"Kenapa kau senyum-senyum begitu?" tanya Mia.Di hadapan Mia, kini Chloe tengah bercermin sambil menyungging senyum. Sesekali Chloe nyengir tidak jelas. Sementara di samping Chloe, ada seorang MUA yang sedang merias wajahnya. Hari ini ada pemotretan untuk sebuah majalah dewasa."Hei!" tegur Mia karena Chloe tidak kunjung menjawab."Apa sih!" dengus Chloe."Apa kau sedang kesurupan?" seloroh Mia."Sembarangan!" Dengan cepat Chloe menendang kaki Mia.Selesai make up, Chloe harus segera menuju studio foto. Mia memilih menunggu di ruang lain sambil menikmati anggur.Sekitar saju jam berlalu, Chloe kembali menemui Mia dan mengajaknya makan siang di sebuah restoran."Kau datang nanti malam kan?" tanya Chloe."Aku usahakan," jawab Mia. "Sepupuku sedang ada di rumahku, jadi aku tidak bisa lama-lama pergi.""Pokoknya kau harus datang," tegas Chloe.Mereka menghentikan obrolan untuk beberapa menit karena makan siang di atas meja sudah terlihat menggoda."Chloe!" panggil Mia dengan nada berbisik
"Aku amati sedari tadi kau kelihatan sedang jengkel?" tanya sang suami yang sudah lebih dulu selesai makan malam.Sedari tadi Josh mengamati tingkah sang istri memang terlihat grasah-grusuh. Cara dia menyendok, menyuap bahkah mengunyah, nampak jelas sedang menahan sesuatu."Hei!" tegur Josh karena Lily tidak menjawab."Maaf, aku memang sedang kesal," jawab Lily. Ia menelan lebih dulu makanan di dalam mulut lalu disusul dengan meneguk air putih."Kenapa?"Lily lebih dulu mengusap bibirnya dengan tisu sebelum kembali berbicara."Aku bertemu dengan Chloe," kata Lily kemudian."Sungguh?" Josh sudah membulatkan mata. "Di mana? Jadi dia memang sudah kembali?"Lily mengangguk. "Kenapa juga dia harus kembali. Aku bahkan terus berharap kalau dia tidak lagi muncul di sini."Josh mengerti bagaimana perasaan Lily saat ini. Memutar kembali memori yang dulu, Josh juga tidak kalah kesalnya dengan Chloe. Karena rasa cinta pada Chloe, Noah sampai berani melawan omongan orang tua. Memang tidak terlalu
Clara masih betah duduk di sofa ruang tamu. Sementara di luar sana, sudah dipenuhi para tamu undangan. Kemungkinan ada dua ratus orang.Clara perlahan mengusap air mata dan berdiri. Ia mendekati tirai untuk mengamati keadaan di luar sana."Mereka membiarkan Chloe menggapai mimpinya, tapi aku … aku mereka biarkan menderita."Dari sini terlihat jelas wajah bahagia yang terpampang pada keluarganya sendiri. Ayah, ibu, mereka berdiri di samping Chloe yang dengan bangganya memamerkan keberhasilannya."Harusnya aku tidak datang," kata Clara sambil berbalik dan bersandar. "Aku datang hanya karena ingin menghormati undangan Chloe. Tapi … di sini aku hanyalah orang asing.""Apa aku harus berdiam diri di sini?"Clara menengok lagi ke riuh para tamu. Ketika sudah merasa yakin, Clara memutuskan untuk ikut bergabung dengan para tamu.Saat dua kakinya melangkah sampai di ambang pintu, ponsel Clara bergetar. Clara berhenti dan memeriksa ponselnya lebih dulu."Glen?" celetuk Chloe begitu melihat nama
"Andai saja ayah dan ibu tidak mengijinkan mereka menikah, semua ini tidak akan terjadi!" maki Chloe dengan lantang.Tak ada yang tersisa di rumah ini karena semua tamu sudah pergi sejak sejam yang lalu. Mia yang rencana malam ini akan menemani Chloe juga memilih pulang karena sepertinya suasana sedang tidak pas."Tenang, Sayang." Tania mendekat dan coba menenangkan."Bagaimana aku bisa tenak!" salak Chloe lagi. "Mereka begitu dekat, Bu! Andai saja dulu kalian menolak saat orang tua Noah melamar Clara."Bill yang biasanya lebih sering diam kini pasang dada karena merasa kesal. "Apa kau mau bertanggung jawab jika perusahaan ayah bangkrut? Selama ini keluarga Noah yang menyokong dana perusahaan ayah.""Uang, uang, uang terus yang kalian pikirkan." Chloe melambai-lampai tangan sambil mondar-mandir. "Coba pikirkan aku!"Bill maju lagi dan kali ini menatap tajam wajah Putrinya itu. Chloe yang merasa tatapan ayahnya kali ini berbeda, sedikit merasa ketakutan. Ia bahkan sampai menggenggam le
Setelah mengantar Jou ke sekolah, Clara pergi ke butik ibu mertuanya. Dia sudah tidak lagi bekerja di sana, tapi hanya sekedar membatu di waktu senggang. Saat ini Clara tengah melayani salah satu tamu yang bulan depan rencananya akan menikah."Apa menurutmu gaun ini cocok untukku?" tanya wanita berkulit agak gelap itu.Clara tersenyum sembari mengamati penampilan wanita itu dengan saksama. "Tentu saja. Semua mata pasti akan terpana melihatmu.""Sungguh?" Wanita itu meliuk-liuk di depan cermin untuk memastikan. "Tapi sepertinya aku agak gendut?"Clara bergeser lebih dekat lalu mensejajarkan badannya dengan wanita itu. Mereka sama-sama menghadap cermin."Kalau begitu, kurasa aku juga gendut."Wanita itu tersenyum malu-malu.Setelah wanita itu selesai melepaskan gaunnya, kini Clara mengajaknya duduk untuk sekedar berbincang-bincang. Perangkat pernikahan tentunya bukan hanya sekedar gaun, tapi juga ada hal lain seperi: sepatu, parsel bunga, aksesoris dan lain-lain."Aku Lika." Wanita itu
Tidak ada pilihan lain selain Clara menuruti keinginan Chloe. Clara akhirnya datang ke rumah orang tuanya bersama Jou, asal dengan satu syarat Chloe jangan bicara macam-macam kepada Jou."Ini rumah siapa Mom?" tanya Jou heran ketika sudah turun dari mobil.Selama ini, Clara tidak pernah mengajak Jou ke rumah kakek neneknya. Bukan karena tidak mau, tapi Clara tidak berani meminta ijin pada Noah. Dan lagi, Clara sadar betul kalau ayah ibunya tidak terlalu berharap Jou akan datang. Mereka terlalu sibuk dengan pekerjaannya."Ayo Jou!" Chloe merebut tangan Jou dari genggaman Clara. "Kita masuk!""Aku mau sama Mommy!" kata Jou yang langsung melepas tangan Chloe.Karena ditolak, Chloe berdiri tegak lagi namun matanya lurus tajam menatap Clara. Bibir mengatup rapat, Chloe menguatkan gigi atas dan gigi bawah.Clara paham, sejahat apapun Chloe, dia tetaplah ibu Jou. Rasanya akan sangat jahat kalau Clara mencegah Jou berdekatan dengan Chloe. Entah Clara yang terlalu baik atau bodoh, yang jelas i
Selesai menidurkan Jou di kamarnya, Noah berjalan menuju kamarnya sendiri sambil menggandeng lengan Clara."Aku meneleponmu beberapa kali, tapi kenapa tidak di jawab?" tanya Noah.Langkah Clara mendadak berhenti dan memutar leher menghadap sang suami."Kau hanya meneleponku sekali kan? Itu pas kebetulan aku sudah masuk ke kompleks. Benarkan?"Pletak!Noah menjitak kening Clara hingga membuat wanita itu mengerutkan sebagian wajah."Sakit," rintihnya.Noah berdecak kesal, tapi tangannya kembali melingkar di lengan Clara. "Kau cek saja nanti ponselmu!"Clara menggembungkan kedua pipinya lalu menurut saja. Dan sesampainya di kamar, Clara langsung membuka tasnya untuk membuktikan kalau Noah memang beberapa kali menghubunginya.Noah sudah duduk ranjang sambil menjambret majalah harian, menunggu bagaimana reaksi Clara kalau sudah membuka ponselnya."Heeeh!" Clara terlihat membelalakkan mata begitu melihat layar ponselnya. Perlahan lehernya memutar hingga tatapan mata bertemu dengan Noah.Tid
Kejadian-kejadian lucu akhir-akhir ini sering terjadi. Semakin dekat hubungan, Clara jadi tahu bagaimana sifat asli Noah yang suka usil. Noah juga sudah tidak canggung lagi melakukan apa pun terhadap Clara sekalipun hal yang sensitif.Karena semalam merasa kesal dijahili, Clara ngambek dan piama baru itu urung dipakai. Meski begitu, Noah tidak marah atau memaksa karena dirinya sudah puas melihat Clara kesal."Wajahmu semalam sangat lucu," celetuk Noah saat Clara tengah berbenah kamar.Clara menepuk-nepuk bantal dan menatanya di ujung. "Kau suka melihatku kesal?""Entahlah, tapi kau lucu."Dasar menyebalkan! Dia pikir aku mainan!Clara kembali memunggungi Noah yang tengah duduk menikmati teh hangatnya. Sementara Clara kembali sibuk dengan ranjangnya yang belum rapi juga.Ponsel Noah tiba-tiba berdering."Ya, Halo."Noah menyesap tehnya sebelum orang dibalik ponsel bicara."Aku sudah kirim file yang kemarin kau minta ke emailmu," kata Betrand. "Besok aku harus ke Singapura lagi bersama