Istri Kesayangan Bos Arogan

Istri Kesayangan Bos Arogan

last updateLast Updated : 2024-12-06
By:  Young LadyCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
4 ratings. 4 reviews
132Chapters
14.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

"Menikahlah dengan suamiku, akan ku bantu pengobatan adikmu." Naomi terpaksa menjadi istri kedua Alister Hardikusuma—bos di tempatnya bekerja demi pengobatan sang adik yang mengalami kecelakaan tragis. Sebagai bayaran atas biaya pengobatan sang adik yang tidak sedikit, Naomi harus memberi keturunan untuk Alister dalam waktu dekat. Namun, ia harus pergi setelah anaknya lahir. Apakah Naomi rela meninggalkan darah dagingnya sendiri? atau malah memilih bertahan meski telah mengetahui rahasia besar Alister?

View More

Chapter 1

Menikahlah dengan Suamiku

“Apa lagi yang kamu tunggu? Katanya mau buat anak?”

Suara bariton itu membuat Naomi tersentak dari lamunannya. Wanita yang sedang duduk di ujung ranjang itu meremas ujung gaun putih sederhana yang melekat di tubuhnya. Ekspresi gugup bercampur panik tampak jelas di wajahnya pucat.

Naomi tidak menyadari sejak kapan Alister—lelaki yang beberapa jam lalu resmi menjadi suaminya masuk ke kamar ini. Setelah melaksanakan pernikahan sederhana di sebuah gedung di dekat sini, Naomi langsung dibawa ke penthouse ini. Begitu sampai, pelayan langsung memintanya memasuki kamar ini. Ia tidak tahu Alister datang kemari juga karena mereka menumpangi mobil terpisah.

Tetapi, tunggu dulu!

Naomi merasa ada yang aneh dari kalimat yang diucapkan oleh lelaki di hadapannya. Yang Naomi tahu, ia hanya perlu menjadi ibu pengganti dari anak Alister dan Amara—istri pertama Alister.

“Tu-an, apa maksud Anda? Bukankah aku hanya perlu menjadi ibu pengganti?” Naomi memberanikan diri untuk mengangkat kepala dan menatap Alister.

Jawaban Naomi membuat Alister mengernyit samar sebelum kembali memasang ekspresi datar. “Amara belum memberitahumu? Aku ingin prosesnya langsung.”

Naomi terbelalak dengan wajah yang semakin pucat pasi. Ia berusaha menggali ingatannya, mencoba mengingat kapan Amara menjelaskan bagian itu. Namun, sekeras apa pun ia berusaha mengingat hasilnya nihil, ia merasa Amara tidak menjelaskan apa pun.

“Menikahlah dengan suamiku, akan ku bantu pengobatan adikmu sampai tuntas.”

“Rahimku bermasalah. Jika kami tidak segera memberi penerus untuk keluarga suamiku, kami akan kehilangan segalanya. Kumohon.”

Tentu saja awalnya Naomi langsung menolak mentah-mentah tawaran gila itu. Namun, karena kondisi adiknya yang semakin kritis-pasca kecelakaan, sementara uang tabungannya tidak cukup. Akhirnya ia nekat menerima tawaran Amara tanpa pikir panjang.

Kemarin Amara memang memintanya melakukan cek kesehatan lengkap yang biasanya dilakukan oleh wanita yang hendak menikah. Naomi pikir itu hanya salah satu prosedur untuk memastikan dirinya sehat sebelum proses ‘tanam benih' atau apa pun itu namanya, ia tidak terlalu mengerti.

“Tu-an, apa tidak sebaiknya kita membicarakannya dulu? Nyonya Amara tidak membahasnya sampai sejauh ini!” pekik Naomi panik.

Naomi merasa dirinya seakan dijebak oleh kata-kata Amara yang membingungkan. Hingga ia tidak menyadari jika dirinya harus melakukan sesuatu yang tak pernah terpikir olehnya. Naomi hendak mengatakan jika dirinya keberatan, namun keberaniannya menciut hanya karena bertatapan dengan Alister.

“A-ku belum siap!” Setelah mengumpulkan keberanian akhirnya Naomi berhasil mengatakannya.

Alister berdecih sinis sebelum membalikkan tubuhnya dan berkata, “Aku memberimu waktu satu hari. Kalau kamu ingin membatalkannya, kembalikan uangku sekarang juga!”

Tanpa menoleh lagi, Alister langsung melangkah pergi dari kamar itu. Naomi berjingkat kaget ketika Alister membanting pintu. Ia benar-benar belum siap jika harus melakukannya dengan orang yang bahkan baru dirinya temui hari ini.

Kedua tangan Naomi kontan terkepal ketika mengingat sesuatu. Ia merogoh tas selempangnya untuk mencari ponsel. Naomi ingin meminta kejelasan pada Amara. Namun, berulang kali dirinya mencoba menghubungi wanita itu, tetap tidak ada jawaban sama sekali. Di percobaan terakhir, ia malah mendapati nomor tersebut tidak aktif.

“Kenapa jadi seperti ini? Bagaimana caranya aku mendapat uang sebanyak itu?” gumam Naomi putus asa.

Setelah puas merenungi nasibnya yang semakin tak menentu, Naomi pun memberanikan keluar dari kamar tersebut. Hanya terlihat beberapa pelayan dan bodyguard yang berlalu lalang. Sepertinya Alister dan Amara tidak tinggal di sini juga.

Sejak awal, Naomi sudah merasa janggal. Sebab, tidak ada wanita di dunia ini yang rela membagi suaminya dengan wanita lain apa pun alasannya. Namun, ia menepis segala kejanggalan itu karena merasa hanya Amara yang dapat membantunya.

“Anda ingin pergi ke mana, Nyonya?” tanya salah seorang bodyguard yang di depan pintu keluar ketika Naomi mendekat ke sana.

“Em ... Aku ingin mengambil barang-barangku,” jawab Naomi.

“Mari saya antar,” balas sang bodyguard.

Sempat terlintas rencana untuk melarikan diri dalam benak Naomi. Akan tetapi, jika sudah seperti ini mana mungkin dirinya bisa melarikan diri. Ia takut Amara atau Alister malah melakukan sesuatu yang buruk pada adiknya jika dirinya macam-macam.

Naomi kembali ke kontrakannya untuk mengambil pakaian dan barang penting lainnya. Ia tidak bisa berlama-lama di sana karena bodyguard Alister menunggunya tepat di depan pintu dan itu membuatnya tak nyaman. Dirinya merasa menjadi tersangka yang di perlu diawasi sampai sebegitunya.

Setelah itu, Naomi memilih kembali ke rumah sakit untuk menemui sang adik. Ia menghabiskan sisa hari itu di sana, berharap adiknya segera sadar. Namun, hingga malam tiba pun belum ada tanda-tanda Attar akan membuka mata. Padahal dokter mengatakan jika kondisi adiknya sudah stabil.

“Aku ingin menemani adikku,” tolak Naomi ketika bodyguard Alister menyusulnya ke ruang perawatan Attar dan memintanya pulang.

“Tidak bisa, Nyonya. Tuan Alister meminta Nyonya kembali ke penthousenya. Nyonya bisa menghubungi Tuan Alister jika keberatan,” jawab bodyguard itu.

Dengus samar lolos dari bibir Naomi. Ia tidak memiliki nomor kontak Alister. Meskipun bisa saja meminta pada bodyguard lelaki itu, tetapi ia enggan melakukannya. Akhirnya, Naomi pun memilih mengikuti instruksi sang bodyguard.

Naomi bersyukur karena tidak mendapati keberadaan Alister ketika kembali ke penthouse lelaki itu. Sebenarnya Naomi masih was-was jika tiba-tiba Alister datang dan memaksa melanjutkan apa yang hampir terjadi tadi siang. Ia sampai tidak bisa tidur dan baru bisa terlelap ketika matahari nyaris terbit lagi.

Akibatnya, penampilan Naomi tampak semakin memprihatinkan karena dalam dua hari terakhir waktu tidur dan pola makannya berantakan. Karena harus berangkat kerja pagi-pagi sekali, ia terpaksa bangun dan bergegas mempersiapkan diri.

“Huh, aku pasti bisa melewati semuanya,” gumam Naomi menyemangati dirinya sendiri.

Riasan tipis yang Naomi aplikasikan di wajahnya dapat sedikit menyembunyikan lingkar hitam di matanya. Setelah yakin jika penampilannya tidak terlalu buruk, Naomi langsung keluar kamar. Pelayan sudah menyiapkan sarapan untuknya, namun karena tak berselera makan sama sekali, ia memilih melewatkan sarapan.

Naomi kembali diantar oleh anak buah Alister yang kemarin mengantarnya ke kontrakan dan ke rumah sakit. Meskipun merasa terkekang, ia tidak protes sama sekali karena dengan begini dirinya dapat menghemat ongkos. Beberapa partner kerja Naomi sudah berlalu lalang ketika wanita itu datang.

“Aku dengar bos baru kita akan datang hari ini. Aku tidak sabar ingin melihatnya, katanya dia masih muda dan tampan,” celetuk salah seorang pelayan yang merupakan partner kerja Naomi.

“Tapi, aku dengar dia juga sangat perfeksionis. Lebih baik kita cepat-cepat merapikan semuanya sebelum dia datang,” balas pelayan yang berada di sampingnya.

Naomi yang sedang mengelap meja menghentikan kegiatannya sejenak. Rupanya ini yang membuat para partner kerjanya bergosip sedari tadi. Dua hari tidak masuk kerja membuatnya ketinggalan banyak informasi. Untung saja ia datang lebih awal hari ini. Jika tidak, mungkin dirinya akan terkena masalah.

Tiba-tiba manajer restoran memanggil semuanya untuk berkumpul. Semuanya spontan menghentikan kegiatan masing-masing dan bergegas mendekat ke arah sang manajer. Naomi menjadi orang terakhir yang menyusul ke sana karena mencuci tangannya dulu.

“Pagi semuanya. Saya ingin memperkenalkan pemilik baru restoran kita, Tuan Alister Hardikusuma,” tutur sang manajer lantang.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
waffi
ceritanya bagus menarik... up lg thor :))
2024-08-30 15:26:21
4
user avatar
Kimsun Kim
cerita suka banget
2024-08-08 10:59:08
4
user avatar
nor Ain
ceritanya bagus.. mohon up yg meriah ya thur.. semangat berkrya
2024-06-27 11:42:44
4
user avatar
Young Lady
Hai! Selamat datang di karyaku yg ke sekian, semoga suka, terima kasih ... jangan lupa tinggalkan jejak ...
2024-06-01 21:53:59
7
132 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status