Share

Memeriksa Kesuburan Stella

Penulis: Ainin
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-01 09:13:48

"Maaf atas kekeliruan yang sudah kulakukan, masih ada waktu. Aku dan Stella akan memperbaikinya dan melakukan dengan sungguhan apa yang diminta oleh Mama." Bian melangkah ke arahnya, membuat Stella mengerutkan dahi. "Kami akan memperbaikinya, iya, 'kan, Stella?"

Stella mengerutkan dahinya makin dalam, dia tak mau. Ini diluar dari kesepakatan! Apa-apaan ini?

"Stella ..." panggil Bian pelan tapi juga tajam dipendengarannya.

Stella menatap dalam-dalam wajah pria tampan yang dingin dan sesuka hatinya ini. Benar-benar brengsek! Kemana rasa berani dari Bian yang selama ini dia tunjukkan? Kenapa tidak muncul di hadapan bibinya?

Tangan Bian terasa melingkar dipinggangnya, menariknya hingga tubuh mereka berdempetan. Stella mengerutkan dahinya dengan mata yang mulai menajam, tapi Bian malah tersenyum seakan-seakan menahan rasa takut dan tak bisa melawan.

"Sebenarnya kami ada masalah dalam rumah tangga, makanya kami bertengkar tadi," ujarnya dengan lembut membuat Stella melotot. "Kami akan memperbaikinya, semuanya. Aku minta maaf karena Tante akhirnya mendengar pertengkaran kami. Aku akan melakukan apa yang aku katakan pada Mama tadi, jangan katakan padanya, ya? Aku tidak mau Mama sakit dan bertambah parah ..." tambahnya seraya menatap Lauren yang tampak menatap sinis.

"Mana mungkin aku akan percaya," balas Louren dengan menaikkan tangannya dan memainkan jemarinya. "Bagaimana aku akan mempercayainya kalau aku mendengar semua yang kalian katakan tadi? Kau kira aku bodoh, ya?!" ujarnya tajam, membuat Bian menahan napasnya dengan kesal sebelum menatap wajah Stella yang hanya diam dengan tak terima.

"Kau tidak bisa membohongi orang yang biasa menghadapi orang yang berbohong. Wajahmu sangat menjijikkan," ucapnya membuat Bian menghela napas dalam dan menatap Stella yang sudah menautkan alis. "Kalau kau-"

Ucapan Lauren terhenti saat melihat Bian mencium bibir Stella dihadapan. Bola matanya bahkan sudah membulat, dengan mulut yang menganga akibat pandangan matanya.

Benar-benar keponakan tidak tahu sopan santun! Namun, senyuman Louren terbit dengan tatapan mulai melembut. Dia melihat Bian yang masih mencium Stella tanpa ada gerakan apa-apa.

"Baiklah, seberapa lama kalian akan bertahan?" batinnya masih sambil tersenyum sinis.

Bian yang sadar Lauren menatapi mereka tampak mengumpat dalam hati. Namun, dia menatap Stella yang tampak mematung. Ini benar-benar membuatnya kesal! Namun, dia tak bisa menahan lebih lama, Lauren bisa lebih curiga.

Hal yang akhirnya membuat Bian menaikkan tangannya dan meremas tengkuk Stella dan menatap mata istrinya itu dalam.

"Kita hanya akting, aku akan menciummu dan buatlah seperti kita seolah benar-benar menikmati ciuman ini. Cepat!" bisiknya membuat Stella tersadar dan segera mengangguk.

Mereka entah secara sadar ataupun tidak segera saling berbalasan ciuman, membuat wajah seperti menikmatinya dan tampak sungguh-sungguh bercouman. Awalnya Bian memang ingin membuat adegan seperti sedang berciuman agar Louren bisa mengerti kalau memang apa yang tadi hanyalah pertengkaran. Namun, semakin dia memagut, semakin dia merasakan rasa manis dari bibir Stella yang tak pernah dia cium sebelumnya.

Ini adalah ciuman pertama mereka, saat menikah dulu pun tidak ada adegan ciuman seperti ini karena mereka hanyalah pasangan yang dijodohkan.

Stella merasa sesak napas saat merasakan ciuman Bian yang mulai menuntut dan terasa seperti bernafsu. Dia menahan dada pria itu dengan tatapan yang mulai panik. Dia takut Bian terjebak dalam ciuman ini dan malah makin sulit untuk saling melepaskan diri.

Apa-apaan itu! Stella takkan mau! Dia tak mau mengalami kerugian apapun! Hal yang membuatnya mengarahkan tangan ke dada pria itu agar melepaskan ciumannya karena dia sudah terlanjur sesak.

"Baiklah kalau itu pertanda kalian berbaikan."

Lauren membuka suara hingga Bian yang sudah terbang dan melayang akibat manis dan nikmatnya ciuman yang dia lakukan tersadar. Dia akhirnya membuka matanya yang sudah memerah, hasratnya bangkit tiba-tiba hanya karena ciuman, entah kegilaan apa yang disisipkan oleh Stella dibibirnya, hingga membuatnya hampir kehilangan kendali.

Dia menegakkan tubuh pada akhirnya, menatap mata Stella yang tampak terengah-engah. Wajahnya memerah, bibirnya tampak bengkak dengan bekas ciuman itu. Benar-benar terlihat cantik, wajahnya dan matanya seakan berbeda dari apa yang sudah dilihatnya selama ini.

Bian menarik napasnya dalam-dalam, lalu memalingkan wajahnya karena merasa khawatir dengan pertahanan dirinya. Namun, tanpa dia ingat kalau tangannya masih melingkar di pinggang Stella yang terasa lebih lemah karena tak bisa menahan dirinya akibat ciuman itu.

Bian menoleh ke arah Lauren yang sudah tersenyum disalah satu sudut bibirnya. Wajahnya tampak lebih baik menatap dua orang yang baru berciuman itu.

"Apakah ada lagi yang ingin Tante lihat?" tanya Bian malah menantang, membuat Lauren tambah tersenyum.

"Stella ..."

Gadis yang baru saja lega akibat Bian melepaskan ciumannya itu menoleh, menatap Lauren seraya mengusap bibirnya yang basah.

"I-iya, Tante?" sahutnya dengan gugup.

Dia masih gemetar akibat apa yang terjadi beberapa menit lalu.

"Aku ingin membuktikan satu hal lagi darimu. Ayo ikut Tante ..." ajaknya membuat Stella menarik napasnya pelan dan melepaskan tangan Bian dari pinggangnya.

Bian tersadar dan segera melepaskan dirinya. Dia menarik napas dalam-dalam dan memutuskan untuk duduk dengan bodoh dan memikirkan semuanya setelah Lauren dan Stella berjalan pergi.

"Bagaimana caraku untuk melepaskan diri sekarang?!" gumamnya dengan jengkel. "Kenapa Tante Lauren harus muncul! Kenapa Tante harus mencampuri semua urusanku dari aku kecil? Aku tidak akan bisa mengalahkannya, dia adalah pengacara yang bahkan lebih ahli daripada pengacaraku. Benar-benar sial!" makinya dengan kesal.

Dia menuangkan air soda yang sudah sejak tadi ada di meja, tapi belum sempat dia nikmati karena kedatangan Stella dan juga Lauren. Benar-benar menyebalkan!

Namun, ada yang salah dengan isi kepalanya. Dia terus menerus memikirkan soal ciuman tadi. Itu adalah saat pertama kalinya dia berciuman dengan wanita, selama ini dia tak pernah berciuman dengan siapapun! Bagaimana bisa dia melakukan itu dengan Stella yang bahkan tak pernah dia lihat sebagai seorang wanita ataupun istri!

"Sadarlah, Bian! Kau tidak boleh terjebak! Kau melakukannya karena ingin melarikan diri! Kau akan melarikan diri, kau akan melarikan diri darinya! Bagaimanapun caranya aku harus melepaskan Stella, aku harus mencari pengacara yang lebih hebat daripada Tante Louren!"

Diteguknya air soda itu dengan kasar, sebelum akhirnya menghentakkan gelas ke meja. Dia menyugar rambutnya dengan kasar dan penuh kekesalan.

"Stella ... maaf, aku akan tetap meninggalkanmu walaupun aku harus merusakmu." Bian berkata dengan sorot mata tajam. "Tidak ada jalan lain selain melakukan apa yang sudah kukatakan! Kita harus tetap bercerai, aku akan tetap menceraikanmu ..."

Bian meneguk lagi air soda itu, lalu menarik napasnya dalam-dalam dan bangkit. Dia menatap sekitar sebelum akhirnya naik ke lantai atas. Saat tiba di sebuah ruangan, dia melihat Stella yang sedang duduk di hadapan dokter pribadi keluarganya.

"Anda tidak mandul, Nona. Rahim Anda baik-baik saja. Anda akan mengandung kalau ada pembuahan yang dilakukan. Anda tetap bisa menjadi seorang ibu."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Kontrak CEO : Hamil Sebelum Bercerai!    Kekasih?

    Bian yang mendengar pertanyaan Stella, menoleh dengan alis terangkat. "Sejak kapan kau peduli aku marah atau tidak?" tanyanya membuat Stella merengut pelan dan berjalan mendekatinya. "Sikapku menyebalkan di matamu?" tanya Stella, begitu tiba di depan mejanya sampai Bian harus mengangkat kepala demi menatap wajahnya. "Aku berulang kali membuatmu emosi, aku sadar sudah salah. Tiba-tiba saja aku berpikir, kenapa aku harus sensitif padahal tidak ada sesuatu yang berlebihan yang kau lakukan? Mengingat semua itu, aku jadi tidak nyaman lama-lama di cafe, makanya aku pulang." Bian menghela napas, lalu bangkit setelah mematikan laptopnya dan berjalan menghampiri Stella yang diam menunggunya. "Kesalahan yang kulakukan memang pantas membuatmu benci padaku, aku akhirnya merasakan bagaimana perasaanmu saat kata-kataku dulu selalu menyakitimu." Bian meraih tangannya, menatap wajah Stella dengan lembut lalu kembali berkata. "Masih ada banyak waktu bagiku untuk mengubah semua itu dari dalam pik

  • Istri Kontrak CEO : Hamil Sebelum Bercerai!    Merasa Bersalah

    Sampai di cafe, Stella turun sambil berpikir. Kemungkinan tadi dia terlalu sensitif, kehamilan membuatnya makin sulit dan sering memikirkan hal-hal yang menyakiti hatinya sendiri. Padahal Bian sudah berusaha melakukan yang terbaik untuknya dan berubah, tapi apa yang Stella lakukan tentu saja bisa membuat pria itu muak dengan sikapnya. "Harusnya aku tidak membuatnya emosi tiap hari." Menghela napasnya, Stella berjalan memasuki cafe. Suasana tidak begitu ramai pagi ini tapi dia tetap berusaha untuk bekerja, merapikan meja dan menyapu lalu duduk di kasir sementara Lyra menyiapkan makanan yang dipesan oleh pelanggan. Mereka bekerja sama dengan bakery dan cake yang tidak jauh dari tempat ini. Toko bakery and cake itu akan mendistribusikan hasil-hasil kue buatan mereka pada Stella yang membuka cafe lalu bekerja sama dengan sistem harga reseller. Jadi, kalau ada pelanggan yang ingin duduk-duduk dengan santai maka pihak bakery and cake langsung mempromosikan supaya mereka ke cafe

  • Istri Kontrak CEO : Hamil Sebelum Bercerai!    Marah?

    Stella sebenarnya mengatakan semua itu dengan sangat santai pada Bian tapi entah mengapa karena menyebut kata 'ibuku', Bian adi perasaan sendiri teringat dengan kesalahannya. Namun, meski begitu dia tetap meminta pelayan untuk membuatkan makanan yang diinginkan oleh Stella, pelayan itu datang dari rumah utama alias tempat ibunya tinggal dan membawa makanan yang diinginkan Stella. Sebenarnya semua ini dirasa terlalu berlebihan, padahal Stella sudah bilang kalau dia bisa membuatnya sendiri. Namun, Bian menyebalkan dengan kata posesif yang ada di dalam dirinya. Membuat Stella juga tak bisa membantah dan memutuskan untuk langsung makan saja karena dia sudah lapar. "Apakah ini yang namanya mengidam? Kudengar, seorang ibu hamil biasanya akan menyukai makanan-makanan random. Kau mendadak menginginkan makanan asia seperti ini, kau sedang mengidam?" tanya Bian sambil menyuapkan satu potong daging ke mulutnya. "Mungkin saja, aku juga tidak begitu tahu karena Ini pertama kalinya aku hamil

  • Istri Kontrak CEO : Hamil Sebelum Bercerai!    Rindu Masakan Ibu

    Stella memejamkan matanya, merasa lelah dengan segala permintaan Bian yang selalu dia dapatkan. Setiap hari, pria ini pasti akan selalu mengungkit tentang itu dan memintanya untuk tidak pergi. Dengan sikapnya yang berubah-ubah, Stella justru takut dengan kenaikan yang diberikan Bian padanya. "Aku tidak meminta banyak, aku hanya meminta supaya kau tidak pergi meninggalkan kami. Aku sudah berjanji akan memberikan separuh sahamku kepadamu, kenapa sulit sekali bagimu untuk membuat keputusan kecil itu jika aku bisa memberikanmu sesuatu yang besar?" Selepas mandi habis melakukan percintaan itu, Bian kembali bertanya dengan duduk di atas ranjang yang sama dengannya. Sementara Stella sudah terbaring dengan dua bantal yang dia sadari hingga tubuhnya terlihat nyaman. "Kau tahu, seumur hidup itu tidak sebentar." Stella memulai ucapannya dengan lembut, tak mau berdebat dan tak memancing emosi pria ini. "Kau memintaku tetap bertahan setelah kita bercinta, hampir setiap hari memintaku melakuk

  • Istri Kontrak CEO : Hamil Sebelum Bercerai!    Permohonan Di Tengah Percintaan

    "50% saham hanya untuk bercinta denganku? Apakah kau merasa itu semua masuk akal?" Masih diposisi yang sama, Stella tak bisa lepas dari kungkungan Bian karena pria ini terlihat begitu serius ingin melakukannya. "Bukankah kau yang meminta syarat itu? Aku hanya berusaha untuk menurutinya supaya mendapatkan apa yang aku mau, sekaligus kau tidak merasa rugi dengan permintaanku." Bian menjawab dengan santai membuat Stella menarik napasnya tak percaya. "Bian, tidak ada untungnya-" "Ada, apakah kau meremehkan hasrat seorang pria sepertiku? Aku punya istri dan aku tidak bisa menyentuhnya dengan leluasa karena dia tidak percaya padaku dan masih sakit hati, jadi aku hanya berusaha untuk menggapai hatinya. Apapun akan kulakukan untuk itu, masih tidak percaya?" Stella terdiam, dia ingat sesuatu yang pernah dikatakan orang termasuk wanita-wanita yang pernah menikah. Mereka mengatakan kalau suami mereka rela melakukan apa saja jika sudah ingin melakukan hubungan suami istri. Bahkan ketika mer

  • Istri Kontrak CEO : Hamil Sebelum Bercerai!    Sebagian Saham

    Stella menatap wajah Bian yang sepertinya tak ada niatan untuk melepaskannya. Wanita itu sudah mencengkram selimut saat merasakan Bian menyapa bagian lehernya dengan ciuman dan kecapan mesra. "Bian ..." Bian mengangkat kepalanya, lalu menatap dalam wajah Stella yang sudah menggeleng. "Aku tidak bisa melakukan itu." "Kenapa?" Bian menciumnya dengan lembut. "Bukankah sudah bersedia untuk lebih menerima hubungan ini dan semua perhatianku?" Stella menelan ludahnya. "Tetapi bukan dengan bercinta, 'kan?" ucapnya pelan. "Aku tidak ada mendengar ucapan itu." Bian terdiam, sadar kalau selama ini dia terbawa perasaan sendiri padahal Stella tetap menganggap semuanya sama seperti pertama kali. "Bian ... aku sangat lelah." Bian tersenyum pelan lalu mengusap kepalanya. "Sudah berapa bulan kita tidak melakukannya, kau tidak merindukanku?" Stella menatapnya dengan tatapan tak paham membuat Bian tersenyum lagi. Gila, dia yang terbawa perasaan sendiri dengan hubungan dan kedekatan yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status