Share

Hari Pernikahan Edbert Dan Merry.

Edbert, tidak pernah berniat untuk serius, apa lagi berniat untuk menikah. Namun, saat melihat Merry, entah kenapa hatinya begitu tersentuh. Edbert merasa ingin segera menjadikan Merry, sebagai ratu di dalam istananya.

"Merry, aku sangat berterima kasih kepadamu," ucap Edbert.

"Hem," jawab Merry.

**

Indira sangat bersemangat menjalani setiap harinya. Apalagi ada Shanty yang dengan begitu baik mau berbagi ilmu dan mau mengajari dirinya dengan sabar.

Selama satu minggu Indira bekerja, Shanty selalu membimbingnya dengan sabar. Bahkan sampai hal terkecil pun Shanty akan dengan teliti mengajari Indira.

Waktu sudah menunjukan pukul empat sore, itu artinya sudah saatnya untuk para pekerja di LT Corp pulang ke kediaman masing-masing. Sebelum pulang, Shanty menghampiri Indira terlebih dahulu. Dia harus memastikan jika Indira ingat bahwa hari ini adalah hari terakhir Shanty bekerja.

"Ra, besok gue udah cuti. Elu kerja yang bener, kalau ikut ketemu klien harus percaya diri dan jangan bikin tuan Edbert malu." Shanty berpesan pada Indira, dia sudah seperti seorang Ibu yang berpesan pada putrinya.

"Iya, Kak. Gue bakal kerja dengan baik, gue pasti kangen sama elu, Kak." Indira menghampiri Shanty dan langsung memeluknya.

"Elu, lebay. Besok malam juga kita ketemu lagi," ucap Shanty.

"Mau ngapain besok malam? Emangnya kita ada janji, ya?" tanya Indira polos.

Shanty langsung menepuk jidatnya.

"Ya ampun Ra, besok pagi bos kita nikahan. Malamnya acara resepsinya, emang elu ngga bakal hadir?"

Shanty bertanya dengan gemas, Indira nampak memamerkan deretan gigi putihnya.

"Gue, lupa."

"Dasar!" rutuk Shanty.

Setelah obrolan selsai, mereka segera bergegas untuk pulang. Shanty pulang bersama suami yang sudah menjemputnya, berbeda dengan Indira yang pergi bersama Melly menaiki motor matic kesayangan sahabatnya. Indira berkata jika dia tak punya gaun untuk pergi ke pesta, begitu pun dengan melly.

Indira dan Melly pun memutuskan untuk pergi ke sebuah butik yang tak jauh dari kostannya, mereka sengaja pergi ke butik tersebut karena memang harganya yang terjangkau, mereka tak mungkin membeli gaun di butik ternama. Bagi mereka yang terpenting bisa pergi dengan baju yang layak dan pantas untuk di pakai ke pesta.

Sampai di butik, Indira dan Melly langsung menyusuri tempat tersebut. Mata mereka sampai tak berkedip, karena melihat gaun-gaun yang terpajang dengan sangat cantik.

"Ra, liat ini deh. Cantik banget!" pekik Melly.

"Iya Mel, pas banget itu di badan elu," cap Indira.

Melly langsung menyambar gaun tersebut dan membawanya ke dalam ruang ganti, berbeda dengan Indira yang masih terlihat memilih gaun yang cocok untuknya.

Tidak lama kemudian, Indira menemukan gaun malam muslim yang sangat indah. Warna hitam dengan aksen bunga berwarna golden brown.

Indira merasa jatuh cinta dengan gaun tersebut, Indira langsung meminta tolong pada penjaga butiknya untuk mengambilkan gaun tersebut.

"Mbak, tolong bajunya dong. Aku mau coba yang itu," pinta Indira.

"Boleh, Kak," jawab pelayan toko.

Dibantu penjaga toko tersebut, Indira pun mencoba gaunnya. Indira terlihat sangat cantik saat memakai gaunnya, bahkan penjaga butiknya pun langsung memuji penampilan Indira.

"Anda sangat cantik, Nona," pujinya. Indira hanya tersenyum sipu mendengarnya.

Begitu pun dengan gaun pilihan Melly, gaun malam di atas lutut berwarna merah jambu itu pun terlihat sangat pas di tubuh Melly.

Selsai mencoba, mereka pun langsung memberikan gaunnya pada penjaga toko tersebut. Karena mereka harus segera pulang.

"Mbak, aku yang ini aja. Tolong dibungkus ya," pinta Indira.

"Punyaku, juga," imbuh Melly.

Setelah gaunnya di masukan ke dalam paper bag, Indira dan Melly langsung membayarnya. Mereka terlihat lesu saat keluar dari butik tersebut, karena mereka harus mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk membeli gaun pesta tersebut.

"Duit gue," ucap Indira.

"Sama, Ra. Duit gue juga terkuras buat beli gaun itu," kata Melly.

"Elu enak udah punya gaji, gue baru masuk udah keluar modal terus," keluh Indira.

"Ngga usah ngeluh, gue laper." Melly berucap seraya mengelus perutnya.

"Kita mampir ke Mushola dulu, bentar lagi maghrib. Habis itu kita makan nasi kucing aja di pinggir jalan," usul Indira.

Mata Melly langsung berbinar.

"Betul itu."

Mereka saling merangkul, kemudian pergi dari butik tersebut dengan tawa di bibir mereka.

*

*

Malam yang dinanti pun telah tiba, Indira sudah terlihat cantik dengan gaun yang dia beli kemarin sore. Begitu pun dengan Melly.

Pukul tujuh malam, mereka sudah tiba di hotel berbintang tempat resepsi pernikahan Edbert dan Merry dilangsungkan.

Mata Melly dan Indira seakan tidak bisa berkedip, karena melihat kemegahan ballroom hotel tempat diadakannya resepsi pernikahan tersebut. Terlihat sangat mewah, dan berkelas.

Saat mereka masuk, mereka sudah di sambut oleh alunan musik romantis. Banyak artis ibu kota yang meramaikan acara pernikahan Edbert dan Merry.

Edbert dan Merry terlihat seperti raja dan ratu. Penampilan mereka benar-benar memukau, membuat siapa saja menatap kagum kepada mereka.

Terdengar bisik-bisik dari para tamu yang hadir, mereka merasa tidak percaya jika seorang Casanova sekelas Edbert Law akan tunduk kepada Merry.

"Mel, gue beruntung banget bisa datang ke acara ini," uap Indira.

"Elu, bener Ra. Kita musti manfaatin moment ini," ucap Melly.

Mendengar ucapan Melly, Indira langsung mengernyitkan dahinya.

"Maksud elu?"

"Kita foto-foto dulu, terus upload fotonya di sosmed. Habis itu kita makan yang banyak. Pasti makanannya enak-enak," ucap Melly.

"Elu, bener. Kuylah," ajak Indira.

Indira dan Melly langsung masuk ke area pesta, di mana ada tempat yang menurut mereka bagus, mereka akan berselfi. Setelah selsai selfi, mereka langsung menuju ruang prasmanan. Mereka mengambil banyak menu makanan di sana.

Setelah piring yang mereka bawa sudah penuh dengan makanan, mereka pun langsung memakannya dengan sangat lahap. Indira dan Melly sampai tak sadar, jika mereka sudah menjadi pusat perhatian di sana.

Bahkan, Leon Law dan Istrinya Berliana Law sampai menggelengkan kepala mereka saat melihat tingkah karyawan putranya itu.

"Mas," panggil Berliana.

"Kenapa, Sayang?" tanya Leon Law.

"Mas, perhatiin mereka deh... lucu banget ya, mereka?" ucap Berliana.

Leon Law mengikuti arah pandang dari istrinya, tidak lama kemudian pria paruh baya itu langsung terkekeh.

"Kamu benar, Sayang. Lihat deh yang pake hijab, cantik dan juga lucu," ucap Leon Law.

Di saat Leon Law dan Berliana Law sibuk mengomentari kelakuan Indira dan Melly. Shanty, juga ternyata sudah ada di sana dan tengah berjalan ke arah mereka berdua. Shanty langsung menepuk pundak Indira yang terlihat sedang serius dengan makanannya.

Awalnya Indira terlihat sangat kaget. Akan tetapi, saat menyadari jika Shanty yang datang menghampirinya, Indira pun langsung memamerkan deretan gigi putihnya.

"Ra," panggil Shanty.

"Kakak! Elu, ngagetin gue." Indira berkata dengan kesal.

Shanty langsung menggelengkan kepalanya.

"Elu ngapain di mari?"

"Makan!" Indira langsung tersenyum malu.

"Ck! Elu bikin malu aja. Lihat semua orang yang ada di sini," ucap Shanty.

Melly dan Indira langsung menghentikan kunyahannya, kemudian mereka menatap sekelilingnya. Indira langsung menutup wajahnya dengan hijab panjangnya, dia merasa sangat malu. Kemudian, dia pun berlari menuju toilet.

Karena wajahnya yang tertutup, membuat Indira tersandung dan hal itu membuat Indira pun langsung terjatuh.

"Aaah!" teriak Indira.

Satu detik, dua detik, tiga detik....

"Kok ngga sakit?" tanya Indira lirih.

"Indira, apa kamu begitu betah berada di pangkuanku?"

Mendapatkan pertanyaan dari orang yang suaranya sangat dia kenal, Indira langsung membuka matanya. Matanya langsung membulat dengan sempurna, karena ternyata Indira berada di atas pangkuan Edbert. Indira langsung bangun dan beberapa kali dia membungkukkan badannya.

"Maaf, Tuan. Maaf, saya ngga sengaja," ucap Indira, dia terlihat menyesal dan malu.

Leon Law bersama Istrinya Berliana langsung tertawa, mereka merasa sangat terhibur dengan keteledoran Indira.

"Ya ampun, Nak. Kamu sangat menghibur, selain lucu kamu juga sangat ceroboh. Beruntung Merry bukan tipe wanita pencemburu," tutur Berliana Law.

"Hem! Kalau aku yang jadi istrinya, sudah aku pastikan kamu tidak akan pulang dengan selamat," ucap Leon Law menakut-nakuti.

Indira nampak menelan salivanya dengan susah, dia merasa khawatir jika kecerobohannya akan menimbulkan masalah.

"Maaf, Tuan. Maaf, Nyonya. Saya tidak sengaja, beneran!" Indira memilin ujung hijabnya karena malu.

"Tak apa, lanjutkan pestanya," ucap Berliana Law.

Indira pun langsung tersenyum senang, karena akhirnya dia dimaafkan. Padahal, dia sudah takut akan dipecat dan dimarahi-marahi.

"Terima kasih, Tuan, Nyonya."

"Sama-sama," jawab Berliana Law.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ima Edg
dari matamu ku mulai, mulai, jatuh cinta.. ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status