Waktu di jam dinding rumah Jaka menunjukkan pukul delapan malam. Diambilnya hape miliknya yang ada di atas meja ruang tamu. Dia ingin menelepon Wati, tapi takut mengganggu. Akhirnya Jaka memutuskan mengirim SMS buat Wati.
(Assalamu'alaikum Wati, apa kamu masih sibuk? Ini Jaka teman SMPmu yang menelpon tadi siang. Tolong kamu simpan nomerku ya. Terima Kasih.)
Jaka gelisah menunggu balasan SMS nya. Hampir satu jam dia menunggu, tak juga ada balasan.
"Apa Wati tidak suka aku menghubunginya?" Gumam Jaka mulai merasa tidak percaya diri. Jaka mencoba mengirim pesan lagi.
(Ma'af ya Wati kalau aku mengganggu istirahat kamu.)
Lagi-lagi tidak ada balasan. Jaka semakin berkecil hati. Harapannya untuk meminang Wati mulai ciut.
"Kamu kenapa, Jaka?" Tanya ibunya.
"Ngga apa, Bu."
"Jangan bohongi Ibu. Ada apa?"
"Ca
Fadli menunggu Wati di parkiran hotel tempat Wati bekerja. Fadli duduk di atas motor Supranya. Sudah habis satu batang rokok diisap Fadli, tapi Wati belum juga terlihat. Dinyalakannya lagi batang rokok berikutnya. Sudah hampir setengah batang habis, tapi Wati belum juga datang."Maaf ya mas nunggunya lama. Lagi banyak kerjaan.""Iya sayang ngga apa." Jawab Fadli santai. "Ayo naik!" Wati pun duduk di belakang Fadli."Lho Mas, kita mau kemana? Rumah Wati kan ngga lewat sini?" Wati bingung, karena Fadli melaju ke arah yang salah."Ke rumah mas dulu Wati.""Ngapain? Nanti aku pulangnya kemaleman Mas.""Mas sudah telpon ibu kok, bilang kalau mas mau ajak jalan kamu.""Lha, trus kenapa diajaknya ke rumah mas? Rumah mas kan kosong.""Sebentar saja kok, ada yan
Wati terbangun. Ditatapnya dirinya tanpa sehelai benang pun tergeletak di atas kasur. Dia mencoba mengumpulkan tenaganya. Dilihatnya ada noda darah bercampur cairan di seprai berwarna biru bermotif bunga tempatnya terbaring."Ya Allah apa yang terjadi? Cairan apa ini?" Wati menangis sejadi-jadinya, dia berusaha beranjak, mencari pakaiannya, tapi tidak dia temukan."Sayang sudah bangun?" Fadli keluar dari kamar mandi yang ada di kamarnya. "Sayang cari apa?""Mana pakaianku Mas? Apa yang sudah kamu lakukan padaku?" Tanya Wati sambil terisak. Fadli mendekati Wati yang masih bugil. "Tolong jangan dekati aku!!!" Teriak Wati."Ayolah sayang. Maaf kalau aku harus pakai cara ini. Jawab Fadli enteng."Astagfirullah Mas, bisa-bisanya mas ngomong seenteng itu." Wati mencoba mencari-cari selimut tapi dia juga tidak menemukannya. Dia turun dari ranjan
"Rin, tolong jangan tutupi soal Jaka!" Pinta Wati."Kita ngomongnya di luar ya! Takut Rysa bangun." Rini keluar kamar disusul Wati. Dia duduk di sofa ruang tamunya. "Sebenarnya Jaka sudah suka sama kamu sejak kelas satu SMP.""Apa?" Wati terkejut."Aku gatel banget sebenarnya pengen bilang ke kamu, tapi Jaka selalu melarangku. Kamu tau reuni kemarin dia ikut cuma mau cari kamu. Bahkan dia punya niatan untuk melamar kamu Wati.""Apa ini serius Rin?""Tentu saja aku tidak bohong. Dia sangat mengharapkanmu Wati. Aku yakin Jaka orang yang tepat buat kamu, bukan Fadli si brengsek itu.""Boleh aku minta sesuatu Rin?""Minta apa?""Jika Jaka menanyakan aku lagi ke kamu, bilang aku sudah dilamar Fadli." Ucapnya dengan nada putus asa.
Tahun 2009Sudah empat tahun sejak Jaka tahu Wati akan menikah di tahun 2006. Sedangkan Jaka sendiri masih sangat sulit menautkan hatinya kepada perempuan lain. Hari-harinya masih dihiasi dengan nama Wati. Dia mencoba menjalin hubungan dengan beberapa perempuan, tapi kandas di tengah jalan karena Jaka bersikap dingin. Tak ada perempuan yang tahan dengan sikapnya. Dia terlalu cuek sebagai kekasih. Itu karena dia menjalin hubungan hanya dengan setengah hati.Akhirnya dia bertemu Lintang, gadis yang sangat cantik dan ceria. Namun, berperangai buruk. Lintang sangat gigih mendekati Jaka. Jaka diperkenalkan dengan Lintang oleh teman STMnya yang bernama Hendra. Waktu itu Hendra mengajak Jaka ke karoke dan menyuruh pacarnya membawa Lintang untuk diperkenalkan ke Jaka.Pertemuan pertama, tentu saja Jaka sedikit pun tidak tertarik dengan Lintang. Karena Jaka tidak menilai perempuan dari kecantikan fisikny
Setelah kejadian dengan Lintang, Jaka mencoba menghindari Lintang. Dia selalu menolak diajak Lintang bertemu. Jaka sangat kecewa dengan dirinya sendiri.'Jaka, setelah apa yang kita lewati, kamu tega buang aku begitu saja? Aku sudah telat dua minggu Jaka.'Pesan dari Lintang. Jaka mengernyitkan dahinya. Dia shock membaca pesan dari Lintang."Ya Allah, apa aku harus menikahi perempuan itu? Perempuan yang tidak bisa menjaga kehormatannya. Tapi, kalau benar dia hamil anakku, aku tidak mungkin meninggalkannya." Batin Jaka.Sudah satu bulan lebih sejak malam itu. Jaka sangat gelisah membaca pesan Lintang. Dia tak berani membalasnya."Gelisah sekali kamu Jaka." Tanya Indra."Aku bingung Ndra. Apa kamu bisa jaga rahasia?""Aman Jaka, tenang... Kalau mau cerita silakan!" Jaka pun menceritakan kejadian ma
Lintang masuk Rumah Sakit. Dia keguguran. Masa cuti Jaka sudah habis. Dia sangat terkejut mendengar telepon dari ibunya yang mengabarkan istrinya keguguran. Jaka bergegas minta izin pulang ke atasannya.Ibu Ratna menemani Lintang di rumah sakit. Walau pun beliau tidak suka dengan Lintang, tapi Jaka sudah menitipkan Lintang kepada beliau."Bu, Janinnya mau diambil sekarang?" Tanya perawat."Iya mba, saya ambil." Jawab Ibu. Diperjalanan ibu bertanya pada perawat. "Berapa usia janinnya?""Menuju lima bulan Bu.""Apa?" Bu Ratna terkejut. "Bagaimana mungkin sudah sebesar itu. Jaka bilang melakukannya saat dia cuti, dan itu tiga bulan yang lalu." Batin bu Ratna. "Apa usia janin itu akurat?" Tanya ibu lagi."Ibu bisa tanya ke dokter kandungan yang menangani kuretase menantu ibu."Bu Ratna
Tahun 2011Wati akhirnya memutuskan menikah dengan seorang pria yang dikenalnya semasa dia bekerja di Hotel. Rendra nama pria itu, berkulit putih bersih, berbadan tinggi, berwajah tampan. Rendra bekerja di perusahaan tambang di Tanah Bumbu. Pertemuan mereka begitu singkat, hingga Rendra akhirnya memutuskan melamar Wati. Rendra pun bisa menerima Wati apa adanya. Termasuk menerima masa lalu Wati. Di mata Rendra, Wati adalah perempuan yang luar biasa.Rendra mengajak Wati bulan madu ke Bali. Hari-harinya begitu indah. Hanya kebahagian yang Wati rasakan. Rendra sangat sayang pada Wati."Terima kasih mas, untuk semua ini." Ucap Wati pada Rendra."Sayang, kamu berhak mendapatkannya. Karena kamu perempuan yang luar biasa." Puji Rendra. Wati mengecup kening suaminya. Rendra memeluk erat tubuh Wati. "Aku bahagia bisa mendapatkanmu Wati. Karena dari dulu aku menyukaimu." Rendr
Setelah menikah Wati tetap tinggal bersama ibunya, karena Rendra hanya pulang dua minggu sekali. Pernikahan Wati terlihat baik-baik saja, sampai Wati menyadari satu hal. Rendra tidak pernah menafkahinya, Rendra tidak memberikan satu sen pun uang penghasilannya. Wati mulai gelisah. Bukan karena uangnya, tapi karena itu adalah kewajiban Rendra sebagai suaminya. Sudah tiga bulan sejak pernikahannya Rendra belum juga menafkahinya."Wati, ada apa nak?" Tanya ibunya saat Wati melamun."Ngga ada apa-apa Bu.""Tidak biasanya kamu melamun. Ada masalah dengan suami kamu?""Bukan begitu Bu. Hanya masalah dikerjaan saja." Jawab Wati berbohong."Suamimu kapan pulang?""Besok Bu.""Kalau begitu besok Ibu menginap di tempat abangmu ya.""Kenapa begitu Bu?"