Home / Romansa / Istri Kesayangan Bos Arogan / Menjadi Pelayan di Rumah Mertua

Share

Menjadi Pelayan di Rumah Mertua

Author: Young Lady
last update Last Updated: 2024-05-20 20:56:46

“Ikut ke mana, Nyonya?” tanya Naomi bingung.

“Jangan banyak bertanya! Cepat ganti pakaianmu dan ikut dengan saya!” titah Miranda sembari menyeret Naomi kembali ke kamar dan mendorong sang menantu masuk ke sana hingga nyaris terjerembab di lantai.

Naomi spontan berpegangan pada tembok untuk menyeimbangkan diri. Sikap Miranda yang sangat kasar membuatnya mengelus dada. Ia benar-benar tak menyangka akan mendapat perlakuan seperti itu dari mertuanya sendiri. Jangankan kasih sayang, melihatnya pun seolah enggan.

Sebenarnya, Naomi enggan mengikuti keinginan Miranda. Akan tetapi, jika dirinya menolak, wanita paruh baya itu pasti semakin membuat kekacauan. Alhasil, ia terpaksa kembali mengganti pakaiannya dengan pakaian rumahan karena tak ingin mencari masalah. Kepalanya sudah pening dengan masalah yang ada, ia tidak mau memancing masalah baru.

Bahkan, sebelum Naomi selesai mengganti pakaian, Miranda sudah menggedor kamar itu dan berteriak tak sabaran. Naomi pun segera mempercepat gerakannya dan bergegas keluar kamar.

“Apa yang kamu lakukan di dalam sana? Kamu sengaja berlama-lama untuk mengulur waktu?!” sembur Miranda tajam.

“Tidak, Nyonya. Tapi, aku perlu waktu,” jawab Naomi seadanya.

Naomi sedang malas berdebat. Lebih baik ia menyimpan energinya untuk hal-hal yang lebih penting. Karena perbuatan Alister, sampai sekarang beberapa bagian tubuhnya masih terasa kebas. Itu membuatnya tak bisa bergerak secepat biasanya.

Miranda berdecak pelan sebelum menarik Naomi pergi. “Jangan beralasan! Sudahlah, kamu harus ikut saya! Ingat, jangan membuat masalah atau kamu akan tahu akibatnya!”

Naomi mengikuti Miranda dengan langkah nyaris terseok. Ketika berada di lift, Miranda menekan tombol menuju lantai dasar, tempat di mana basement gedung apartemen ini berada. Bersamaan dengan pintu lift yang berdenting dan terbuka, wanita paruh baya itu melepas cengkeraman pada tangan Naomi.

“Jaga jarak! Jangan sampai ada yang tahu kalau kamu bersama saya!” peringat Miranda sebelum buru-buru melangkah agar tidak berjalan sejajar dengan Naomi.

Seulas senyum miris tersungging di bibir Naomi. Tanpa perlu diminta, ia sudah paham. Miranda yang sedari tadi menyeretnya hingga membuatnya terpaksa mensejajarkan langkah dengan wanita paruh baya itu.

Sesuai permintaan Miranda, Naomi sengaja memperlambat langkahnya. Jaraknya dengan wanita paruh baya itu sangat jauh. Sampai-sampai ia beberapa kali nyaris kehilangan jejak sang mertua. Namun, Naomi tak peduli, Miranda sendiri yang memintanya seperti itu.

“Kamu lelet sekali! Cepatlah! Banyak yang harus kamu kerjakan!” omel Miranda yang sudah lebih dulu duduk di bangku mobil.

Naomi tidak menyahut dan langsung duduk di samping wanita paruh baya itu. Mobil yang mereka tumpangi melaju tak lama kemudian. Perjalanan yang mereka tempuh cukup jauh. Naomi menerka-nerka apa yang ingin Miranda lakukan padanya.

Mobil mewah itu berhenti dan membunyikan klakson di depan sebuah rumah mewah. Security yang berjaga langsung membuka pagar dan membiarkan mobil ini masuk. Pemandangan menakjubkan langsung menyapa netra Naomi ketika gerbang terbuka. Rumah ini benar-benar luas dan mewah. Seperti rumah-rumah yang sering ia lihat di televisi.

“Bawa wanita ini ke dapur dan beritahu apa tugasnya. Pastikan dia mengerjakan semuanya dengan baik!” perintah Miranda pada seorang berseragam pelayan yang menghampirinya ketika turun dari mobil.

Naomi masih menikmati keindahan rumah mewah itu ketika sang pelayan mengajaknya pergi. Ia tidak terlalu bodoh untuk mengerti maksud ucapan Miranda barusan. Namun, Naomi tak melayangkan protes sama sekali karena itu tidak berguna.

Dan benar saja, ketika tiba di dapur, sang pelayan yang mengantarnya langsung memberi instruksi agar dirinya membantu pelayan lain. Hanya membantu memasak, itu bukanlah sesuatu yang sulit dikerjakan. Tadinya Naomi malah mengira Miranda akan mengerjainya.

Naomi mengabaikan berbagai tatapan yang tertuju padanya. Ia mencoba untuk fokus pada tugasnya. Sepertinya para pelayan di rumah ini sudah menyadari siapa dirinya. Bahkan, beberapa di antara mereka juga berani memperlihatkan sorot sinis yang sangat kentara.

“Tidak ada wanita baik-baik yang mau menjadi istri kedua.”

“Apalagi menjadi istri kedua konglomerat, pasti hartanya yang diincar. Penampilannya saja yang polos, aslinya pasti tidak.”

“Perbedaannya dengan Nyonya Amara bagaikan langit dan bumi. Aku heran kenapa Tuan Alister sudi memperistrinya.”

Celetukan itu membuat Naomi menghentikan aktivitasnya sejenak. Seulas senyum miring tersungging di bibirnya. Semakin lama, para pelayan di sekitarnya kian berani membicarakannya secara terang-terangan. Tetapi, ia memilih mengabaikan dan kembali melanjutkan tugasnya.

Naomi sudah bisa menebak hal-hal seperti ini akan terjadi. Mereka tidak tahu alasannya menerima tawaran gila itu, namun sudah bicara macam-macam. Ia terlalu malas untuk menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Lagipula, mereka akan tetap menilainya buruk.

Dari sepenggal obrolan lain yang Naomi dengar, rupanya hari ini adalah hari ulang tahun sang nyonya besar—ibu mertuanya. Akan diadakan pesta meriah di rumah ini nanti malam. Oleh karena itu, para pelayan sudah sibuk mempersiapkan semuanya sejak pagi hari.

Persiapan pesta mewah itu akhirnya rampung menjelang malam. Miranda yang sudah siap menyambut pestanya datang ke dapur dan langsung menghampiri Naomi yang sedang mencuci piring. Tanpa basa-basi, Miranda langsung menarik sang menantu ke tempat yang sepi.

“Satu jam lagi pesta ini akan dimulai. Lakukan tugasmu dengan baik, jangan ada kesalahan. Dan satu hal yang perlu kamu ingat baik-baik, jangan sampai ada orang yang tahu siapa kamu sebenarnya!” peringat Miranda dengan suara berbisik, namun sangat menusuk.

“Ya, aku mengerti,” jawab Naomi malas.

Seharian ini sangat melelahkan baginya. Bahkan, hingga detik ini Naomi belum sempat beristirahat sama sekali. Ia tahu satu jam pesta akan dimulai. Oleh karena itu, ia sengaja cepat-cepat menyelesaikan sisa pekerjaannya agar bisa beristirahat sejenak sebelum kembali membantu para pelayan ketika pesta telah dimulai nanti. Namun, kedatangan Miranda malah menghambat pekerjaannya.

“Bagus! Awas kalau kamu membuat masalah!” sahut Miranda sebelum meninggalkan Naomi begitu saja.

Helaan napas pelan lolos dari bibir Naomi sebelum kembali ke dapur dan menyelesaikan pekerjaannya. Ada waktu sekitar 30 menit untuk beristirahat sebelum pesta dimulai. Ketika para tamu undangan sudah mulai berdatangan, Naomi bersama pelayan lain beranjak ke ruang tengah, mengantarkan minuman dan kue-kue untuk mereka.

Kebetulan, Naomi mendapat bagian untuk mengantarkan minuman ke meja besar di mana Miranda berada. Mungkin di sana adalah tempat keluarga besar Alister berkumpul, ia juga tidak tahu. Naomi membagikan minuman yang dibawanya tanpa menatap wajah-wajah yang berada di sana.

Tiba-tiba Miranda berdiri. Entah sengaja atau bagaimana, wanita itu menyenggol bahu Naomi yang berada di sampingnya. Untung saja Naomi mampu mempertahankan keseimbangan. Jika tidak, minuman yang ia bawa pasti tumpah.

“Akhirnya, kamu datang juga! Mama pikir kamu lupa ulang tahun mama-mu sendiri!” seru Miranda seraya beranjak dari kursinya dan menghampiri pasangan yang baru datang.

Naomi spontan menoleh. Di saat yang sama, Alister yang bergandengan mesra dengan Amara melangkah mendekat ke sana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kesayangan Bos Arogan   Menerima Takdir

    “Kakak yakin ingin pindah ke sini?” tanya Attar sembari menatap bangunan menjulang di hadapannya. “Iya. Kurasa sekarang sudah waktunya,” jawab Naomi yang spontan turut melirik rumah megah di depannya. Sejak terakhir kali menginjakkan kaki di sini, Naomi belum pernah datang lagi. Baru kali ini dirinya memberanikan diri untuk kembali datang. Setelah berbulan-bulan memilih mengasingkan diri dan berpikir tak akan pernah kembali sampai kapan pun. “Kuharap ini keputusan terbaik. Katakan kalau dia menyakitimu. Aku tidak akan segan-segan memukul wajahnya. Lagi. Atau Kakak bisa melakukan itu sendiri,” balas Attar sembari berkelakar. Naomi berdecak pelan. Niatnya datang kemari bukan untuk mencari masalah. Namun, untuk menyelesaikan salah satu masalah besar yang dihadapinya. Lebih tepatnya berdamai dengan hatinya setelah sekian lama dibuat bingung dengan keputusannya sendiri.Naomi ingat Attar bercerita kalau pemuda itu pernah memukul Alister. Itu terjadi setelah Alister menjelaskan kenapa d

  • Istri Kesayangan Bos Arogan   Mengubur Dendam

    “Ibu tirimu mengatakan ayahmu sakit sejak seminggu lalu. Dia berusaha menghubungimu dan adikmu, tapi tidak bisa,” ucap Alister yang sedang menyetir. Naomi spontan merogoh tasnya dan mengambil ponselnya. Ia mencari nomor telepon ibu tirinya yang sengaja dirinya blokir sejak lama. Ibu tirinya itu pernah menghubunginya di awal-awal ayahnya masuk penjara. Tentunya ingin meminta tolong agar Naomi membantu mengeluarkan sang ayah dari penjara. Oleh karena itu, Naomi memilih memblokir kontak ibu tirinya. Sebab, bagaimana pun caranya, Naomi tak mungkin membantu membebaskan ayahnya. Attar pun melakukan hal yang sama. Bukannya ingin memutuskan hubungan, mereka hanya muak dengan gangguan itu. Mendengar ayahnya sakit membuat kekhawatiran Naomi pada sang ayah mencuat tanpa bisa dicegah. Walaupun ia juga tidak tahu sakit apa yang ayahnya derita. Barusan, Naomi juga sudah menghubungi adiknya mengatakan tentang kondisi ayah mereka. “Kamu tenang dulu. Ayahmu pasti baik-baik saja,” tutur Alister sem

  • Istri Kesayangan Bos Arogan   Mengunjungi Suami

    Naomi menyadari jika Alister berada di restoran yang dipenuhi hidangan mewah. Apa pun yang lelaki itu inginkan pasti ada di sana. Akan tetapi, tiba-tiba saja dirinya terdorong untuk membuat dan mengantarkan makanan pada lelaki itu. Sekarang Naomi sudah dalam perjalanan menuju ke salah satu restoran Alister, di mana lelaki itu berada. Ia pun datang tanpa mengatakan apa pun pada Alister. Mereka hanya sempat bertukar pesan sebelumnya hingga Naomi mengetahui di mana lelaki itu berada. Naomi pun tidak tahu suaminya itu sudah makan atau belum. Atau mungkin saja sudah berpindah ke restoran lain. Sebab, biasanya pun sering seperti itu. Ia melakukan ini sebagai bentuk terima kasihnya atas tutor bisnis dadakan yang lelaki itu lakukan belakangan ini. “Tuan Alister ada di ruangannya?” tanya Naomi pada salah seorang karyawan Alister yang sedang membuang sampah di luar restoran. “Eh, Nyonya? Tuan ada di ruangannya. Mau saya antar?” tawar sang pelayan dengan senyum ramah. Naomi langsung menggel

  • Istri Kesayangan Bos Arogan   Hadiah Timbal Balik

    Naomi tahu Alister adalah perayu ulung. Lelaki itu berpengalaman melakukan negosiasi dengan puluhan, bahkan ratusan orang selama ini. Jelas saja, Alister memiliki banyak cara untuk membuat orang yang tadinya enggan menjadi setuju. Seperti itu juga yang dirasakan oleh Naomi. Tadinya, wanita itu bersikeras menolak keinginan Alister untuk mengelola restoran baru lelaki itu. Namun, dalam waktu singkat, Alister berhasil mengubah keputusannya. Naomi baru menyadari itu setelah dirinya memutuskan sesuatu yang berbanding terbalik dengan keinginan hatinya. Akhirnya, Naomi benar-benar mengelola restoran tersebut seperti yang lelaki itu inginkan. Setelah di pikir-pikir lagi, tawaran Alister tidak membuatnya rugi sama sekali. Malahan, dirinya bisa mendapat banyak ilmu dan pengalaman baru yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya. “Bagian mana lagi yang belum kamu pahami?” tanya Alister membuyarkan lamunan Naomi. Naomi tersentak pelan dan langsung menunjuk satu bagian yang belum dirinya mengerti

  • Istri Kesayangan Bos Arogan   Kamu Tinggal Membuktikannya

    “Kenapa Tuan mengajakku ke sini lagi?” tanya Naomi sembari menatap restoran mewah yang beberapa hari lalu ia kunjungi bersama Alister beberapa hari lalu. Bedanya, sekarang restoran tersebut telah beroperasi. Meskipun grand openingnya baru beberapa hari lalu, restoran ini sudah cukup ramai. Pengunjungnya pun terlihat berkelas dan bukan orang sembarangan. Naomi masih mengamati semuanya dari balik dinding kaca transparan yang mengelilingi restoran ini. Nama besar yang sudah Alister miliki membuat lelaki itu tak perlu terlalu mengeluarkan biaya untuk promosi. Bahkan, sepertinya tanpa promosi pun restoran ini tetap dapat beroperasi dengan baik. Bahkan, lelaki itu juga berhasil membuat restoran yang nyaris bangkrut kembali berjalan sebagaimana mestinya. Alkanna. Itulah nama restoran mewah ini. Alister mengatakan jika nama tersebut diambil dari gabungan namanya, nama putranya, dan Naomi. Alister, Ariana, dan Naomi. Entah itu benar atau tidak. Naomi pun tidak mempercayainya. Bahkan, masih

  • Istri Kesayangan Bos Arogan   Kamu Benar-Benar Menginginkannya?

    “Kamu pasti menerobos masuk tanpa izin!” tuduh Raga dengan sorot sinis. Dari semua sepupu Alister, hanya Raga yang berani menantang dan mengganggu Alister secara terang-terangan. Sedangkan sisanya tidak ada yang berani mendebat lelaki itu sama sekali. Bahkan, mereka cenderung menjauhi Alister jika tidak ada keperluan mendesak. Mereka akan berubah menjadi penjilat ulung jika membutuhkan bantuan Alister. Meskipun walau sudah berusaha keras, terkadang Alister mengabaikan permintaan mereka. Hanya Raga yang tak pernah melakukan itu karena merasa bisa mengatasi masalahnya sendiri. Sejak kecil mereka seolah bermusuhan dan bersaing untuk menjadi yang terbaik. Mungkin, lebih tepatnya hanya Raga yang melakukan itu. Sedangkan Alister tidak peduli dengan siapa pun, kecuali yang dianggapnya penting. Dan bersaing dengan Raga bukan salah satunya. “Jangan berisik! Istri dan anakku sedang tidur! Apa yang kamu inginkan? Pergi! Kami tidak menerima tamu!” Alister kembali melontarkan pengusiran pada R

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status