Share

Malu

Pesta telah berakhir, Indira dan Melly pun langsung pulang ke kostnya. Malam ini mereka sangat kenyang dan juga lelah, mereka ingin tidur.

Indira bahkan masih merasa malu, dia jadi berpikir. Jika besok Edbert sudah masuk ke kantor, apakah dia masih sanggup untuk bertemu dengan bosnya itu?

Indira berharap, semoga saja Bosnya itu kelelahan sehabis malam pertama dan tidak masuk kantor tentunya.

"Gue, cape." Indira langsung menghempaskan tubuh lelahnya.

"Malu juga," Melly menimpali.

"Iya bener, gue malu banget. Kenapa juga gue mesti jatuh di pangkuan, tuan Edbert?" keluh Indira.

"Elu, sih... ngapain juga lari pake mukanya di tutupin pake hijab begitu?" tanya Melly.

"Gue, malu ege. Kalau bisa, gue udah gali tanah buat ngubur diri." Indira berbicara dengan bibir yang sudah mengerucut.

"Sudahlah, semuanya sudah terjadi. Sekarang, kita tidur dulu. Besok, kita harus siap mental untuk menghadapi gunjingan semua karyawan kantor," terang Melly.

"Elu, bener." Indira langsung berlari ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Berbeda dengan Melly, dia langsung membuka gaun malamnya dan menggantinya dengan piyama tidur. Melly, duduk di depan meja rias lalu membersihkan make upnya. Rasanya dia sudah sangat mengantuk, karena perutnya sudah merasa kenyang.

Selepas membersihkan make up dari wajahnya, Melly langsung tidur. Bahkan saat Indira keluar dari kamar mandi, Melly terlihat sudah terlelap dalam tidurnya.

"Mel, elu kenapa udah tidur aja sih? Elu pasti cape," ucap Indira lirih.

Waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam, Indira pun langsung merebahkan tubuh lelahnya di samping Melly. Tidak lama kemudian, Indira pun sudah menyusul Melly dalam buayan mimpi.

*

Pagi telah menjelang, Melly dan Indira terlihat sudah bersiap dan terlihat cantik. Setelah selsai dengan segala ritual pagi mereka, mereka pun langsung berangkat.

Tepat sesuai dugaan mereka, saat mereka tiba banyak para karyawan yang menggosipkan Melly dan Indira karena kejadian semalam.

"Duo kampungan, dateng. "

"Orang, norak sudah sampai."

"Ngga malu yah, udah makan banyak di pesta orang, rusuh lagi."

"Au tuh si Melly, bisa-bisanya bawa orang norak kayak gitu. "

Itulah sebagian gunjingan yang mereka dengar, sebenarnya hati Indira sangat sakit. Akan tetapi, dia sudah bertekad untuk selalu kuat agar bisa menjadi orang yang sukses saat pulang ke kampung nanti.

Saat dalam lift, Melly pun langsung berpamitan pada Indira.

"Ra, elu baik-baik di ruangan elu. Jangan dengerin apa pun kata orang, kita harus semangat. Inget moto hidup kita, pantang pulang sebelum sukses." Melly mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

Indira pun langsung terkekeh. "Siap, Bos."

Pintu lift terbuka, Melly sudah terlebih dahulu keluar. Sedangkan Indira, masih harus naik ke lantai teratas.

Sampai di lantai atas, Indira langsung masuk ke dalam ruangannya. Di sana, sudah banyak berkas yang sudah Indira kerjakan kemarin.

Sehingga pagi ini, Indira harus masuk ke dalam ruangan CEO LT Corp. Indira langsung merapikan semua berkasnya, kemudian dia mengambil napas panjang.

"Huh... semangat Indira!"

Indira pun berusaha melepaskan beban pikirannya, sungguh dia berharap jika CEO perusahaan tersebut tak masuk hari ini.

Indira langsung keluar dari ruangannya menuju ruangan Edbert. Saat akan mengetuk pintu, Indira merasa sedikit lega.

Karena pada kenyataannya, Edbert tak masuk hari ini. Leon Law'lah yang menggantikan putranya untuk sementara waktu.

"Pagi, Tuan," sapa Indira.

"Pagi, gadis ceroboh." Leon Law langsung terkekeh setelah mengatakan hal itu.

Indira langsung menunduk karena malu, Leon Law pun langsung tertawa. Dia masih sangat mengingat kejadian tadi malam yang menimpa Indira dan juga putranya.

"Aku, hanya bercanda. Kemarilah," titah Leon Law.

Indira mencoba tersenyum pada Leon Law. Walaupun terlihat sangat kaku, karena memang dia masih merasa sangat malu. Kemudian, Indira langsung menghampiri Leon Law.

"Ini,Tuan." Indira menyerahkan beberapa berkas yang harus ditandatangani oleh Leon Law.

Leon Law langsung menerima berkas dari Indira, kemudian Leon Law pun memeriksa berkasnya dan membubuhinya dengan tanda tangannya.

"Sudah, apa ada lagi?" tanya Leon Law.

"Pukul sepuluh Tuan harus pergi ke hotel AL untuk meeting dengan pemilik hotel tersebut," jelas Indira.

"Untuk apa? "

"Mereka ingin mengajak kita untuk bekerja sama, mereka juga ingin memasang cctv di setiap hotel yang baru mereka bangun," jelas Indira.

"Baiklah, kalau begitu kamu siapkan semua berkasnya. Kamu, juga nanti harus ikut. Sekalian kamu belajar untuk mempresentasikan program dari perusahaan yang kita punya," jelas Leon Law.

Indira langsung membungkuk hormat, mau tidak mau dia harus siap seperti apa yang sudah dikatakan oleh Shanty.

"Siap, Tuan."

"Bagus, sekarang pergilah. Ingat, kamu harus menemani saya setiap kali ada meeting di luar kantor. Karena saya akan menggantikan Edbert untuk sementara waktu," jelas Leon Law.

"Baik, Tuan," jawab Indira.

Indira langsung keluar dari ruangan tersebut dan langsung masuk ke dalam ruangannya, dia merasa lega karena ternyata ayah dari atasannya itu tidak sejahat yang dia pikirkan.

"Huft... ternyata tuan Leon, sangat baik," puji Indira.

Indira langsung duduk dan mengerjakan tugas-tugasnya. Tak lupa, Indira juga menyiapkan berkas yang diperlukan untuk bahan meeting nanti.

"Harus komplit, ngga boleh ada yang ketinggalan dan harus bisa mempresentasikan semua produk dari perusahaan dengan baik. Semangat!! "

Indira terus saja menyemangati dirinya, Ini adalah hari perdana di mana dia harus bekerja di luar kantor. Semuanya tentu harus dia persiapkan dengan baik, jangan sampai ada kesalahan. Apa lagi, membuat Leon Law kecewa.

Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh, Indira langsung menyiapkan semua berkasnya. Setelah selsai, dia pun langsung keluar dari ruangannya.

Baru saja dia mau menghampiri Leon Law, tetapi ternyata Leon Law sudah siap dan kini sudah berada tepat di depan Indira.

"Sudah siap?"

"Siap, Tuan."

"Bagus, kita harus cepat," ucap Leon Law.

Leon Law langsung berjalan dengan cepat, Indira pun berusaha untuk mengimbangi cara jalan lelaki paruh baya tersebut.

Leon Law memang sudah berusia lima puluh tahun. Akan tetapi, dia terlihat sangat gagah dan bahkan jika melihat wajah blasterannya, dia terlihat masih berusia empat puluh tahunan.

Kini mereka sudah tiba di hotel AL, Indira dan Leon Law pun langsung masuk ke tempat yang sudah mereka sepakati.

Saat mereka masuk, ternyata si pemilik hotel bersama dua orang kepercayaannya sudah menunggu Indira dan Leon Law. Setelah formasinya dirasa lengkap, mereka pun langsung memulai meeting tersebut.

Dari pihak AL hotel memberikan banyak pertanyaan dan banyak tawaran, dengan cekatan Indira menjelaskan produk apa saja yang perusahan mereka punya.

Indira juga mempresentasikan semua produk dengan sangat bagus. Pihak AL hotel pun sangat suka dan mereka pun langsung tertarik.

Perusahan Leon Law memang bekerja di bidang teknologi, banyak teknologi canggih yang mereka sudah keluarkan.

Hampir semua teknologi canggih yang perusahaan Leon Law ciptakan, laris di pasar nasional maupun Internasional.

Tak sampai dua jam kesepakatan pun telah terjalin, kedua belah pihak pun langsung sepakat untuk menandatangi kontrak kerja.

Leon Law, sangat bangga pada kemampuan Indira. Padahal, menurut catatan yang dia baca, Indira hanya lulusan Universitas kecil di pulau S. Setelah selsai, Leon Law langsung mengajak Indira makan siang di sebuah Resto mewah.

Leon Law dengan sengaja memesan banyak makanan enak dan mahal untuk Indira.

"Tuan, Ini semua terlalu berlebihan," cap Indira tak enak hati.

"Makanlah, aku tahu kamu sangat suka makan," titah Leon Law.

Indira pun langsung mengangguk malu, pasalnya tuan besarnya jadi tahu kebiasaannya makannya yang selalu banyak. Indira sangat tahu penyebabnya, pasti karena kesalahannya di pesta kemarin.

Kini yang ada di hatinya hanyalah senang dan malu. Senang karena bisa makan enak, malu karena dia hanya gadis kampung yang suka sekali makan enak.

Bukan karena hobi, lebih tepatnya tidak pernah makan enak. Sekalinya nemu makan enak, langsung kalap.

"Terima kasih, Tuan," ucap Indira.

Indira langsung menyantap makanan yang tersaji di meja, semuanya terasa enak di lidahnya. Awalnya, Indira terlihat mengambil sedikit demi sedikit. Setelah dirasa semua makanan yang ada di hadapannya enak-enak, Indira langsung makan dengan lahap.

Leon Law sampai menggelengkan kepalanya melihat cara Indira makan, Indira terlihat cantik, bajunya terlihat modis walaupun memakai hijab.

Menarik, pintar, bahkan Indira bisa dengan mudah mempelajari detail tentang perusahaan Law. Sayangnya, Indira sangat ceroboh dan tidak pernah bisa menjaga imagenya.

Tidak sampai lima belas menit, semua makanan yang terhidang di meja sudah ludes tidak tersisa. Sedangkan Leon Law, satu piring saja belum sempat dia habiskan.

"Mau nambah?" tanya Leon Law.

"Tidak usah, Tuan. Sudah sangat kenyang," ucap Indira seraya mengelus lembut perutnya.

Leon Law nampak tertawa renyah, melihat kekonyolan Indira. Leon Law nampak melihat jam yang melingkar di tangannya. Ternyata waktu sudah menunjukkan pukul satu siang, dia pun memutuskan untuk segera kembali ke kantor

"Baiklah, sekarang kita kembali ke kantor," ucap Leon Law.

"Siap, Tuan," jawab Indira.

Mereka pun langsung kembali menuju kantor, tentunya setelah membayar semua makanan yang sudah mereka makan. Lebih tepatnya, Indira yang banyak makan. Karena Leon Law hanya makan satu porsi saja.

Leon Law merupakan pria yang suka menjaga kesehatan, tentunya makanan yang masuk ke dalam tubuhnya pun harus dengan porsi yang tepat.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ima Edg
ga apa banyak makan, yg penting tetap cantik dan langsing. semangat Indira, pantang pulang sebelum sukses..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status