Share

Tugas Pertama

"Udah ngga usah mikirin si bos, lebih baik sekarang kamu belajar saja."

"Oke!" jawab Indira.

Akhirnya Shanty mengajari Indira sesuai dengan perintah Edbert, dia terlihat sangat telaten saat mengajari Indira. Shanty merasa sangat beruntung, karena ternyata Indira mudah mengerti dan mudah paham saat diajari.

Shanty bahkan hanya perlu waktu dua jam saja untuk mengajari Indira. Setelah itu, Indira mengerjakan tugasnya sendiri.

Shanty merasa senang karena ternyata dia mendapatkan pengganti yang sangat cerdas seperti Indira. Shanty pun merasa lega, jika minggu depan ia harus meninggalkan perusahaan.

Shanty juga merasa tenang, walaupun bosnya terkenal genit. Akan tetapi, jika melihat penampilan Indira yang sangat tertutup dan memakai hijab, Shanty merasa jika bosnya tidak akan berani untuk menggoda Indira dan sungguh ia berharap jangan pernah ada korban selanjutnya lagi.

Jangan pernah ada wanita yang meminta pertanggungjawaban kepada bosnya tersebut dan jangan sampai ada wanita yang menderita karena hanya akan mendapatkan pertanggungjawaban secara pinansial.

Saat sedang asik mengerjakan tugas pertamanya, Indira merasa sangat penasaran dengan perkataan Edbert. Indira, pun memberanikan diri untuk bertanya pada Shanty.

"Ehm! Kak!" Indira berdehem, lalu dia memanggil Shanty.

"Apa sih, Ra?" tanya Shanti seraya menolehkan wajahnya ke arah Indira.

"Aku kerjanya di kampung di perusahaan MN Group, memang itu masih anak cabang LT Corp ya?" tanya Indira penasaran. Shanty tersenyum mendengar pertanyaan dari Indira.

"Iya, bener. Dulunya emang nama perusahaan ini MN Group, tapi setelah dikembangkan oleh keluarga Law, otomatis namanya jadi ganti," jelas Shanty.

"Lalu, kenapa perusahaan yang di kampung masih menggunakan nama MN Group?"

"Elu tanya sendiri sama Bos, gue ngga tahu. Lagian gue ngga pernah kerja di perusahaan cabang," jawab Shanty.

"Gue pan cuma nanya, Kak. Elu malah sewot. Eh? Lupa! Elu pan lagi hamil ya, Kak. Pasti pengaruh hormon," ucap Indira sambil terkikik.

"Kerja!! Kalau masih ngomong mulu, nanti mulut elu, gue lakban," ancam Shanty.

Indira pun langsung melanjutkan tugasnya kembali, sebenarnya dia masih penasaran. Akan tetapi, apa hendak dikata, Shanty pun tak tahu.

Waktu berjalan sangat cepat, jam pun sudah menunjukan pukul dua belas siang. Shanti mendekati Indira dan berkata.

"Ra, kita makan siang dulu. Gue, sama anak gue udah laper banget." Shanty mengelus perutnya yang terlihat sangat besar.

Indira, langsung menghentikan aktivitasnya, dia langsung menatap Shanty yang sedang mengelus perutnya.

"Laper ya, Dek. Aunty mau shalat dulu, kamu sama Bunda makan duluan saja." Indira langsung bangun dan mengambil tas selempang miliknya.

"Gue, ke Mushola dulu ya, Kak," pamit Indira.

"Iya, gue shalatnya nanti aja. Gue laper banget soalnya," ucap Shanty.

Shanty, langsung pergi ke kantin. Sedangkan Indira langsung pergi ke Mushola kantor. Saat melewati ruangan Edbert, Indira sempat melihat seorang wanita cantik bersama dengan wanita dan lelaki paruh baya masuk ke dalam ruangan tersebut.

Indira sempat terkesima saat melihat kecantikan wanita itu, wanita itu bukan hanya cantik tapi juga sangat menarik dan berpenampilan elegan.

Saat Indira melihat penampilannya, terlihat sangat sempurna dan membuat para wanita merasa iri dibuatnya.

"Ya ampun, wanita itu cantik banget. Menarik, elegan, terlihat baik dan sangat sempurna. Aku saja yang seorang wanita sangat kagum, apa kabarnya dengan lelaki?" Indira bergumam dalam hati.

Setelah ketiga orang tersebut masuk ke dalam ruangan Edbert, Indira segera pergi untuk melaksanakan niat awalnya.

Selsai dengan kewajibannya, Indira langsung ke kantin menyusul Shanty dan tentunya Indira juga ingin bertemu dengan sahabatnya Melly.

Tiba di kantin, Indira, langsung mengedarkan pandangannya. Tak jauh dari sana, dia melihat Shanty yang sedang makan dengan sangat lahap.

Tak jauh dari tempat Shanty, Indira juga melihat Melly yang sedang makan bersama dengan teman-teman satu divisinya. Pertama kali yang Indira lakukan adalah melangkahkan kakinya menghampiri Shanty.

"Kak, elu makannya lahap banget," tegur Indira.

Shanty langsung menolehkan wajahnya ke arah Indira, perempuan yang sedang hamil itu tersenyum lalu berkata.

"Gue laper, porsi gue buat dua orang." Shanti nyengir kuda. Indira hanya menggelengkan kepalanya seraya terkekeh.

"Iya deh, gue paham. Gue, makan di sana ya, Kak," pamit Indira.

"Elu, ngga gabung sama, gue?"

"Mau nemuin my best friend dulu, Kak," jawab Indira.

Shanty pun terlihat mengangguk, lalu Indira langsung pergi meninggalkan Shanty menuju tempat Melly.

"Mel, gue laper," uap Indira.

Melly yang sedang asik makan langsung menghentikan kunyahannya, kemudian dia menolehkan wajahnya ke arah Indira

"Minta sana sama Ibu kantin, gratis kok," ucap Melly seraya menunjuk Ibu kantin dengan ekor matanya.

LT Corp memang menyediakan makan siang gratis, itu adalah kebiasaan dari nenek moyang keluarga Law.

Dalam satu tahunnya perusahaan LT Corp, akan mengucurkan dana yang cukup pantastis untuk panti asuhan dan panti jompo yang ada di Indonesia.

Indira langsung menghampiri Ibu kantin dan meminta jatah makan siangnya, ternyata sama dengan apa yang di makan oleh Shanty dan Melly. Indira dengan penuh semangat, langsung duduk di samping Melly dan makan dengan lahap.

Melly, hanya menggelengkan kepalanya saat melihat cara makan Indira. Indira memang tak pernah berubah pikirnya, selalu tampil apa adanya. Padahal, kalau tampil di depan umum seperti ini tentu kita harus menjaga image, pikir Melly.

Sepuluh menit kemudian, Indira sudah selesai dengan makan siangnya. Dia pun berpamitan pada Melly, karena masih banyak hal yang harus dia kerjakan.

"Mel, gue cabut."

Indira, segera melangkahkan kakinya menuju ruangan Shanty, saat tiba di sana Shanty belum kembali. Walaupun Shanty belum datang, Indira segera duduk dan melakukan tugasnya seperti yang diperintahkan oleh Shanty.

Baru saja sepuluh menit melakukan tugasnya, Shanty datang dengan banyak berkas di tangannya. Dengan muka kesal Shanty langsung duduk di kursinya, Indira nampak terdiam tapi dia tetap mengamati raut wajah Shanty.

"Cape, gue. Mentang-mentang mau cuti, kerjaan gue jadi nambah banyak." Shanty mengeluh, tapi tangannya tetap bekerja.

Indira pun terkekeh.

"Sabar, Kak. Bentar lagi udah ngga bakalan cape lagi, pan mau cuti."

"Enak banget dah ah, kalau tibang ngomong!" seru Shanty

Indira, hanya menggelengkan kepalanya mendengar keluhan Shanty.

"Ra, elu buruan ke ruangan Tuan Edbert. Minta tanda tangan sama dia, jangan lama." Shanty menyerahkan beberapa dokumen, Indira pun langsung bangun dan menanggapi dokumen tersebut.

"Siap, Kak." Indira melangkahkan kakinya menuju ruangan Edbert.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!" terdengar sahutan dari dalam ruangan.

Indira pun langsung masuk dan menghampiri Edbert, Edbert yang sedang fokus dengan pekerjaannya langsung berhenti lalu menolehkan wajahnya ke arah Indira.

Di sana bukan hanya ada Edbert, tetapi ada wanita cantik yang sedang duduk di sofa. Wanita yang sempat dia lihat sebelum pergi ke Mushola.

"Ada apa I--"

Edbert tidak meneruskan ucapannya, dia malah mengerutkan dahinya sampai kedua alisnya saling bertaut. Dia seolah sedang mengingat-ingat siapa nama wanita yang kini masuk ke dalam ruangannya.

"Indira, Tuan," jawab Indira.

"Ya, maksud saya itu." Edbert berucap seraya menelisik penampilan Indira.

"Saya disuruh meminta tanda tangan, Tuan." Indira langsung menyodorkan beberapa berkas yang dia bawa.

Edbert langsung menerima berkasnya, dia memeriksa berkas itu sebentar, lalu menandatanganinya.

Wanita cantik yang sedang duduk di sofa nampak melihat ke arah Indira, dia terlihat tersenyum dengan manis saat melihat Indira. Indira pun langsung membalas senyuman wanita itu, lalu membungkuk hormat.

"Indira," panggil Edbert.

"Ya, Tuan," jawab Indira.

"Semuanya sudah selsai," ucap Edbert seraya memberikan berkas pada Indira.

"Terima kasih, Tuan, Nona. Saya permisi," pamit Indira.

Selepas kepergian Indira, Edbert langsung bangun dan menghampiri wanita yang sedari tadi duduk menunggunya di sofa.

"Kamu sudah yakin, Ed?" tanya Merry.

"Yes, Merry. Entah kenapa, aku merasa sangat cocok dengan kamu," jawab Edbert.

"Jangan bilang kamu mau nikah sama aku karena perubahan penampilan aku?" tanya Merry.

"Aku lelaki normal, aku suka kamu yang berubah lebih cantik, aku suka kamu yang selalu berperilaku lembut, aku suka kamu yang selalu pengertian,'' jawab Edbert.

"Namun, Ed. Aku mau kamu harus setia kalau kita sudah menikah nanti," ucap Merry manja.

Edbert terkekeh, dia suka melihat Merry yang manja tapi tak pernah banyak menuntut. Edbert dan Merry pernah satu sekolah saat SMA, saat itu Merry sangat culun dan terlihat tidak menarik sama sekali.

Akan tetapi, dia terkesan sangat baik dan selalu memaafkan siapa pun yang jahat padanya. Termasuk Edbert.

Namun, saat mereka dipertemukan kembali, Edbert malah langsung jatuh hati pada pandangan pertama.

"Sayang, aku mau kamu ngerti. Akan sulit untuk aku berubah. Akan tetapi, aku harap kamu tak akan mudah percaya dengan apa yang dikatakan orang lain, setelah kita menikah nanti," pinta Edbert.

"Tentu, Ed. Aku akan berusaha untuk menjadi istri yang pengertian," ucap Merry.

Edbert tersenyum senang, selama ini dia sering berpacaran dan bahkan dekat dengan wanita hanya untuk menjadi teman kencannya saja.

Edbert, tidak pernah berniat untuk serius, apa lagi berniat untuk menikah. Namun, saat melihat Merry, entah kenapa hatinya begitu tersentuh. Edbert merasa ingin segera menjadikan Merry, sebagai ratu di dalam istananya.

"Merry, aku---"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ima Edg
indiranya masih culun ya Kaka?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status