Pekerjaan hari ini terasa sangat melelahkan dan rasanya pekerjaan hari ini membuat Indira harus rela tenaganya terkuras, benar-benar merasa cape.Bahkan, hari ini Indira harus rela lembur sampai malam. Karena banyaknya pesanan yang datang. Tidak hanya itu saja, hari ini banyak perusahaan lain yang mengajak perusahaan LT Corp untuk bekerja sama. Karena banyaknya perusahaan yang sudah merasa puas dan merekomendasikan perusahaan Law, hal itu menjadi keuntungan sendiri untuk perusahaan LT Corp. Bahkan, pernikahan Edbert dan Merry pun seakan membawa barkah dan keberuntungan pada keluarga Law. Karena Merry memanglah anak pengusaha kaya no. dua di Indonesia. Karena tergabungnya dua perusahaan besar, membuat mereka makin dikenal di dalam dunia bisnis. Dua perusahaan tersebut, bisa dengan mudahnya melebarkan sayapnya. Indira, nampak meregangkan otot-otot lelahnya. Indira sudah sangat lelah dan ingin segera pulang, dia ingin segera tidur."Pantas saja mataku sudah terasa berat, ternyata suda
Sudah satu minggu ini Indira terlihat melakukan banyak pekerjaan, karena memang perusahaan LT Corp kini sedang ada di puncak popularitas. Indira bahkan harus rela untuk lembur dan Indira akan pulang pada pukul sepuluh malam. Lelah? Tentu saja sangat lelah, setiap hari bahkan Indira harus meminum jamu anti pegal linu. Karena seharian duduk membuatnya sering sakit pinggang. Bahkan, Indira harus pergi ke luar kantor jika ada pertemuan mendesak. Tentunya bersama dengan Leon Law."Oh, ya ampun! Usiaku baru dua puluh dua tahun, kenapa malah sering sakit pinggang kaya gini coba? Mulai sekarang, aku harus minum banyak air putih," gumam Indira. Indira meneruskan kembali pekerjaannya, dia begitu serius dalam bekerja. Sampai bunyi telepon yang ada di atas mejanya berdering, barulah Indira menghentikan aktivitasnya. Cepat-cepat Indira mengangkat panggilan telpon tersebut. karena takut jika itu adalah panggilan penting."Halo, selamat siang. Indira Andriyani di sini, ini dengan siapa, ya?" sap
Kehadiran Anthony ternyata memang bisa mengurangi beban Indira, biasanya Indira begitu super sibuk. Akan tetapi, setelah seminggu Anthony membantunya, Indira bisa lebih santai dalam bekerja.Bahkan dia sudah tidak pernah lembur lagi dan selalu pulang tepat waktu. Bahkan Indira sudah jarang berangkat bersama Melly, karena Anthony selalu sigap dalam hal mengantar jemput Indira.Seperti hari ini misalnya, begitu banyak berkas yang harus Indira kerjakan. Akan tetapi dengan sigap Anthony membantunya, bahkan Anthony lebih sering berada di dalam ruangan Indira, daripada di dalam ruangannya sendiri."Ekhm! Kalian serius sekali," ucap Merry yang ternyata sudah berada di ruangan Indira. Indira dan Anthony langsung bangun dan menyapa Merry, istri dari Edbert tersebut."Selamat pagi, Nona Merry,'' sapa Indira. "Selamat pagi, Kak Merry," sapa Anthony. Merry langsung tersenyum melihat mereka yang begitu kompak."Pagi semuanya,'' balas sapa Merry."Kakak, sudah pulang?" tanya Anthony. "Sudah, aku
Pagi ini Merry sudah terlihat sangat cantik dan juga rapi. Setelah kepergian suaminya menuju perusahaannya, Merry ingin segera pergi ke Rumah Sakit untuk memeriksakan keadaannya. Awalnya, Merry merasa biasa saja dengan sakit perut yang sudah dia derita selama 2 tahun lebih ini. Dia merasa enggan untuk memeriksanya, karena menurutnya itu hanya sakit perut biasa. Akan tetapi, setelah mendengarkan nasehat dari Indira, entah kenapa dia ingin sekali untuk memeriksakan kondisi tubuhnya. Sungguh Merry sangat ingin tahu, ada apa sebenarnya dengan perutnya. Kenapa selalu saja terasa sakit, bahkan semakin lama rasa sakitnya kian bertambah dan terkadang terasa sangat menyiksa. "Sudah cantik, semoga hasilnya baik," ucap Merry lirih.Setelah memastikan kalau dia sudah rapi dan cantik, Merry pun langsung berangkat menuju Rumah Sakit. Sesampainya di Rumah Sakit, Merry langsung masuk kedalam ruangannya Elsa. Karena memang sebelumnya Merry telah melakukan janji temu dengan Elsa, Elsa adalah sahaba
Merry benar-benar terlihat kacau hari ini, hampir seharian dia menghabiskan waktu untuk menangis di dalam kamarnya. Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore, dengan gerakan cepat Merry langsung mengguyur tubuhnya agar bisa lebih segar dan lebih tenang. Setelah selesai, Merry langsung merias wajahnya. Dia tidak mau jika Edbert melihat wajahnya yang kini sudah mulai terlihat memucat. Setelah puas dengan hasil riasannya, Merry langsung melangkahkan kakinya menuju ruang tamu. Dia ingin menunggu suaminya pulang, dia harus terlihat biasa saja. Jangan sampai Edbert curiga dengan keadaannya saat ini. Tidak lama kemudian, lelaki yang kini sudah menjadi suaminya tersebut datang dan menghampiri Merry. Edbert langsung menjatuhkan tubuhnya di samping Merry, Memeluknya dan melabuhkan sebuah ciuman hangat di bibir istrinya. "Kangen, aku pengen di sini," ucap Edbert. Merry terlihat kelabakan, dia belum siap mengatakan semuanya pada suaminya itu. Dia bingung harus beralasan seperti apa kepada Edb
Merry terlihat sangat kacau, dia masih menangis sambil meminta Edbert untuk menikah lagi. Wajah Edbert terlihat memerah menahan amarah, dia sangat kesal dengan apa yang diucapkan oleh istrinya. Edbert menghampiri Merry, dan mencengkram kedua bahunya dengan kuat. Merry terlihat meringis menahan sakit, karena tanpa sadar Edbert sudah menyakiti istrinya."Katakan, Sayang! Apa maksud dari perkataanmu?!" seru Edbert. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang diminta oleh istrinya, apakah istrinya itu mengira jika pernikahan adalah sebuah pemain, pikirnya."A--aku sakit, aku menderita kanker rahim stadium empat," jawab Merry terbata. Edbert nampak limbung, dia bahkan sampai menjatuhkan tubuhnya di lantai. Sedangkan Indira nampak syok dengan apa yang dia dengar, ini terdengar menyakitkan.Seorang istri mengemis pada suaminya agar mau menikah lagi, alasannya karena sakit. Sungguh miris, pikir Indira. Merry langsung meluruhkan tubuhnya ke atas lantai, lalu dia memeluk Edbert dengan
Merry langsung menyusul suaminya, Merry begitu takut jika Edbert akan marah besar padanya. Langkah Edbert begitu cepat, bahkan Merry sampai harus berlari untuk mensejajarkan langkah suaminya. Edbert seolah tidak perduli akan hal itu, dia tetap saja melangkah dalam diam. Setelah sampai di parkiran, Edbert langsung masuk ke dalam mobilnya. Merry pun langsung masuk dan duduk di samping suaminya, Merry nampak terengah-engah. Dia tak menyangka jika Edbert akan mendiamkannya. "Benahi dandananmu," ucap Edbert tanpa menolehkan wajahnya ke arah Merry. Merry terlihat kebingungan mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya, karena Edbert tiba-tiba saja menyuruh dirinya untuk membenahi dandanannya "Maksudnya?" "Kita akan ke rumah mommy, kita harus meminta izin untuk pergi ke luar negeri," jawab Edbert. Merry memang meminta Edbert untuk menikah kembali, tetapi tidak secepat ini. Tidak harus tinggal di luar negeri juga, pikirnya."Harus sekarang? Harus secepat ini?" "Tentu, aku ingin kita tin
Satu minggu sudah Merry berada di Singapura, tapi Merry belum bisa membuat suaminya tidur satu kamar dengan Indira. Merry mulai resah, kalau Edbert tidak mau tidur satu kamar dengan Indira dan bahkan tidak mau menyentuhnya, lalu kapan mereka akan punya keturunan, pikir Merry. "Apa yang saat ini harus aku lakukan, Tuhan?" tanya Merry kepada dirinya sendiri.Malam pun telah menjelang, tetapi Edbert masih berada di ruang kerjanya. Sedangkan Indira sudah masuk ke dalam kamarnya dan mengistirahatkan tubuhnya yang terasa sangat lelah. Edbert memang tidak pernah menemui Indira, tetapi dia selalu memberikan pekerjaan pada Indira. Setumpuk berkas yang harus Indira selesaikan dalam setiap harinya. Itu merupakan salah satu cara dari Edbert agar Indira tidak merasa bosan karena harus tinggal jauh di negeri orang tanpa punya sahabat, itu adalah cara yang efektif, menurut Edbert.Berbeda dengan Merry, wanita itu belum bisa tidur. Merry terlihat sangat gelisah. Dia sedang memikirkan bagaimana car