Share

Kedatangan Lauren Clarke

Author: Ainin
last update Last Updated: 2023-12-01 09:07:22

Stella mengejar langkah Bian yang sengaja memintanya untuk bicara berdua kala ibunya mulai tenang dan tertidur.

Bagaimanapun ini harus diluruskan, bagaimana bisa Bian seenaknya begitu? Dia kira hamil dan melahirkan itu mudah? Setelah melahirkan, dengan sangat santai mereka akan berpisah? Benar-benar tidak punya hati! Seenaknya membuat keputusan dan seenaknya pula mengakhiri semuanya.

"Bian!"

Pria yang sedang duduk di kursi belakang itu tampak acuh saat Stella memanggilnya. Hal yang membuatnya bergerak dan berdiri dihadapan Bian.

"Bian ... kau harus memikirkan semua ucapan dan janjimu itu. Bagaimana bisa kau malah menyetujui permintaan Mama? Siapa yang akan mengandung anakmu? Aku?" tanyanya dengan wajah yang memerah, tampak hampir marah karena pria ini bertindak sesuka hatinya.

Memutuskan sesuka hatinya, memaki sesuka hatinya. Dia kira dia siapa? Stella sudah tidak mau berurusan dengannya lagi dan bagaimana mungkin Bian malah mengatakan hal itu.

"Aku juga tidak memintamu mengandung anakku!" Bian berkata tajam dengan matanya yang menatap nyalang pada Stella. "Memangnya aku memintamu melakukannya? 'Kan tidak ada! Mama dan permintaannya hanya kusetujui di depannya saja, aku tidak berniat untuk membuatnya menjadi kenyataan."

Stella menghela napasnya lega.

"Kau harus menepati janjimu, ceraikan aku seminggu lagi. Aku tidak mau lagi bersamamu," ucap Stella tegas, hingga Bian merasa agak kesal mendengarnya.

"Lalu kau akan meninggalkanku dengan semua ini?!" Pria itu bangkit seraya memukul meja dengan emosi. "Kau harus membantuku sebentar lagi. Aku akan membuat rencana yang mengatakan kalau kau mandul, untuk membuktikan semuanya pada Mama kalau kita tidak bisa memiliki anak bersama."

"Kau gila, ya? Kau mau mengulur waktu lagi? Aku tidak bisa begini, aku tidak mau!"

"Stella!" bentak Bian dengan tatapan menajam. "Aku akan membayar waktumu yang sudah terbuang ini. Kau jangan membuat Mama semakin parah!"

Jantung Stella terasa berdegup kuat mendengar suara Bian yang meninggi. Tidak seharusnya dia bertingkah begini? Tubuh gadis itu melemah, hingga bersanggakan meja.

"Aku hanya membutuhkanmu sampai Mama percaya kalau kau mandul, setelahnya aku akan memintamu pergi."

Stella memegang dadanya yang sakit, ada yang menekan jantungnya hingga dia merasa lemah.

"Kenapa harus aku yang mandul? Kenapa tidak kau saja?! Bukankah kau yang tidak tertarik pada wanita manapun?" tanyanya lemah membuat Bian melembutkan wajahnya dan menghela napas pelan.

"Aku tidak mandul dan Mama tahu itu sejak dulu. Kalau kau, bisa saja menjadi satu alasan." Bian berkata datar, membuat Stella menghela napasnya pelan. "Aku akan tetap mengurus perceraian kita, tapi sebelum Mama percaya kau mandul, aku tidak akan menandatanganinya."

Hati Stella terasa seperti diiris kuat akibat ucapan Bian. Namun, dia harus kuat dan memikirkan ibu mertuanya juga. Walau hatinya tidak rela kala harus membohongi ibu mertuanya yang sudah begitu baik. Namun, untuk melakukan apa yang diminta oleh ibu mertuanya dia tak mampu. Stella tidak mau tubuh dan hidupya hanya akan dimanfaatkan oleh Bian, ada banyak sekali kerugian yang akan dia alami.

Pertama, dia takkan lagi perawan andai Bian melakukan hubungan percintaan dengannya. Kedua, hamil itu tidak mudah, ada hormon, perubahan kulit, kerusakan kulit yang elastis dan semacamnya. Belum mual muntah yang identik di alami oleh ibu hamil, belum yang lainnya.

Yang ketiga adalah hal yang membuatnya tidak siap, melahirkan. Itu sangat menyakitkan, apalagi kalau Bian hanya akan membuatnya hamil bayinya, lalu bayinya akan diserahkan pada ibu mertuanya untuk dirawat dan setelahnya mereka akan bercerai.

Penderitaan apalagi setelah ini? Dia benar-benar tidak sanggup merasakan dan mengalaminya. Stella memang ingin menikah dan melahirkan, tapi dengan pria yang akan tulus mencintainya, yang akan berjuang untuk dirinya. Bukan dengan begini caranya, karena kalau begini maka dia yang akan merasakan sakit seorang diri, sementara Bian hanya akan diam dan acuh seperti selama ini.

"Baiklah, aku akan-"

"Ternyata seperti itu ..."

Bian menegang mendengar suara yang ada dibelakang tubuhnya. Sontak saja dia menoleh, dengan Stella yang sama-sama membeku akibat takut.

"Tante Lauren ... Apa yang membuat Tante datang?" Bian dengan gugup tapi berusaha terlihat tenang bertanya, membuat wanita berpakaian jas putih itu tersenyum miring.

"Ini kunjungan rutinku kerumah. Kenapa? Kalian kaget mengetahui aku datang dan mendengar semua pembicaraan kalian?" tanyanya seraya melangkah lebih dekat pada dua manusia yang mulai tak bisa mempertahankan ketenangannya itu. "Hebat sekali kau Biantara Dominic, keponakanku yang ternyata sangat kejam dan pengecut! Ck, ck, ck ... apakah kau putra dari ibumu? Kau tidak merasa bersalah akan membohonginya?"

Bian menelan ludahnya gugup, dia tak pernah bisa berhadapan dengan adik Ibunya yang jauh lebih skakmat dalam membalas perkataan orang. Lauren adalah seorang pengacara yang terkenal dan memiliki nama baik di kota ini. Sikapnya terang-terangan, ucapannya pedas tapi dia penuh kasih sayang dan dapat dipercaya.

Bian sudah terjerat masalah saat ini karena pembicaraannya didengar oleh adik Ibunya yang tidak bisa disuap begitu saja. Benar-benar sial! Double sial!

"Tidak perlu memaki dalam hatimu," ucap Lauren dengan senyum sinis, apalagi saat melihat Bian gelagapan. "Aku sudah lama tahu kalau hubungan kalian sangat membosankan, terutama bagi Stella yang merupakan seorang wanita," lanjutnya seraya melihat ke arah Stella yang diam menunduk. "Disia-siakan itu sangat menyakitkan, tidak dihargai, tak di anggap berharga. Bukan begitu, Stella?"

Stella tak bersuara, pun Bian yang mematung tak tahu harus bicara apa pada Lauren yang sudah tersenyum lagi dan membuka tasnya.

"Aku mencabut gugatan perceraian yang kau ajukan lewat pengacara lain," ucap Lauren

seraya meletakkan berkas di meja, membuat bola mata Bian dan Stella membulat. "Kau tidak bisa memintaku mengajukannya lagi karena semua sudah ada di tanganku. Aku Lauren Clarke, pengacara ternama di kota, tidak akan ada yang bisa mengambil apa yang sudah kuambil apalagi dari keponakanku sendiri."

Bian tak bersuara apapun, dia hanya diam dengan rasa kesal yang tertanam. Sementara Stella, dia meremas tangan dengan erat karena merasa takut atas apa yang sudah terjadi dan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Aku akan beritahukan ibumu soal apa yang sudah kalian bicarakan," lanjut Lauren seraya menatap Stella dan Bian bergantian. "Aku sangat malu pada kalian, terutama padamu Bian. Kau adalah keponakanku yang kubanggakan, putra kebanggaan ibumu. Namun, kau tega menipunya dan memperalat seorang wanita? Astaga, luar biasa ... Kalau kau dilaporkan ke polisi, kau akan terkena hukuman penjara yang mungkin akan lama. Dan kau Stella, kau punya kuasa untuk melakukannya. Perlukah Tante mendampingimu membuat laporan?"

Stella membulatkan matanya, pun Bian yang sejak tadi diam.

"Tante tidak perlu repot-repot," ucap pria itu membuat Stella menatapnya yang sudah tersenyum lebar dan memegang bahu Lauren dengan sikap akrab. "Maaf atas kekeliruan yang sudah kulakukan, masih ada waktu. Aku dan Stella akan memperbaikinya dan melakukan dengan sungguhan apa yang diminta oleh Mama."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kontrak CEO : Hamil Sebelum Bercerai!    Kekasih?

    Bian yang mendengar pertanyaan Stella, menoleh dengan alis terangkat. "Sejak kapan kau peduli aku marah atau tidak?" tanyanya membuat Stella merengut pelan dan berjalan mendekatinya. "Sikapku menyebalkan di matamu?" tanya Stella, begitu tiba di depan mejanya sampai Bian harus mengangkat kepala demi menatap wajahnya. "Aku berulang kali membuatmu emosi, aku sadar sudah salah. Tiba-tiba saja aku berpikir, kenapa aku harus sensitif padahal tidak ada sesuatu yang berlebihan yang kau lakukan? Mengingat semua itu, aku jadi tidak nyaman lama-lama di cafe, makanya aku pulang." Bian menghela napas, lalu bangkit setelah mematikan laptopnya dan berjalan menghampiri Stella yang diam menunggunya. "Kesalahan yang kulakukan memang pantas membuatmu benci padaku, aku akhirnya merasakan bagaimana perasaanmu saat kata-kataku dulu selalu menyakitimu." Bian meraih tangannya, menatap wajah Stella dengan lembut lalu kembali berkata. "Masih ada banyak waktu bagiku untuk mengubah semua itu dari dalam pik

  • Istri Kontrak CEO : Hamil Sebelum Bercerai!    Merasa Bersalah

    Sampai di cafe, Stella turun sambil berpikir. Kemungkinan tadi dia terlalu sensitif, kehamilan membuatnya makin sulit dan sering memikirkan hal-hal yang menyakiti hatinya sendiri. Padahal Bian sudah berusaha melakukan yang terbaik untuknya dan berubah, tapi apa yang Stella lakukan tentu saja bisa membuat pria itu muak dengan sikapnya. "Harusnya aku tidak membuatnya emosi tiap hari." Menghela napasnya, Stella berjalan memasuki cafe. Suasana tidak begitu ramai pagi ini tapi dia tetap berusaha untuk bekerja, merapikan meja dan menyapu lalu duduk di kasir sementara Lyra menyiapkan makanan yang dipesan oleh pelanggan. Mereka bekerja sama dengan bakery dan cake yang tidak jauh dari tempat ini. Toko bakery and cake itu akan mendistribusikan hasil-hasil kue buatan mereka pada Stella yang membuka cafe lalu bekerja sama dengan sistem harga reseller. Jadi, kalau ada pelanggan yang ingin duduk-duduk dengan santai maka pihak bakery and cake langsung mempromosikan supaya mereka ke cafe

  • Istri Kontrak CEO : Hamil Sebelum Bercerai!    Marah?

    Stella sebenarnya mengatakan semua itu dengan sangat santai pada Bian tapi entah mengapa karena menyebut kata 'ibuku', Bian adi perasaan sendiri teringat dengan kesalahannya. Namun, meski begitu dia tetap meminta pelayan untuk membuatkan makanan yang diinginkan oleh Stella, pelayan itu datang dari rumah utama alias tempat ibunya tinggal dan membawa makanan yang diinginkan Stella. Sebenarnya semua ini dirasa terlalu berlebihan, padahal Stella sudah bilang kalau dia bisa membuatnya sendiri. Namun, Bian menyebalkan dengan kata posesif yang ada di dalam dirinya. Membuat Stella juga tak bisa membantah dan memutuskan untuk langsung makan saja karena dia sudah lapar. "Apakah ini yang namanya mengidam? Kudengar, seorang ibu hamil biasanya akan menyukai makanan-makanan random. Kau mendadak menginginkan makanan asia seperti ini, kau sedang mengidam?" tanya Bian sambil menyuapkan satu potong daging ke mulutnya. "Mungkin saja, aku juga tidak begitu tahu karena Ini pertama kalinya aku hamil

  • Istri Kontrak CEO : Hamil Sebelum Bercerai!    Rindu Masakan Ibu

    Stella memejamkan matanya, merasa lelah dengan segala permintaan Bian yang selalu dia dapatkan. Setiap hari, pria ini pasti akan selalu mengungkit tentang itu dan memintanya untuk tidak pergi. Dengan sikapnya yang berubah-ubah, Stella justru takut dengan kenaikan yang diberikan Bian padanya. "Aku tidak meminta banyak, aku hanya meminta supaya kau tidak pergi meninggalkan kami. Aku sudah berjanji akan memberikan separuh sahamku kepadamu, kenapa sulit sekali bagimu untuk membuat keputusan kecil itu jika aku bisa memberikanmu sesuatu yang besar?" Selepas mandi habis melakukan percintaan itu, Bian kembali bertanya dengan duduk di atas ranjang yang sama dengannya. Sementara Stella sudah terbaring dengan dua bantal yang dia sadari hingga tubuhnya terlihat nyaman. "Kau tahu, seumur hidup itu tidak sebentar." Stella memulai ucapannya dengan lembut, tak mau berdebat dan tak memancing emosi pria ini. "Kau memintaku tetap bertahan setelah kita bercinta, hampir setiap hari memintaku melakuk

  • Istri Kontrak CEO : Hamil Sebelum Bercerai!    Permohonan Di Tengah Percintaan

    "50% saham hanya untuk bercinta denganku? Apakah kau merasa itu semua masuk akal?" Masih diposisi yang sama, Stella tak bisa lepas dari kungkungan Bian karena pria ini terlihat begitu serius ingin melakukannya. "Bukankah kau yang meminta syarat itu? Aku hanya berusaha untuk menurutinya supaya mendapatkan apa yang aku mau, sekaligus kau tidak merasa rugi dengan permintaanku." Bian menjawab dengan santai membuat Stella menarik napasnya tak percaya. "Bian, tidak ada untungnya-" "Ada, apakah kau meremehkan hasrat seorang pria sepertiku? Aku punya istri dan aku tidak bisa menyentuhnya dengan leluasa karena dia tidak percaya padaku dan masih sakit hati, jadi aku hanya berusaha untuk menggapai hatinya. Apapun akan kulakukan untuk itu, masih tidak percaya?" Stella terdiam, dia ingat sesuatu yang pernah dikatakan orang termasuk wanita-wanita yang pernah menikah. Mereka mengatakan kalau suami mereka rela melakukan apa saja jika sudah ingin melakukan hubungan suami istri. Bahkan ketika mer

  • Istri Kontrak CEO : Hamil Sebelum Bercerai!    Sebagian Saham

    Stella menatap wajah Bian yang sepertinya tak ada niatan untuk melepaskannya. Wanita itu sudah mencengkram selimut saat merasakan Bian menyapa bagian lehernya dengan ciuman dan kecapan mesra. "Bian ..." Bian mengangkat kepalanya, lalu menatap dalam wajah Stella yang sudah menggeleng. "Aku tidak bisa melakukan itu." "Kenapa?" Bian menciumnya dengan lembut. "Bukankah sudah bersedia untuk lebih menerima hubungan ini dan semua perhatianku?" Stella menelan ludahnya. "Tetapi bukan dengan bercinta, 'kan?" ucapnya pelan. "Aku tidak ada mendengar ucapan itu." Bian terdiam, sadar kalau selama ini dia terbawa perasaan sendiri padahal Stella tetap menganggap semuanya sama seperti pertama kali. "Bian ... aku sangat lelah." Bian tersenyum pelan lalu mengusap kepalanya. "Sudah berapa bulan kita tidak melakukannya, kau tidak merindukanku?" Stella menatapnya dengan tatapan tak paham membuat Bian tersenyum lagi. Gila, dia yang terbawa perasaan sendiri dengan hubungan dan kedekatan yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status