Share

4. Nikah Dadakan

Penulis: Sasa Sun
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-12 21:16:39

Alfreed bersiap dengan setelan kantornya. Usai menyemprotkan parfum di beberapa bagian, pria berjas itu melangkah keluar dari kamar. Langsung dia dikejutkan dengan Kakeknya yang ternyata sudah berdiri di depan pintu.

“Sudah kuduga, kau hanya membohongi kakekmu.” Sang kakek melihat penampilan cucunya yang sudah rapi dengan setelan kantor.

“Membohongi?” Alfreed mengernyit tak mengerti.

“Semalam kau berjanji akan membawa calon istrimu padaku,” jawab Kakek.

“Astaga ... Iya, aku lupa. Tunda saja hari ini. Besok aku janji akan membawanya padamu.” Dengan enteng Alfreed mengganti janjinya ke hari esok sebab dia juga belum memberitahu Paul prihal ini.

“Tidak bisa! Seenaknya saja kau mengganti hari! Aku paling benci yang seperti itu!” Kakek Scott melotot.

“Tapi aku ada meeting pagi, Kek, dan ini penting.”

“Kau bisa menyuruh Paul untuk mewakilimu di meeting, jadi sekarang kau harus mengantarkan aku bertemu dengannya!” Kakek bersikeras.

Jika berdebat dengan sang kakek, Alfreed pasti akan kalah. Jadi mau tidak mau, dia menghubungi Paul, memberitahu bahwa dirinya tak bisa ke kantor hari ini.

Alfreed lalu memandang kakeknya, “Titah Tuan Besar sudah selesai dilaksanakan.”

Memasukkan ponsel ke saku celana, dia lanjut bicara, “Kakek bisa bersiap-siap sekarang. Tapi sebelum itu, aku beritahu sesuatu. Calon menantumu adalah orang yang tidak menyukai sesuatu yang berbau materi, jadi kusarankan agar Kakek menggunakan pakaian terburukmu.”

Sempat mengaga tapi kemudian Kakek Scott tertawa. “Jangan mengada-ada kau, Alfreed. Kau mau menipuku, ya?”

“Menipu bagaimana? Aku tidak pernah kursus acting seperti kakek.”

Hilang tawa kakek seketika. “Di mana-mana orang mau bertemu calon menantu memakai pakaian terbaik. Kau malah menyuruhku sebaliknya.”

“Kakek pikir aku bercanda? Aku sangat serius soal itu. Ini saja aku mau ganti baju,” ucap Alfreed penuh keseriusan.

“Oke, aku akan menurut. Aku penasaran apakah ini karanganmu saja, atau memang benar kau sudah memiliki calon istri ” Kakek langsung putar balik pergi untuk berganti baju.

“Cih, sialan! Dia meragukanku!” gerutu Alfreed kesal.

Alfreed kembali masuk ke kamar. Persis seperti yang dia ucapkan pada sang kakek, dia pun mencari pakaian terburuk miliknya. Namun sampai turun semua isi lemari, tak dia temukan satupun pakaian seperti yang dipinjami Paul kemaren.

“Shit! Baru kali ini aku dibuat pusing oleh wanita,” keluh Alfreed. Dia malah menyalahkan Luisa, padahal gadis itu tak tahu apa-apa. Salahnya sendiri yang bersandiwara.

Bosan mencari, akhirnya Alfreed memutuskan untuk menelepon Paul. Rupanya asistennya itu sudah mengirim pesan sejak lima menit yang lalu.

‘Tuan, saya sudah mengabari Nona Luisa bahwa anda akan menemuinya. Ini kontak Nona Luisa, anda harus menyimpannya agar Tuan besar tidak curiga.’

Tak membalas pesan Paul, Alfreed langsung saja menelepon asistennya.

“Ya, Tuan. Meeting baru saja dimulai, bisakah –“

“Tidak bisa!” Belum selesai Paul bicara, Alfreed memotong.

“Aku hanya ingin tahu di mana kau mendapatkan baju jelek yang kemarin? Aku perlu baju dengan jenis yang sama untuk menemui wanita itu hari ini.”

“Security hotel.”

“Apa?!” Alfreed langsung berteriak.

“Maaf, Tuan. Saya akan lanjutkan meeting, saya akan hubungi anda lagi nanti.” Demi keselamatan hidupnya, Paul cepat-cepat mematikan sambungan telepon.

“Sialan kau, Paul!” Betapa kesalnya Alfreed sekarang. Dia sampai meremas ponsel menahan emosi.

“Bisa-bisanya kau meminjamiku baju security hotel!” Menyibak rambutnya ke belakang, Alfreed berusaha untuk tenang. Tapi dia justru bertanya-tanya soal kemarin, apakah saat dia memakai baju tersebut, security hotel itu sudah melihatnya? Hancur harga dirinya kalau begitu.

Alfreed hendak memaki lagi, namun ketukan di pintu membuatnya urung melakukan.

“Aku sudah siap. Kenapa kau lama sekali? Tidak sedang pakai lipstik, kan?” Ledek Kakek Scott, sebab sudah setengah jam yang lalu dia menunggu cucunya di bawah tapi tak kunjung turun juga.

Alfreed membuka pintu, dan penampilan sang kakek membuatnya menganga, kemeja kotak-kotak dengan celana bahan hitam yang keduanya sudah pudar.

‘Dia benar-benar terlihat seperti kakek-kakek miskin pengangguran,' batin Alfreed.

“Kau belum ganti baju?” Heran Kakek Scott.

“Dari mana Kakek mendapatkan pakaian ini?” Bukannya menjawab, Alfreed malah balik bertanya.

“Kau sendiri 'kan yang menyuruhku memakai pakaian terburukku.”

‘Jangan-jangan itu pakaian yang sengaja dia siapkan untuk beracting lagi di depanku.’

“Kau jangan berpikir macam-macam, ini adalah baju pemberian nenekmu waktu kami baru menikah, jadi aku menyimpannya. Tidak disangka baju ini masih sangat berguna,” terang Kakek.

Sekarang, malah Alfreed sendiri yang kebingungan, sebab dia tak punya baju yang seperti itu. Hampir semua bajunya limited edition, itupun setelah dipakai sekali, dia tidak memakainya lagi.

“Ck ... Ya sudah, kau tunggu saja di mobil, aku akan turun lima menit lagi.”

Tak menunggu jawaban sang kakek, Alfreed langsung berjalan melewatinya. Dia menemui supir kakeknya di belakang untuk meminjam baju.

Sayang, bajunya agak kesempitan. Tapi tidak ada pilihan. Tukang kebun mansion kakek malah berbadan gemuk yang tidak mungkin pakaiannya dia pakai.

Kini, cucu dan kakek itu sudah dalam perjalanan menuju hotel tempat Luisa menginap.

“Hahaha ... Baju siapa yang kau pakai itu?” Kakek terkekeh melihat penampilan cucunya. Kaos berkerah yang ketatnya membentuk seluruh lekuk tubuh Alfreed seperti baju senam.

Bukan dia yang menjawab, melainkan si pemilik baju. “Maafkan saya, Tuan. Saya tidak punya baju yang lebih besar lagi, dan kaos itu adalah yang terbaik yang saya punya.”

“Ooh, jadi itu kaosmu, Robert. Tidak apa-apa. Bagus kok, sangat cocok untuk cucuku.” Sang kakek menjawab dengan sedikit tertawa.

‘Sialan! Kalau bukan kakek kandungku, sudah kuhajar kau, tua bangka!’ Menggeram Alfreed dalam hati.

Daripada terus emosi karena kakeknya, Alfreed memilih untuk mengirim pesan pada Luisa, menanyakan nomor kamarnya.

Namun karena itu dari nomor asing, Luisa tak berani membuka pesan tersebut, khawatir kalau itu adalah pesan dari Selena atau salah satu anak buah Tuan Muda Jose. Bahkan Luisa juga mereject panggilan telepon dari nomor yang sama.

‘Shit ... Apa-apaan, dia ini?!’ Alfreed nyaris memaki, tapi dia tahan sebab sang kakek berada di sebelahnya.

“Robert ... Nanti turunkan kami agak jauh dari hotel,” titah Kakek Scott.

“Baik, Tuan.”

“Loh, kenapa? Kakek mau jalan kaki?” Alfreed yang sejak tadi sibuk dengan ponsel, langsung protes.

“Kan kau sendiri yang bilang kalau calon istrimu tak suka materi. Ya kita harus totalitas.” Rupanya kakek sungguh-sungguh mengikuti permainan Alfreed.

“Oh, iya. Aku lupa.”

“Kau sudah pikun padahal masih muda. Itu tandanya kau harus cepat-cepat menikah.”

Alfreed mencebikkan bibir. Kakeknya itu memang selalu juara prihal membuatnya kesal.

Sampai di lobi hotel, Alfreed berpura-pura ingin ke toilet. “Tunggu dulu di sini, Kek. Aku ingin ke toilet sebentar” Dia berencana menelepon Paul.

Dan begitu Alfreed pergi, kakek Scott langsung menghubungi asistennya.

“Jordan, apa kau sudah menyiapkan apa yang aku minta tadi malam?”

“Bagus ... Langsung bawa saja mereka ke kantor sipil, aku sudah muak bermain-main dengan bocah satu ini. Kali ini jika dia menipuku, akan langsung aku nikahkan dengan salah satu perempuan yang kau bawa nanti.” Kakek Scott menutup telepon begitu melihat Alfreed yang berjalan tergesa ke arahnya. Rupanya niat sang kakek menikahkan cucunya tidak main-main. Dia bahkan akan langsung melakukannya tanpa persetujuan dari Alfreed.

“Ayo! Dia sudah menunggu kita.” Alfreed sudah mengetahui nomer kamar Luisa dari Paul.

Sekarang, mereka sudah duduk bertiga di dalam kamar Luisa. Usai berkenalan, ketiganya duduk berbincang. Ralat, hanya Luisa dan Kakek Scott yang berbincang, sebab Alfreed hanya diam, seperti tidak peduli dengan calon istrinya, bahkan memandang saja tidak. Tentu sikapnya membuat sang Kakek meragukan hubungan mereka.

“Luisa, apa kau benar-benar bersedia menikah dengan cucuku?”

Ditanya begitu, Luisa langsung menunduk. Bingung dia harus menjawab apa. Ingin mengatakan yang sebenarnya, tapi dia teringat dengan Paul yang sudah berjasa dan begitu baik padanya. Alhasil, Luisa hanya mengangguk sebagai jawaban.

“Jika kau dipaksa oleh cucuku yang bodoh ini, kau bisa mengatakannya padaku sekarang,” ucap sang kakek lugas.

“Kek, kau?!” Alfreed hendak menyela, namun tangan kakek membuat dia bungkam.

Luisa menggeleng pelan. “Sama sekali tidak, kami memang sudah merencanakannya, Kek.”

Kakek Scott langsung sumringah. Bangkit dia detik itu juga. “Baguslah! Kalau begitu, kalian harus ikut denganku sekarang. Aku punya kejutan untuk kalian berdua.”

Tidak hanya Luisa, Alfreed pun sama terkejutnya.

‘Mau berulah apalagi dia?’ batin Alfreed.

Sampai di lobi, kakek menelepon seseorang. “Kami sudah di lobi. Kita lakukan plan B, dan tunggu kedatangan kami di sana.”

Tak berapa lama sebuah mobil sedan tua, datang.

“Ayo ayo! Ini hanya mobil sewaan. Aku tak punya mobil jadi aku menyewanya dengan sopirnya juga.”

Alfreed makin terkejut saja.

‘Dia sungguh totalitas, tapi kemana dia mau membawa kami?’

Pertanyaan Alfreed langsung terjawab begitu mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan kantor sipil.

“Kakek, kau?!” sentaknya.

“Ya, kalian harus menikah hari ini. Aku khawatir karena usiaku yang sudah tua, aku tak bisa bangun lagi dan melihat kalian menikah." Kakek Scott bicara seolah dia sudah benar-benar sangat tua dan penyakitan.

“Bagaimana, Luisa? Kau bersedia, kan?” Tidak bertanya pada cucunya, dia justru menanyakan pada calon menantu.

Melirik Alfreed sesaat, Luisa kemudian menganggukkan kepala.

Semua persyaratan surat menyurat sudah disiapkan sang kakek sebelumnya. Hanya tersisa ID card Luisa yang dibutuhkan. Maka setelah itu , pernikahan teramat sederhana keluarga Scott untuk pertama kalinya pun terjadi. Alfreed dan Luisa kini sudah sah menjadi suami istri.

“Aaah ...” Menghela napas panjang Alfreed usai menorehkan tanda tangan. Bukan dia yang memberi kejutan untuk kakeknya, justru dia yang terkejut. Tiba-tiba saja sudah menjadi suami dari wanita antah berantah yang nama lengkapnya pun baru dia ketahui saat ini.

Alfreed lalu melirik ke kanan, dan baru saat itulah dia melihat kalau ada bekas goresan kecil di pipi Luisa. Ditatap terus begitu, tentu Luisa jadi salah tingkah.

“Maaf, karena kami tak bisa memberikan pernikahan impian untukmu, Luisa." Beruntung suara kakek memecah kecanggungannya.

“Tidak apa-apa, Kek.” Senyum Luisa, tulus.

“Dan karena tabungan Alfreed belum cukup untuk menyewa tempat tinggal, jadi kalian masih harus tinggal denganku. Kau tidak apa-apa, kan, Luisa?” sambung kakek lagi.

Alfreed melotot, kali ini tidak bisa dibiarkan. Untuk pernikahan, dia bisa terima. Tapi untuk membiarkan kakeknya tinggal bersama mereka, Alfreed akan menentangnya.

“Tabunganku sudah cukup, Kek.”

“Oh ya? Baguslah!”

Kakek beralih menatap Luisa, “Nak ... Maaf, jika aku merepotkanmu. Sejujurnya uang yang seharusnya aku pakai untuk membayar uang sewa, sudah kugunakan untuk mendaftarkan pernikahan kalian tadi. Jadi bolehkah aku ikut tinggal dengan kalian?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    45. Menjadi Perawat Tuan Muda Jose

    Jose dan Luisa sudah tiba di rumah sakit Santa Antoinette sekarang. Mereka masuk ke ruang dokter yang biasa menangani sang pemimpin Kartel itu.“Sudah lama aku tidak melihatmu terluka, Tuan Muda,” ucap Dokter Miguel sembari meminta Jose naik ke ranjang periksa. Memang terakhir kali Jose terluka sudah setahun yang lalu saat paha kirinya tertancap belati dengan kedalaman lima belas centi. Dan yang menangani adalah dokter Miguel.Tersenyum tipis, pria bertato itu menurut. Begitu dia sudah duduk di ranjang , ditariknya dokter Miguel mendekat.“Tolong kau lebih-lebih ‘kan saja sakitku ini. Bisa ‘kan?” bisiknya.Ternyata Jose ingin mengajak dokter itu bekerja sama menipu Luisa dan jawaban sang dokter sudah pasti setuju. Mana mungkin dia berani melawan perintah pemimpin El Salvador.Dokter Miguel langsung membuka perban yang membalut luka Jose. Diperiksanya luka awal menyeluruh , kemudian baru mengecek luka yang satunya.“Sudah berapa lama luka ini, Tuan Muda?” tanya sang dokter dengan raut

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    44. Scott Ferdinand

    Scott Ferdinand, pria yang sudah memasuki usia lebih dari setengah abad itu berjalan keluar dari kantor Alfreed dengan langkah tegas. Paul yang melihat ekspresi Tuan besarnya merinding seketika. Tak pernah dia melihat wajah semenakutkan itu dari Kakek Scott sebelumnya. "Booking dua pesawat airline. Aku akan berangkat malam ini juga.”Menganga Paul di tempatnya. Menyewa satu pesawat saja sudah membuatnya heran plus bertanya-tanya, tapi ini dua sekaligus yang tentu bisa memuat ratusan orang di dalamnya."B-baik, Tuan." Membungkukkan badan, Paul menyanggupi. Kendati dalam hati dia sangat menyayangkan betapa bodoh perbuatan tuan besarnya itu. 'Bukankah memakai jet pribadi saja sudah cukup untuk mengunjungi Tuan Alfred?!' begitu pikiran Paul yang polos.Tidak tahu saja dia bahwa sore itu Kakek Scott menghubungi orang-orang yang sampai detik ini masih menyimpan kesetiaan penuh terhadapnya. Scott Ferdinand sesungguhnya adalah mantan pemimpin kelompok yang sama besarnya dengan Kartel El S

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    43. Kakek Scott Mengetahui Kabar Alfreed

    “Siapa? Kenapa tidak kau angkat?”Melihat Paul yang hampir menjatuhkan ponselnya lalu menatap layar dengan raut khawatir, membuat Selena jadi ingin tahu.“Maaf, Selena, aku harus pergi sekarang.” Baru selangkah Paul berjalan, wanita itu memanggil.“Tunggu, Paul. Kau mau meninggalkan aku lagi?” Menoleh Paul padanya. “Lagi?”‘Apa-apaan dia ini? Memangnya kami kembali bersama?’ Heran Paul dengan pertanyaan Selena.“Iya ... Ini kedua kalinya kau meninggalkan aku.” Kembali berkaca-kaca mata Selena. Kalau urusan menangis, dia memang jagonya.“Aku harus buru-buru, Selena. Tidak ada waktu lagi. Sudah, ya.” Dibandingkan dengan air mata Selena, bayangan wajah kakek Scott jauh lebih membuat Paul khawatir.Bergegas dia meninggalkan wanita itu bersama tiga orang pengawal lainnya. Mereka langsung menuju pesawat yang saat itu juga membawa keempatnya pulang ke Washington DC.Dan disini ‘lah Paul sekarang, berkutat di kantor dengan pengurusan kompensasi yang akan dia transfer ‘kan langsung ke keluarg

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    42. Cinta Pertama Paul

    Paul menoleh kanan dan kiri, wajahnya panik. Tapi setelah memastikan kekhawatirannya tidak terbukti, dia baru kembali menatap wanita yang memanggilnya tadi.“Mau apa kau datang ke sini?”Wajar Paul panik sebab dia mengira wanita itu datang bersama komplotannya.“Paul ... Kasar sekali kau ini. Baru juga kita bertemu setelah sekian lama.” Ternyata wanita itu adalah Selena, adik tiri Luisa.“Tidak usah banyak basa-basi Selena, aku yakin kau pasti sudah tahu semuanya.” Mengingat bahwa mantan pacarnya itulah yang dulu hendak menjual Luisa, Paul tak mungkin bersikap baik terhadapnya.Tersenyum wanita licik itu. “Ya, aku tahu. Dan aku tak menyangka kalau gadis sialan itu sangat beruntung bisa menjadi pacar bosmu.”‘Pacar? Oh, jadi dia pikir Nona Luisa pacaran dengan Tuan Alfreed,’ batin Paul.“Tapi jangan harap kalian bisa mengambil dia dari Tuan Muda Jose. Itu tidak mungkin,” lanjut Selena.“Bukan urusanmu.” Malas melanjutkan obrolan dengan Selena, Paul melanjutkan langkahnya meninggalkan

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    41. Luisa Tertipu

    Keadaan sudah berbalik sekarang. Yang semula benci, menjadi khawatir. Begitu lah Luisa, terlalu mudah percaya dengan apa yang dilihat oleh matanya. Namun hal itu pula yang menjadi kunci Jose untuk kembali menarik simpati wanita itu.“Asal kau janji tidak meninggalkanku. Aku baru mau.”Tak kunjung mendapat jawaban, Jose melempar senyuman getir pada Luisa.“Aku sudah tahu jawabanmu, Lu. Kau memang tidak peduli padaku.” Berbalik dia membelakangi Luisa.Sesungguhnya memainkan peran bodoh seperti ini, bukan tipe Jose sama sekali. Tapi setelah dia pikir-pikir, patut dicoba juga agar dia bisa kembali merebut hati Luisa.Teramat pahamnya Jose dengan kelembutan hati Lulu kecilnya itu, membuatnya sanggup melakukan hal konyol. Jose ingin Luisa menyerahkan dirinya secara ikhlas tanpa tekanan. “Aku sudah janji akan merawatmu hingga sembuh. Apa lagi yang kau mau? Katakan, aku akan melakukannya. Tapi kita harus ke rumah sakit lebih dulu.” Luisa tak mau menambah janjinya lagi. “Aku tahu kau menjanj

  • Istri Kontrak CEO incaran Tuan Mafia    40. Lengan Kanan Jose Diamputasi?

    Melangkah keluar dari rumah sakit menuju mobil, air mata Luisa tak henti menetes. Dia kuatkan dirinya untuk tegar menghadapi kenyataan ini, padahal sesungguhnya dia sangat sedih. Bagaimana mungkin ada seorang istri yang tega meninggalkan suaminya yg sedang dalam keadaan kritis?Tapi ini ‘lah kenyataannya. Demi mendapatkan kesempatan hidup untuk Alfreed yang hanya fifty-fifty, Luisa nekat menggadaikan dirinya sebagai pertukaran.‘Kumohon, cepat ‘lah sadar ... Kau harus sembuh! Kau benar-benar harus sembuh! Jangan sia-siakan pengorbananku.’ Masih menetes air mata Luisa sekalipun dia sudah berada di dalam mobil yang langsung dikemudikan oleh Andres.“Jangan sampai Tuan Muda melihat wajahmu yang basah.” Andres menyodorkan tissue yang ada di mobil pada Luisa.Tak menjawab tapi wanita itu menariknya beberapa. Dia keringkan pipinya yang terasa dingin karena air mata.“Tuan Muda tidak pernah punya kekasih dan dia juga tidak pernah menuruti perkataan siapapun kecuali Tuan Besar. Kau satu sat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status