanan berlemak ini," lanjut pekerja itu berprasangka seperti itu. Darish memerhatikan sebentar semua bekas plastik di depan Larissa yang sudah habis tanpa sisa. Ia menghela napas cemas dan menatap Larissa yang tak bergerak sedikit pun."Apa istri saya sudah membayar semua makanan ini?" tanya Da