Home / Romansa / Istri Kesayangan Bos Arogan / Aku Tunggu Nanti Malam

Share

Aku Tunggu Nanti Malam

Author: Young Lady
last update Last Updated: 2024-05-16 19:45:21

Naomi membeku di tempatnya berdiri. Manik hazelnya terbelalak mendengar nama familiar yang dilontarkan oleh sang manajer. Bersamaan dengan itu, Alister melenggang masuk ke restoran. Aura dominan menguar sangat pekat dari lelaki berparas bak dewa itu.

Tak sengaja Naomi bertemu pandang dengan Alister yang kebetulan menatap dingin ke arahnya. Ia buru-buru mengalihkan pandangan. Naomi sedang berusaha menghindari lelaki itu untuk mengulur waktu, namun mereka malah bertemu di sini. Dan Alister malah menjadi bosnya!

“Kuharap kalian bisa diajak bekerja sama dengan baik. Aku tidak mau ada yang tidak becus di sini,” ucap Alister dingin.

Selepas perkenalan singkat tersebut, semuanya diminta melanjutkan kegiatan masing-masing. Alister langsung berkeliling dan memeriksa mereka. Beberapa dari mereka langsung mendapat ultimatum dari lelaki itu karena dianggap tidak becus. Suasana restoran pun memanas dalam sekejap.

Sebisa mungkin, Naomi memilih mengerjakan sesuatu yang agak jauh dari Alister. Entah Alister sengaja atau bagaimana, lelaki itu malah melewatinya dan tidak memeriksa pekerjaannya. Diam-diam Naomi menghela napas lega, setidaknya ia tidak terkena amukan lelaki itu. Suasana restoran lebih kondusif ketika Alister selesai berkeliling dan memasuki ruangan yang tersedia untuk lelaki itu.

“Naomi, antarkan kopi ke ruangan Tuan Alister!”

Lamunan Naomi langsung buyar ketika mendengar perintah dari manajernya. Ia hendak mencari alasan untuk menolak, namun ketika melirik rekan kerjanya yang lain, ternyata hanya dirinya melamun dan tidak melakukan apa pun. “Ba-ik, Pak Rangga.”

Naomi tidak tahu kopi seperti apa yang Alister inginkan. Sang manajer sudah beranjak pergi ketika ia ingin bertanya. Semua orang yang berada di dapur juga sibuk karena saat ini restoran sangat ramai. Jadi, tidak ada yang bisa dirinya mintai bantuan. Terpaksa, ia pun memilih meracik kopi sesuai seleranya dengan harapan Alister juga akan menyukainya.

Setelah berhasil menghindari Alister saat pemeriksaan tadi, sekarang Naomi malah harus berhadapan langsung dengan lelaki itu. Jantungnya berdebar dua kali lebih cepat bersamaan dengan keringat dingin yang mulai muncul di pelipisnya. Apalagi ketika dirinya sudah sampai di depan ruangan milik Alister, perasaannya semakin campur aduk.

Tok! Tok! Tok!

Setelah mengumpulkan keberanian, barulah Naomi berani mengetuk pintu ruangan Alister. Beberapa kali ia mengetuk, namun tetap tak ada jawaban. Naomi pun mencoba mengetuk lebih keras, mungkin ketukan sebelumnya terlalu pelan dan Alister tidak mendengarnya.

“Masuk!”

Naomi membuka pintu ruangan Alister perlahan-lahan dengan jantung yang masih berdebar keras. Ia memaksakan menarik kedua sudut bibirnya ke atas ketika bertemu pandang dengan Alister. Setelah meletakkan secangkir kopi itu di sisi meja yang kosong, ia hendak langsung beranjak pergi.

“Ini kopinya, Tuan. Saya permisi—”

“Tunggu! Jangan pergi sebelum aku menyuruhmu pergi!” cegah Alister.

Naomi yang ingin segera pergi terpaksa menghentikan langkah dan berdiri kaku di tengah-tengah ruangan. Ia bingung harus bagaimana, sebab Alister pun tidak mempersilakan dirinya untuk duduk.

Alister langsung menyeruput kopi yang Naomi sajikan untuknya. Sorot tajam lelaki itu masih tertuju pada wanita di hadapannya. Sebelah alisnya terangkat setelah mencicipi kopi tersebut. “Berapa lama kamu mempersiapkan diri untuk bertemu denganku? Kopi ini hampir dingin.”

“Tuan yang terlalu lama merespon ketukan saya. Saya tidak mungkin langsung masuk kalau Tuan belum memberi izin,” jawab Naomi berusaha membela diri.

“Alasan!” Alister mendengus samar seraya meletakkan cangkir kopinya di atas meja dan bangkit dari kursi kebesarannya. “Aku tidak menyangka kita akan bertemu di sini.”

“Saya memang bekerja di sini. Apa Tuan ingin melarang saya bekerja?” sahut Naomi.

Meskipun Amara mengatakan akan mencukupi kebutuhannya sekalipun ia tidak bekerja lagi, Naomi belum rela melepas mata pencahariannya selama ini.

“Tidak. Asalkan tidak ada yang tahu hubungan kita,” jawab Alister yang membuat Naomi lega.

Naomi juga tidak mau siapa pun mengetahui hubungan mereka. Terlebih statusnya hanyalah istri kedua. Siapa pun yang mengetahui statusnya pasti mencemooh dirinya. Lagipula pernikahan ini hanya akan berlangsung hingga dirinya memberi keturunan untuk lelaki di hadapannya ini.

“Terima kasih, Tuan. Saya permisi.” Tanpa menunggu jawaban Alister, Naomi buru-buru membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi dari ruangan itu. Namun, tepat ketika ia menutup pintu, lelaki itu mengatakan sesuatu yang membuatnya kembali menegang.

“Aku tunggu nanti malam.”

Naomi melangkah cepat keluar dari ruangan tersebut dengan wajah merah padam. Wanita itu merasa seperti terbakar, malu dan kesal bercampur menjadi satu. Ia nyaris lupa jika Alister hanya memberinya waktu satu hari untuk mempersiapkan diri. Yang artinya malam ini juga lelaki itu akan menagihnya.

Setelah keluar dari ruangan Alister, Naomi tidak bisa fokus bekerja lagi. Kalimat terakhir yang lelaki itu katakan terus terngiang di kepalanya. Tanpa sadar dirinya sampai melakukan beberapa kesalahan yang membuatnya mendapat teguran dari sang manajer.

“Saya tahu adikmu masih di rumah sakit, tapi itu bukan alasan yang membuatmu tidak fokus bekerja. Kamu tahu sendiri seperti apa Tuan Alister, dia tidak mentolerir kesalahan sekecil apa pun. Perbaiki kesalahanmu kalau kamu masih ingin bekerja di sini,” peringat sang manajer.

“Baik, Pak. Saya minta maaf. Saya tidak akan mengulanginya lagi,” jawab Naomi dengan kepala tertunduk.

Semua ini gara-gara Alister. Jika lelaki itu tidak mengatakan kata-kata yang membuatnya kehilangan fokus, ia tidak akan membuat kesalahan. Setelah dipersilakan pergi oleh sang manajer, Naomi langsung meninggalkan tempat itu dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Karena sudah dua hari tak masuk, Naomi harus lembur hari ini agar potongan gajinya tidak terlalu banyak. Malam semakin larut dan restoran pun sudah mulai sepi. Namun, pekerjaan yang harus ia selesaikan masih lumayan banyak. Tugas Naomi selesai bersamaan dengan tutup restoran.

Biasanya jika harus pulang tengah malam begini, Attar akan menjemputnya. Naomi jadi merindukan sang adik yang hingga saat ini belum sadarkan diri. Tak ingin kembali terlarut dalam kesedihan, Naomi bergegas merapikan barang-barangnya dan keluar dari restoran. Ia terkejut melihat anak buah Alister yang mengantarnya tadi masih menunggunya di tempat yang sama.

“Aku tidak menyangka kamu masih menungguku,” ucap Naomi spontan.

“Nyonya sudah menjadi tanggungjawab saya,” jawab sang bodyguard seraya membukakan pintu mobil untuk Naomi.

Di perjalanan pulang, Naomi kembali mengingat apa yang Alister katakan tadi siang. Perasaannya mendadak tak menentu. Ia ingin ke rumah sakit dulu, namun sekarang sudah terlalu larut. Lagipula ia sudah lelah dan ingin segera beristirahat.

‘Dia pasti sudah tidur,’ gumam Naomi dalam hati.

Sekarang sudah terlalu larut, tidak mungkin Alister masih menunggunya. Ia tahu lelaki itu sudah pulang dari restoran ketika masih petang. Semoga saja Alister melupakan apa yang lelaki itu katakan tadi siang dan tak kembali ke penthouse seperti kemarin malam.

Sayangnya, kenyataan yang Naomi dapati tidak sesuai dengan harapannya. Tepat ketika membuka pintu kamarnya, ia mendapati Alister sudah berada di sana. Bersandar di kepala ranjang dengan tatapan menyorot ke arah pintu, seolah tengah menunggunya.

Naomi berpura-pura sibuk membereskan perlengkapannya dari restoran tadi dan mengabaikan keberadaan Alister. Setelah itu, ia bergegas memasuki toilet untuk membersihkan diri. Usai membersihkan diri Naomi baru ingat jika dirinya tidak membawa pakaian ganti.

“Apa lebih baik aku pakai lagi baju kotorku tadi?” monolog Naomi bingung.

Ia tidak mungkin keluar hanya memakai handuk saja karena Alister ada di luar sana. Alister akan berpikir macam-macam jika dirinya berpenampilan seperti itu. Di tengah perdebatan batin Naomi, tiba-tiba pintu toilet terbuka lebar dan sudah jelas siapa yang membukanya.

“Kamu ingin membuatku menunggu berapa lama lagi?” tanya Alister dengan sebelah alis terangkat dan tatapan penuh perhitungan.

Naomi refleks melangkah mundur karena Alister semakin mendekatinya. Tak sadar lantai yang licin, ia nyaris jatuh terjerembab. Namun, sebelum itu terjadi, Alister dengan sigap menarik pinggangnya dan membawanya ke rengkuhan lelaki itu. Dengan jarak sedekat ini, ia dapat mencium aroma samar alkohol dari lelaki itu.

“Hati-hati. Aku tidak mau ada insiden berdarah di sini,” ujar Alister dengan suara serak.

“Tu-an—”

“Jangan memanggilku dengan sebutan itu, di sini aku suamimu, bukan bosmu,” potong Alister cepat.

“Kamu sudah siap?” tanya Alister. “Aku tidak akan menyakitimu,” bisiknya sebelum menyatukan bibir mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kesayangan Bos Arogan   Menerima Takdir

    “Kakak yakin ingin pindah ke sini?” tanya Attar sembari menatap bangunan menjulang di hadapannya. “Iya. Kurasa sekarang sudah waktunya,” jawab Naomi yang spontan turut melirik rumah megah di depannya. Sejak terakhir kali menginjakkan kaki di sini, Naomi belum pernah datang lagi. Baru kali ini dirinya memberanikan diri untuk kembali datang. Setelah berbulan-bulan memilih mengasingkan diri dan berpikir tak akan pernah kembali sampai kapan pun. “Kuharap ini keputusan terbaik. Katakan kalau dia menyakitimu. Aku tidak akan segan-segan memukul wajahnya. Lagi. Atau Kakak bisa melakukan itu sendiri,” balas Attar sembari berkelakar. Naomi berdecak pelan. Niatnya datang kemari bukan untuk mencari masalah. Namun, untuk menyelesaikan salah satu masalah besar yang dihadapinya. Lebih tepatnya berdamai dengan hatinya setelah sekian lama dibuat bingung dengan keputusannya sendiri.Naomi ingat Attar bercerita kalau pemuda itu pernah memukul Alister. Itu terjadi setelah Alister menjelaskan kenapa d

  • Istri Kesayangan Bos Arogan   Mengubur Dendam

    “Ibu tirimu mengatakan ayahmu sakit sejak seminggu lalu. Dia berusaha menghubungimu dan adikmu, tapi tidak bisa,” ucap Alister yang sedang menyetir. Naomi spontan merogoh tasnya dan mengambil ponselnya. Ia mencari nomor telepon ibu tirinya yang sengaja dirinya blokir sejak lama. Ibu tirinya itu pernah menghubunginya di awal-awal ayahnya masuk penjara. Tentunya ingin meminta tolong agar Naomi membantu mengeluarkan sang ayah dari penjara. Oleh karena itu, Naomi memilih memblokir kontak ibu tirinya. Sebab, bagaimana pun caranya, Naomi tak mungkin membantu membebaskan ayahnya. Attar pun melakukan hal yang sama. Bukannya ingin memutuskan hubungan, mereka hanya muak dengan gangguan itu. Mendengar ayahnya sakit membuat kekhawatiran Naomi pada sang ayah mencuat tanpa bisa dicegah. Walaupun ia juga tidak tahu sakit apa yang ayahnya derita. Barusan, Naomi juga sudah menghubungi adiknya mengatakan tentang kondisi ayah mereka. “Kamu tenang dulu. Ayahmu pasti baik-baik saja,” tutur Alister sem

  • Istri Kesayangan Bos Arogan   Mengunjungi Suami

    Naomi menyadari jika Alister berada di restoran yang dipenuhi hidangan mewah. Apa pun yang lelaki itu inginkan pasti ada di sana. Akan tetapi, tiba-tiba saja dirinya terdorong untuk membuat dan mengantarkan makanan pada lelaki itu. Sekarang Naomi sudah dalam perjalanan menuju ke salah satu restoran Alister, di mana lelaki itu berada. Ia pun datang tanpa mengatakan apa pun pada Alister. Mereka hanya sempat bertukar pesan sebelumnya hingga Naomi mengetahui di mana lelaki itu berada. Naomi pun tidak tahu suaminya itu sudah makan atau belum. Atau mungkin saja sudah berpindah ke restoran lain. Sebab, biasanya pun sering seperti itu. Ia melakukan ini sebagai bentuk terima kasihnya atas tutor bisnis dadakan yang lelaki itu lakukan belakangan ini. “Tuan Alister ada di ruangannya?” tanya Naomi pada salah seorang karyawan Alister yang sedang membuang sampah di luar restoran. “Eh, Nyonya? Tuan ada di ruangannya. Mau saya antar?” tawar sang pelayan dengan senyum ramah. Naomi langsung menggel

  • Istri Kesayangan Bos Arogan   Hadiah Timbal Balik

    Naomi tahu Alister adalah perayu ulung. Lelaki itu berpengalaman melakukan negosiasi dengan puluhan, bahkan ratusan orang selama ini. Jelas saja, Alister memiliki banyak cara untuk membuat orang yang tadinya enggan menjadi setuju. Seperti itu juga yang dirasakan oleh Naomi. Tadinya, wanita itu bersikeras menolak keinginan Alister untuk mengelola restoran baru lelaki itu. Namun, dalam waktu singkat, Alister berhasil mengubah keputusannya. Naomi baru menyadari itu setelah dirinya memutuskan sesuatu yang berbanding terbalik dengan keinginan hatinya. Akhirnya, Naomi benar-benar mengelola restoran tersebut seperti yang lelaki itu inginkan. Setelah di pikir-pikir lagi, tawaran Alister tidak membuatnya rugi sama sekali. Malahan, dirinya bisa mendapat banyak ilmu dan pengalaman baru yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya. “Bagian mana lagi yang belum kamu pahami?” tanya Alister membuyarkan lamunan Naomi. Naomi tersentak pelan dan langsung menunjuk satu bagian yang belum dirinya mengerti

  • Istri Kesayangan Bos Arogan   Kamu Tinggal Membuktikannya

    “Kenapa Tuan mengajakku ke sini lagi?” tanya Naomi sembari menatap restoran mewah yang beberapa hari lalu ia kunjungi bersama Alister beberapa hari lalu. Bedanya, sekarang restoran tersebut telah beroperasi. Meskipun grand openingnya baru beberapa hari lalu, restoran ini sudah cukup ramai. Pengunjungnya pun terlihat berkelas dan bukan orang sembarangan. Naomi masih mengamati semuanya dari balik dinding kaca transparan yang mengelilingi restoran ini. Nama besar yang sudah Alister miliki membuat lelaki itu tak perlu terlalu mengeluarkan biaya untuk promosi. Bahkan, sepertinya tanpa promosi pun restoran ini tetap dapat beroperasi dengan baik. Bahkan, lelaki itu juga berhasil membuat restoran yang nyaris bangkrut kembali berjalan sebagaimana mestinya. Alkanna. Itulah nama restoran mewah ini. Alister mengatakan jika nama tersebut diambil dari gabungan namanya, nama putranya, dan Naomi. Alister, Ariana, dan Naomi. Entah itu benar atau tidak. Naomi pun tidak mempercayainya. Bahkan, masih

  • Istri Kesayangan Bos Arogan   Kamu Benar-Benar Menginginkannya?

    “Kamu pasti menerobos masuk tanpa izin!” tuduh Raga dengan sorot sinis. Dari semua sepupu Alister, hanya Raga yang berani menantang dan mengganggu Alister secara terang-terangan. Sedangkan sisanya tidak ada yang berani mendebat lelaki itu sama sekali. Bahkan, mereka cenderung menjauhi Alister jika tidak ada keperluan mendesak. Mereka akan berubah menjadi penjilat ulung jika membutuhkan bantuan Alister. Meskipun walau sudah berusaha keras, terkadang Alister mengabaikan permintaan mereka. Hanya Raga yang tak pernah melakukan itu karena merasa bisa mengatasi masalahnya sendiri. Sejak kecil mereka seolah bermusuhan dan bersaing untuk menjadi yang terbaik. Mungkin, lebih tepatnya hanya Raga yang melakukan itu. Sedangkan Alister tidak peduli dengan siapa pun, kecuali yang dianggapnya penting. Dan bersaing dengan Raga bukan salah satunya. “Jangan berisik! Istri dan anakku sedang tidur! Apa yang kamu inginkan? Pergi! Kami tidak menerima tamu!” Alister kembali melontarkan pengusiran pada R

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status