"Ma ... Stella tak mencintaiku, aku juga tidak pernah bisa mencintainya. Kami tidak akan bisa bersama." Bian Dominic. "Kalau begitu, berikan Mama cucu yang berasal oleh kalian berdua!" Calista Dominic. Stella Danasya Gracia harus menekan rasa sakit di hatinya demi menuruti permintaan ibu mertuanya yang menginginkan cucu. Pernikahan tanpa cinta yang dilakukannya dengan Bian Dominic, sudah berlangsung lima bulan dan itupun karena permintaan ibu mertuanya juga. Bian adalah anak tunggal, sekaligus CEO dan juga pewaris tahta kekayaan keluarganya. Dia sudah pernah menetapkan takkan pernah menghabiskan waktu layaknya suami istri dengan Stella. Namun, akibat permintaan ibunya, dia menuruti permintaan istrinya dan mulai melakukan percintaan itu. Mampukah dia menghadapi suaminya yang perlahan-lahan mulai terasa posesif tanpa dia pahami apa sebabnya?
Lihat lebih banyak"Kepalaku agak sakit."Bian yang sudah terbangun tapi masih memejamkan matanya mendengar ucapan Stella itu dengan jelas. Hal itu membuatnya bangkit dan Stella langsung terperanjat kaget melihatnya.'"Bian ... kau mengigau?"Bian menggeleng lalu mengusap wajahnya dan menatap Stella dengan tatapan serius. "Benar-benar merasa pusing ya? Apakah kau kembali turun darah?"Stella terdiam mendengar pertanyaannya, ternyata Bian mendengar ucapannya barusan kalau dia katakan dengan begitu pelan. Apakah pria ini sudah bangun dari tadi tapi tetap tiduran?"Sejak kapan kau bangun? Ini masih jam berapa, besok kau masih harus bekerja? Kenapa harus menghabiskan waktu di sini." Stella berkata dengan wajah bingung membuat Bian tersenyum pelan."Lupakan saja tentang pekerjaan, aku akan libur total hari ini untuk menjagamu. Biar kuambilkan dulu obat, ya?" ujarnya lalu bergerak turun dan memakai sandal.Stella memperhatikan apa yang dilakukan Bian itu dengan wajah bingung. Kenapa pria itu tiba-tiba aneh d
Saat keluar dari dalam kamar mandi, Bian melihat Stella yang sudah duduk dengan tenang menghadapi hidangan yang diantarkan oleh pelayan. Ibunya pasti yang sudah melakukan semua ini, karena saya tahu Stella hamil ibunya adalah orang yang paling bahagia kedua setelah dia.Tetapi kebahagiaannya tak dilihat oleh Stella sebagai sebuah hal yang wajar. Stella malah berpikir kalau Bian tidak percaya dengan anak yang ada di dalam kandungannya makanya sengaja mengajaknya untuk periksa lagi.Begitulah, pikiran Stella sudah terkontaminasi oleh kata-katanya selama ini. Sulit membuat seseorang yang sudah disakiti percaya pada apa yang dia lakukan."Tuan Muda ..."Bian hanya mengangguk singkat dan membiarkan pelayan itu pergi sebelum berjalan ke arah Stella yang sedang menatap makanan, cemilan, puding serta potongan buah. Bahkan juga ada susu di sana yang membuat Bian tahu kalau ibunya terlalu sigap dalam urusan ini."Mama perhatian sekali," gumamnya membuat Stella menghela napas pelan dan menatapny
Wajah Calista tercengang tak percaya membaca surat dokter milik Stella yang menyatakan tentang kehamilannya. Mata wanita yang sudah lebih separuh abad itu terlihat berbinar, sehingga Bian bisa tersenyum dengan rasa lega di hatinya.Nyatanya, dia masih bisa memberikan sebuah kebahagiaan untuk ibunya walaupun dia sempat menolak semua ini. walaupun dia sempat menyetujui semua ini hanya untuk ibunya tapi kemudian dia berpikir lagi kalau tidak ada salahnya sama sekali saat dia sudah mulai menjalaninya."Stella, sayang ... Mama senang sekali mendengar kabar kehamilan ini. Kalian akhirnya punya anak bersama, Mama senang dan bersyukur sekali, terima kasih banyak sudah bersedia mengandung anak Bian yang selama ini sudah jahat dan kasar padamu."Stella tersenyum dan menggeleng lembut, di hadapan Ibu mertuanya dia mana mungkin menunjukkan keburukan pria yang menjadi suaminya itu. Dia bertekad untuk merahasiakannya saja walaupun memang Ibu mertuanya tahu sebab pria itu adalah putranya."Tidak per
"Ayo pulang," ajak Bian menatap Stella yang sudah berdiri di depan pintu cafenya.Wanita itu mengangguk, dia juga sudah puas di sini jadi ingin pulang sekarang daripada merasa lelah nanti sampai terlalu malam. Stella melihat Bian yang membukakan pintu untuknya langsung masuk, dia malas untuk menolak terlalu banyak karena nanti hanya akan ada perdebatan.Biarkan saja Bian mau melakukan apa, mau itu untuk anaknya atau tidak yang pasti Stella harus tetap menjaga hatinya supaya tidak jatuh begitu saja pada pria ini. Dia juga harus tetap memiliki kemampuan untuk mempertahankan harga diri, karena dia memiliki sifat sering berganti-ganti tergantung bagaimana dia menghadapi kehidupannya.Stella tidak mau nanti sudah terbawa perasaan, pria ini malah kembali pada setelan awal di mana dia merupakan seorang pria angkuh yang sangat menyebalkan. Saat itu setidaknya Stella ingin memiliki harga diri, dengan tidak terlalu banyak berharap dan mengikuti permainannya, maka Stella pasti memiliki kemampuan
Stella melihat kepergian Bian yang sudah meninggalkan cafenya. Dia menghela napasnya dalam-dalam, merasa tak habis pikir walau sudah lelah untuk kembali memikirkan pria itu."Kau merasa dia terkena apa? Kenapa sikapnya seperti seorang pria yang sangat berbeda?" tanya Stella pada Lyra yang juga menyaksikan kepergian Bian."Entahlah, wajah angkuh pria itu sudah hilang banyak. Terakhir kali aku melihatnya waktu itu ketika dia marah-marah padamu. Apa yang membuatnya menjadi seperti itu?"Stella menggeleng. "Entahlah, di awal perjanjian semuanya masih sama saja dan dia bahkan bersikap seperti seorang pria yang paling berkuasa dan sombong. Aku tidak tahu apa sebenarnya yang sudah terjadi, tapi dia benar-benar berubah karena terakhir kali ku ingat. Sejak kehamilanku juga, dia semakin perhatian dan bisa dikatakan posesif. Aku jadi takut anak ini sampai kenapa-napa sebelum lahir," ucap Stella seraya mengusap perutnya."Aku takut nanti anak ini malah kenapa-napa, lalu dia akan menyalahkanku. Ap
Bian duduk di salah satu kursi cafe milik Stella dan memperhatikan sekitarnya. Cafe ini memiliki interior yang cukup segar dengan nuansa anak muda dan tidak begitu mencolok. Cream dan putih adalah warna dasarnya sehingga membuat semuanya terlihat begitu alami ditambah lagi ada beberapa tanaman hidup di dalamnya dan lukisan-lukisan serta coretan tembok yang sepertinya dibuat oleh sosok yang iseng.Bian sudah menikah dengan Stella selama beberapa bulan tapi baru kali ini dia datang dan duduk di sini. Itu karena selama ini dia adalah seorang pria yang menyebalkan dan tak pernah menghargai setelah sama sekali padahal wanita itu juga tak pernah menyusahkannya.Stella justru seorang wanita yang memiliki tekad dan semangat kerja keras yang cukup tinggi. Bian tahu kalau cafe ini dibuka oleh Stella saat mereka baru menikah dan itu menunjukkan kalau Stella tidak mengharapkan uang darinya untuk hidup. Wanita itu lebih memutuskan untuk membangun bisnis sendiri dan menyibukkan dirinya dibandingkan
Bian menatap Stella yang terlihat duduk tenang di belakang rumah. Sejak tadi wanita itu ada disana, setelah dia selesai makan pun dia tetap di sana dan tak beranjak sama sekali. Hal itu membuat Bian sebenarnya agak khawatir tapi karena melihat Stella yang sepertinya suka menikmati suasana asri di halaman rumah, membuatnya tidak mau menganggu untuk saat ini."Dia masih saja menjauhiku padahal dia bisa melakukan apa saja kalau dia mau. Aku tidak akan menolak permintaannya tapi itu memang menjadi sebuah ganjalan besar. Terkadang seseorang ditawarkan itu akan lebih malas untuk melakukan dan mengambil penawarannya dibanding seseorang yang tidak ditawarkan." Bian bergumam lalu menghela napas.Satu hal yang masih disesalinya di saat ini adalah kebodohannya dulu. Kenapa dia harus menyakiti perasaan Stella berulang-ulang? Sekarang meyakinkan wanita itu jauh lebih sulit daripada dia harus mengalahkan rekan bisnisnya di dalam urusan saham."Bian ..."Pria itu menoleh ke arah Stella yang sudah be
Stella tertidur lagi dengan lebih pulas saat ini. Dia memunggungi Bian, tapi pria itu dengan santai memeluknya dari belakang walau Stella belum menjawab tentang permintaan maafnya.Paginya, barulah Stella bangun dengan perasaan yang lebih baik. Dia tak tahu apakah dia benar-benar sakit atau tidak tadi malam, walaupun dia memang tadi malam melepaskan infus dari tangannya dan itu sudah cukup untuk menjadi sebuah bukti kalau dia benar-benar sakit."Sepertinya kehamilan ini tidak mudah kujalani, andaikan saja aku menjalaninya dengan suami yang benar-benar mencintaiku, pasti akan jauh lebih mudah. Dengan Bian yang lebih dulu menyakitiku seperti itu, ingin bermanja dengannya juga bukan sebuah hal yang baik. Biar bagaimanapun, dia tetaplah Bian yang dulu, yang tidak suka denganku." Stella merasa kalau pria ini pun mungkin menyukainya karena dia hamil, semata-mata untuk anaknya. Biar bagaimanapun, Stella tetaplah seorang anak orang miskin yang tidak layak untuk Bian seperti yang dikatakan ol
Stella menatap Bian dengan wajahnya yang kaget. "Apa?"Bian tersenyum, bergerak mendekatinya. "Bermesraan, Sayang. Sudah kukatakan, kalau mungkin aku akan melakukan beberapa hal padamu. Aku hanya ingin bermesraan, kurasa itu tidak salah."Stella menghela napasnya, dia tahu kalau Bian pernah mengatakannya. "Untuk apa? Kenapa harus denganku?" tanyanya hingga Bian tersenyum. "Kau seharusnya bisa melakukannya dengan wanita-wanita yang ada di luar sana, 'kan? Mereka tidak akan pernah menolakmu."Bian mengangguk. "Benar, hanya saja aku tidak mau dengan mereka. Bukankah ada istriku? Kenapa harus dengan wanita lain?" tanyanya santai membuat Stella tak habis pikir.Dia tak mengerti apa sebenarnya yang dikatakan oleh Bian. Padahal dengan uang yang dia punya dia bisa mendapatkan dan melakukan apapun yang dia mau. Biar bagaimanapun, Bian adalah salah satu pengusaha ternama. tidak akan ada yang mau menolaknya kalau dia mencari seperti itu, tapi entah kenapa harus dengannya seperti sengaja ingin me
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.