Kepribadian Introvert, pribadi yang fokus kepada pemikiran, perasaan, dan suasa hati yang berasal dari diri sendiri. Introvert bisa jadi karena faktor keturunan atau karena pernah trauma terhadap suatu.
Dalam hal Aliana, Elrick belum tahu apa yang menyebabkan kecenderungan Aliana menjadi pribadi yang introvert. Dan sekarang sudah lebih dari dua jam wanita itu duduk di balik meja kerjanya, ia bekerja dalam keheningan, bahkan lalat terbang pun pasti akan terdengar dengan jelas.
Elrick jadi sangsi, kalau Aliana adalah wanita yang sama dengan wanita yang menggairahkan itu, perbedaannya di antara keduanya sangat singnifikan.
Tapi Elrick harus tetap membiarkan Aliana seperti itu, karena menurut yang ia baca, orang dengan kepribadian Introvert, normalnya mendapatkan ketenangan dan semangat dengan cara menghabiskan waktu sendirian.
Lalu tiba-tiba suara nada dering handphone memecah keheningan itu. Aliana masih nampak acuh, Elrick pun mengabaikannya karena suara itu bukanlah Bunyi dering dari handphone miliknya.
Dan ketika teringat kemungkinan dering handphone itu berasal dari handphone milik Aliana yang sekarang Elrick pegang sebagai Asisten Pribadinya, Elrick langsung mengeluarkan handphone itu dari saku jasnya, yang ternyata itu adalah panggilan video call dengan nama Eomma yang tertera di layarnya.
Elrick langsung menghampiri Aliana dan menyerahkan handphonenya, "Video call dari ibu anda, Nona."
Aliana mengalihkan perhatiannya dari laptopnya ke handphone yang berada di tangan Elrick, kemudian mengambilnya dan langsung menerima panggilan video call itu.
Wajah Aliana seketika tersenyum ceria ketika melihat siapa yang ada di layar handphonenya, senyum yang merubah wajahnya menjadi jauh lebih cantik lagi.
Elrick mendapati dirinya sangat menginginkan senyuman itu ditujukan juga padanya.
"Mommy!" terdengar pekikan nyaring khas anak-anak, dan Elrick merasakan sesuatu yang aneh di dalam dadanya.
"Leon anak kesayangan Mommy. Ada apa sayang?" tanya Aliana, wajahnya melembut dengan senyum manis tak pernah lepas dari wajah cantik dan imutnya itu.
Aliana yang seperti ini, terlihat lebih mudah untuk di dekati, dibanding Aliana yang pendiam dan penyendiri.
'Ah, jadi nama anak itu Leon?' tanya Elrick dalam hati.
"Mom, Eon mo Comas"
"Leon mau Thomas?"
"Iyaaa!"
"Di rumah kan sudah ada banyak Thomasnya, Sayang. Teman-temannya juga Leon sudah punya semua."
"Comasna ucak."
"Oh, Thomasnya sudah rusak? Jadi Leon minta Mommy belikan lagi yang baru Thomasnya?"
"Hooh."
"Ok, Sayang. Nanti pulang kerja Mommy belikan Thomas lagi yaa."
"Yeeeeyyy!" teriak anak itu penuh semangat setelah permintaannya dituruti Aliana.
"Tapi Leon harus menjanjikan satu hal pada Mommy terlebih dahulu."
"Apa Mom?" tanya anak kecil itu.
"Leon harus banyak makan, menghabiskan susunya, jangan nakal, nurut sama Onya dan Opal yaa ... "
"Iyaaa"
"Na!" terdengar suara wanita dewasa yang Elrick tebak itu pasti ibunya Aliana.
"Ya, Eomma?"
"Kamu sudah makan?"
"Aku masih sedikit sibuk. Tapi selesai ini aku akan langsung makan," sahut Aliana.
"Kamu tuh, kalau Eomma tidak mengingatkan pasti tidak akan makan, iya kan?"
Aliana hanya menjawabnya dengan seringaian lebar.
"Mana asisten pribadimu? Eomma mau bicara."
Aliana langsung mengarahkan handphonenya ke Elrick, terlihat di layar wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah terbilang tidak muda lagi.
"Kamu asprinya Aliana?" tanya wanita itu.
Elrick mengangguk, "Iya benar. Anda bisa memanggil saya Ricko," jawab Elrick sambil membetulkan letak kacamatanya.
"Tolong perhatikan pola makan Nonamu yaa! Dia suka lupa makan kalau tidak sering-sering diingatkan."
"Baik," jawab Elrick singkat. Ia masih bingung harus memanggil ibu dari bossnya itu apa? Selama ini ia tidak pernah memperhatikan hal kecil seperti ini.
Elrick berharap Leon akan muncul lagi di layar, besar keinginannya melihat anak itu. Tapi sepertinya hari ini belum saatnya ia melihat anaknya, karena sampai ibunya Aliana mematikan handphonenya, Leon tidak terlihat juga, hanya jerit tawanya saja yang terdengar dari kejauhan.
Dan Aliana, wanita itu kembali diam dan asik sendiri lagi. Elrick meletakkan kembali handphone Aliana di saku dalam jasnya, dan kembali duduk di balik meja kerjanya.
Ingin rasanya Elrick langsung bertanya pada Aliana tentang anak itu, tapi sekali lagi ia teringat pada apa yang sudah ia baca, orang introvert memiliki privasi sendiri yang tidak bisa dimasuki orang asing, dan saat ini Aliana masih menganggap Elrick orang asing.
Maka dari itu Elrick tidak bisa langsung bertanya padanya, karena butuh waktu bagi Aliana untuk bisa menerima dan percaya padanya, seperti kata Jack, Elrick harus bersabar.
"Ada schedule apa siang ini Rick?" tanya Aliana tiba-tiba, meski matanya masih terus mengawasi layar laptopnya.
Elrick langsung membuka schedule Aliana hari ini di tabletnya, "Kosong, Nona. Baru ada rapat dengan bagian perencanaan nanti pukul tiga sore." jawabnya.
"Siapkan mobil, temani saya ke mall!" serunya.
"Siapkan mobil?" ulang Elrick bingung.
Aliana membuka laci meja kerjanya, lalu mengeluarkan kunci mobil dan mengulurkannya ke arah Elrick, "Mulai hari ini, kamu antar jemput saya dengan mobil ini, dan mengantar saya kemanapun saya pergi."
'Sial wanita ini! Dia pikir aku supir apa?' sungut Elrick kesal di dalam hatinya, dengan enggan ia berdiri dari kursi kerjanya, lalu menghampiri Aliana untuk mengambil kunci mobil itu.
"Mobilnya parkir di mana, Nona?" tanya Elrick.
"Mendekat sini, Rick." perintah Aliana, Elrick langsung mendekat dan berdiri di sampingnya.
"Arahkan telapak tanganmu di atas sini!" serunya.
Elrick tahu itu alat biometrik pendeteksi sidik jari. Itu berarti Aliana memberinya akses masuk ke area pribadi gedung ini. Dan tanpa pikir panjang lagi, Elrick langsung mengarahkan telapak tangannya di atas alat itu.
Telapak tangannya sudah terscan dan langsung muncul di laptop Aliana, "Sekarang kamu bisa masuk ke area pribadi manapun yang hanya bisa dimasuki oleh saya. Kamu turun menggunakan private lift khusus Presdir, dan mobil saya terparkir tepat di pintu keluar lift," jelas Aliana.
"Baik, Nona!" sahut Elrick, dan baru akan balik badan ketika Aliana kembali menahannya,
"Tunggu, Rick!" serunya sambil mengeluarkan beberapa kartu dari dalam tas tangannya.
"Ini kartu unlimited, kamu bisa menggunakannya untuk operasional kantor," lanjut Aliana sambil menyerahkan kartu itu ke Elrick.
Dengan enggan Elrick mengambil kartu hitam itu dari tangan Aliana, master kartu di antara kartu lainnya, Elrick tahu karena ia sendiri memiliki beberapa kartu seperti ini.
"Kalau begitu saya permisi dulu, Nona," pamit Elrick, dan setelah Aliana mengangguk, Elrick langsung bergegas ke arah pintu dan keluar dari ruang Presdir itu.
"Siang, Pak Ricko!" sapa sekretaris Aliana yang selalu standby di belakang meja kerjanya yang berada di samping pintu masuk ruang Aliana.
"Siang!" balas Elrick sekenanya sambil terus melangkahkan kakinya sampai ke depan pintu lift khusus Presdir, dan mengarahkan telapak tangannya di atas sensor hingga pintu lift itu terbuka, dan Elrick masuk ke dalamnya.
"Dimana kau?" tanya Elrick pada Jack dengan nada kesal sesampainya ia di tempat mobil Aliana terparkir.
"Saya masih di parkiran, Tuan. Anda mau saya jemput sekarang?"
"Kamu bawa kembali mobil saya ke Penthouse! Wanita sialan itu sekarang menjadikan saya sebagian supirnya! Supirnya, Jack!" Bisa kau bayangkan itu?" gerutu Elrick
"Itu memang termasuk bagian dari tugas Personal Assisten, Tuan. Apa anda lupa, saya juga merangkap sebagai supir anda," sahut Jack mencoba menenangkan Elrick.
"Oh, jadi kau protes yaa saya jadikan supir?"
"Bbukan seperti itu, Tuan. Saya hanya menjelaskan salah satu job desk Personal Assisten," sanggah Jack.
"Bulan depan gajimu saya potong!" geram Elrick melampiaskan amarahnya pada Personal Assistennya itu.
Dengan perasaan tidak tenang, Leuis berjalan hilir-mudik di depan pintu kamar daddy Elrick dan mommy Aliana, ia harus menjelaskan semua yang mengganjal di dalam dirinya pada orang tua angkatnya itu. Tidak ada yang perlu ia takutkan lagi saat ini karena Leia kini telah resmi menjadi istrinya. Jadi apapun resiko yang akan ia terima nantinya ia akan menerimanya. Setelah membulatkan tekadnya, Leuis berniat mengetuk pintu kamar orangtuanya itu, tapi tangannya tertahan di udara karena pintu itu telah terbuka terlebih dahulu, "Leuis, ada yang ingin kau bicarakan?" tanya daddy Elrick dengan mommy Aliana yang berada di sisinya dengan lengan daddy Elrick yang merangkul pinggangnya, "Ya, Dad ... Apa aku bisa meminta waktu kalian sebentar?" "Ok, masuklah!" seru daddy Elrick sambil membuka lebar pintu kamarnya. Leuis membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu tapi menutupnya lagi. Setelah sekian lama terdiam di bawah tatapan penuh tanda tanya daddy Elrick dan mommy Aliana ia pun kembal
"Ya Tuhan, sebenarnya kamu dan Leon telah melewati malam pertama kalian atau belum sih? Karena saat pertama untuk wanita pasti akan mengeluarkan darah, dan juga rasa sakit setelah melakukannya. Bahkan aku masih merasa nyeri hingga saat ini," jelas Leia."Benarkah?" Aletta berpaling menatap Leon yang tengah asik berbincang dengan Axel dan Dritan, kenapa ia tidak merasakan itu semua? Kenapa tidak ada darah di atas sprei mereka? Apa sebenarnya mereka tidak pernah melakukannya?"Apa memang seharusnya aku mengeluarkan darah?" tanya Aletta lirih."Well, memang ada beberapa wanita dengan satu dan lain alasan tidak mengeluarkan darah saat selaput darahnya sobek. Tapi semuanya pasti akan merasakan sakit saat melakukannya untuk pertama kalinya. Seluruh badanmu akan terasa remuk, seperti kamu telah bekerja kefas selama satu hari penuh," jawab Leia.Ia memberengut kesal sebelum melanjutkan,"Padahal, Leuis sudah melakukannya dengan sangat lembut. Tapi tetap saja aku merasa sakit juga. Rasanya mi
"Maaf kami telat!" seru Leon yang melangkah ke arah keluarganya yang sudah berkumpul untuk makan siang bersama sambil menggandeng Aletta. Mommy Aliana yang melihat kedatangan putranya itu tersenyum lembut menyambutnya, "Wajar, pengantin baru. Kalian pasti enggan kan meninggalkan tempat tidur kalian?" "Ah, Mommy memang pengertian sekali," kekeh Leon sambil mencium pipi kanan dan kiri mommy Aliana sebelum beralih memeluk daddy Elrick. Aletta pun turut serta mencium pipi kanan dan kiri mommy Aliana, lalu memeluk daddy Elrick dan menyapa yang lainnya sebelum duduk di samping Leia. "Nah, karena semua sudah berkumpul, kita bisa mulai makan siangnya, silahkan dinikmati!" seru daddy Elrick. Semua anak, menantu, sepupu dan juga keponakannya mulai menikmati hidangan makan siang di restoran mewah itu, yang sengaja daddy booking khusus untuk acara keluarga mereka saja. "jadi, apa kamu mau menetap di Paris atau memboyong Aletta ke sini, Leon?" tanya mommy Aliana. "Kami belum memutuskan ba
Sebenarnya rasa kantuk masih sangat menguasai Leia, tapi ia memaksakan diri membuka kedua matanya yang masih terasa berat saat merasakan belaian halus punggung tangan seseorang di pipinya, yang ternyata adalah punggung tangan Leuis. Leia tersenyum lembut pada suaminya itu sebelum kembali menutup kedua matanya, dan baru saja akan kembali lagi ke alam mimpinya ketika terdengar suara serak Leuis, "Sudah siang, Sayang. Mau sampai jam berapa kamu tidur?" tanyanya. "Aku lelah sekali, Leuis," desah Leia masih tidak mau membuka kedua matanya yang masih terasa berat, belum lagi rasa pegal di seluruh tubuhnya terutama di area pangkal pahanya. "Apa aku yang membuatmu lelah?" Perlahan kedua mata leia membuka, ia kembali tersenyum pada Leuis, "apa kamu sudah bangun sejak tadi?" tanyanya sebelum menguap lebar. "Ya," jawab Leuis. "Kamu saja yang sudah bangun sejak tadi masih santai di tempat tidur, jadi biarkan aku tidur dulu ya," pinta Leia. "Karena aku terlalu senang ketika perta
'Keluarkan saja, Sayang, jangan ditahan-tahan," bisik Leuis yang berusaha menahan gairahnya sendiri. Ia harus membuat Leia sampai puncaknya lebih dulu untuk melancarkan dirinya saat akan menembus milik wanita itu nantinya. Dan tidak lama kemudian Leia meneriakkan namanya saat wanita itu telah mencapai puncaknya, Leuis pun menangkup wajah Leia, "Tahan sebentar, Sayang. Aku akan masuk sekarang ... " Seketika itu juga Leia yang telah kembali menjejak bumi menjadi panik, tubuhnya seketika menegang, "A ... Aku takut!" ia mulai mendorong Leuis meski tanpa hasil. "Apa yang kamu takutkan?" tanya Leuis, gairahnya sudah berada di ujung tanduk, tapi Leia malah terus berusaha mendorongnya. "Aku takut tidak muat," jawab Leia sambil terus mendorong Leuis. "Sstt Leia, tatap mataku!" "Apa kamu percaya padaku?" tanya Leuis saat mata mereka telah terkunci. "Iya, tapi ... " "Awalnya memang akan terasa sakit, tapi rasa sakitnya tidak akan sesakit jarimu teriris pisau, Sayang." "Aku
"Eitss ... Mau ke mana buru-buru sekali?" tanya Axel mencegah Leia dan Leuis yang sedang menuju lift yang akan membawa mereka ke kamar mereka. "Tentu saja melakukan malam pertama kami!" jawab Leia tanpa malu-malu lagi, tapi segera menggigit lidahnya saat melihat siapa yang berada di belakang Axel, tante Keizaa dan om Alson yang tengah mengapit putri mereka, Alexa, sementara Alarik yang beberapa bulan lebih tua dari Leia melangkah di belakang mereka, "Astaga, tamu masih banyak, kenapa tidak bersabar dulu?" keluh tante Keizaa, kulit putih bersihnya yang tanpa noda itu menurun pada putri satu-satunya, Alexa. "Biarlah, Snow ... Melarangnya sama dengan melarang Eomma, tidak akan bisa," kekeh om Alson. Ini bukan kali pertama omnya itu menyamakan Leia dengan oma Sonya. Tidak ada satupun anak oma Sonya yang mengambil sifat bar-barnya, sifatnya itu malah menurun pada cucunya, Leia. Sementara sifat dingin dan cuek opa Alex menurun pada cucunya juga, Alarik. Pria itu seperti memiliki d