Share

Istri Kontrak

Aretha tidak tahu bagaimana kehidupannya nanti setelah ia menikah dengan Elvan. 

Walaupun dulu ia sempat berpikir baru akan menikah setelah ia menginjak usia 30, dan setelah ia telah memiliki penghasilan yang cukup, ia akan memiliki dua orang anak yang sangat lucu dan menggemaskan. 

Sampai saat itu, Aretha tidak pernah sekalipun berpikir bahwa pernikahannya itu akan berawal dan berakhir seperti ini.         

Demi melunasi semua hutangnya yang bodoh. 

Dan demi memberikan perekonomian yang lebih baik untuk dirinya sendiri, Aretha rela menjual dirinya sendiri hanya untuk sebuah kebahagian yang bersifat semu dan mendesak.     

Walau tak bisa dipungkiri, kebahagian ini juga bersifat berkepanjangan. 

Karena dengan hanya mewujudkannya saja, Aretha jadi tidak perlu pusing lagi memikirkan bagaimana caranya ia bisa melunasi semua hutangnya itu di sisa hidupnya. 

Ia kini berlenggang dengan cantik tanpa adanya beban.     

Apapun itu, ini adalah pilihannya.     

Setidaknya walaupun ia bukan sedang menjalani sebuah pernikahan yang didasarkan pada sebuah cinta dan juga sikap yang baik dari seorang suami pada istrinya, Elvan syahreza tidak pernah sejauh ini memperlakukannya dengan buruk. 

Pria itu hanya bersikap dingin dan menjaga jarak.     

Ia tidak ingin didekati dan tidak ingin juga mendekati. Tidak suka di ganggu dan tidak juga ingin mengganggu. 

Jadi, di hari pertama pernikahan mereka, Aretha dengan bebas bisa bersantai dan bermalasan ria dengan semua fasilitas yang di dapatkannya di rumahnya yang baru.     

Seperti kata Dirga, rumah ini terdiri dari dua lantai. 

Lantai satu yaitu lantai bawah, terdiri dari sebuah ruang tamu, ruang keluarga, ruang kerja, dapur, dan satu kamar mandi kecil serta satu kamar pembantu.     

Lalu lantai atas yaitu di lantai dua, ada 3 kamar tidur yang masing-masing memiliki kamar mandi sendiri di dalamnya. 

Dan Aretha telah menempati salah satu diantaranya. Begitu pula dengan Elvan, yang telah menempati satu kamar besar yang berada tepat di samping kamar Aretha.     

Lalu ada juga sebuah ruang baca yang sering digunakan Elvan di sela-sela waktunya, satu gudang kecil tempat menyimpan barang-barang yang tak terpakai, dan sebuah ruang santai yang menghadap ke arah balkon.     

Tak hanya itu, di bagian belakang rumah Elvan ada sebuah taman besar yang berhiaskan sebuah air mancur yang di kelilingi oleh kolam-kolam kecil. 

Di dalam kolam-kolam itu, terdapat berbagai macam jenis ikan hias yang berenang dengan sangat cantiknya di sana.     

Lalu di bagian depan rumah, ada sebuah taman kecil yang telah ditumbuhi berbagai macam tanaman hias dan liar. 

Dan sebuah garasi besar, yang kira-kira sanggup memuat sekitar 4 sampau 5 mobil sekaligus di dalamnya.     

Kemudian, betapa pun bagusnya itu, Aretha sama sekali tidak memperdulikannya karena ia hanya akan menjadi penghuni sementara di rumah itu. 

Jadi daripada ia sibuk menerka-nerka berapa luas hektar rumah Elvan dan berapa banyak susunan bangunannya, Aretha lebih baik takjub dengan segala hal apapun yang mereka persiapkan untuknya.     

Aretha memiliki satu kamar pribadi sendiri. Di kamar itu, ia bebas melakukan apapun yang di inginkannya.     

Bangun dengan nyaman di atas tempat tidurnya yang lembut dan hangat. 

Mandi dengan berbagai macam aroma wewangian yang sudah tersedia di kamar mandinya. 

Mengenakan pakaian bagus dan nyaman, serta terlihat cukup mahal. 

Sampai bahagiaanya yang bisa berdandan dengan cantik di depan sebuah meja rias yang tertata rapi dan lengkap, dengan segala macam kosmetik dan parfum yang selama ini tidak pernah ia jumpai di rumahnya yang dulu.     

Demi apapun itu,Aretha merasa amat tersanjung.     

Selama ini, Aretha belum pernah bertindak sebagai mananya seorang wanita yang layak karena ia terlalu sibuk untuk bekerja, bekerja, dan menghasilkan uang. 

Karena itu, kamarnya yang sekarang ini sangat jauh berbeda dengan kamarnya yang dulu.     

Jika kamarnya yang sekarang diibaratkan sebagi kamar seorang putri, kamarnya yang dulu hanya bisa disebut sebagau gudang. Kecil, kumuh dan tidak terurus.     

Ya...walaupun Aretha juga tahu kalau semua ini dipersiapkan oleh Dirga dan bukan suaminya. 

Tapi bagaimanapun juga, jika Elvan tidak menyetujuinya, semua ini tidak mungkin terealisasikan bukan??     

Jadi, Aretha seperti bisa mengabaikan sedikit sikap dingin Elvan yang tidak menyenangkan padanya pagi ini, ketika ia telah berbaik hati menyapanya dengan sopan.     

Elvan yang kala itu sedang sarapan hanya meliriknya sekilas ke arah Aretha ketika ia datang, dan kembali melanjutkan acara makannya dengan santai, tanpa memperdulikan Aretha. 

Padahal saat itu, Aretha sudah bersusah payah menyapanya dengan sebuah kata 'Hai' dan seulas senyum yang sengaja dibuatnya semanis mungkin.     

Tapi apa yang didapatnya?     

Pria itu bersikap cuek, secuek-cueknya!     

Melihat itu, Aretha menahan kekesalanya itu, lalu menarik sebuah kursi yang paling jauh dari laki-laki itu dan kemudian duduk di depan meja makan.     

Sebuah aroma yang harum, mengalihkan perhatiannya.     

"Emm.. Bibi Ani! Kau sedang masak? Sepertinya itu benar-benar enak. Apa aku bisa mencicipinya juga? Jika bisa, tolong kau membuatkan satu untukku. Aku benar-benar sangat lapar sekarang. Dan masakanmu sangat mengugah seleraku!!" Seruaretha dengan penuh semangat, ketika nafsu makannya terpancing dengan sangat mudah dan cepat.     

Bibi Ani adalah pengurus rumah Elvan yang katanya telah berkerja pada Elvan selama hampir kurang lebih 12tahun. 

Umurnya mungkin sekarang sekitar 40 tahunan, dan nama lengkapnya adalah Merriani. Biasa di panggil Ani, atau Bibi Ani.         

Yang aneh menurut Aretha dari wanita ini adalah keheninganya dalam berbicara, alias tidak banyak bicara. Atau bahkan belum sama sekali berbicara padanya.     

Saat kemarin ketika ia tiba di rumah Elvan dan Bibi Ani yang mengantarkannya ke kamar, wanita itu tidak kunjung juga mengatakan apapun padanya. 

Sama halnya seperti sekarang, ketika aretha mengajaknya untuk berbicara dan meminta wanita itu untuk menyediakan sesuatu untuknya, wanita itu tidak juga memberikan jawaban apapun padanya, dan hanya mengangguk paham dan menyediakan semua yang di minta Aretha di atas meja.     

Aretha mengerutkan alisnya bingung, ia menatap makanannya lalu mencoba sesuap. 

Baru satu suapan, matanya langsung berbinar.     

"Waw!!" Aretha menoleh ke arah Bibi Ani dengan takjub.     

"Benarkah ini semua Anda yang membuatnya?" Tanya Aretha dengan wajah ceria. 

Ia mengambil lagi suapan yang kedua, ketiga dan seterusnya.     

Belum pernah dia merasakan makanan seenak ini, apalagi yang memasak bukanlah seorang koki.

Aretha benar-benar takjub dibuatnya, ia tidak percaya dengan makanan yang barusaja ia rasakan ini.

Dengan perasaan sedih, Aretha makan dengan lahap, Elvan yang melihatnya mengeryitkan alis.     

"Ini benar-benar lezat Bibi Ani, Kau sangat hebat! Sudah lama sekali aku tidak makan makanan seenak ini. Hiks, ini luar biasa!!" Seru Aretha penuh haru, ketika ia merasa sangat puas dengan apa yang di makannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status