“Ibu …”Clau menangis sendirian di depan ICU, petugas melarangnya masuk. Ia duduk di atas lantai dingin rumah sakit, menekuk lutut dan menundukkan kepala. Emosinya kacau balau, Clau tidak menyangka Laras mengetahui lebih cepat rahasia yang disimpan rapat-rapat.Sesekali menegakkan kepala menatap pada pintu kaca besar. Menunggu kedatangan suaminya, karena Arjuna terlalu lama pergi.Clau menyeka air mata melihat dokter keluar dari ruangan. Segera menembak beragam pertanyaan terkait kesehatan ibunya. Lebih memilukan lagi, kini kondisi Laras terjun bebas, jantungnya melemah. Beberapa alat bantu terpasang pada tubuh lemah itu.“Nyonya?”“Pak Givano?”Asisten pribadi itu tergopoh-gopoh, Givano langsung meninggalkan rapat usai mendapat tugas penting. Arjuna memerintah asisten pribadi untuk menjemput Clau di rumah sakit. Sedangkan dia mengantar Clara pulang, karena wanita itu mendadak mengamuk ketika Arjuna hendak kembali masuk. “Nyonya Tuan bilang kalau –“ Givano menggantung kalimatnya kare
Arjuna mengulur waktu pulang ke penthouse, mobil sport merah itu melaju menuju taman tengah kota. Dalam keadaan sunyi sepi dan minim cahaya, Arjuna sabar membimbing Clau berjalan. Tak ingin Clau tersandung atau terjatuh, akibat dirinya lalai menjaga istri dan calon anak.Sebelum duduk, Arjuna menyampirkan baju hangat pada bahu Clau. Lantas mengamati keadaan, merasa aman Arjuna mulai menggenggam kedua tangan Clau.“Terima kasih.” Clau memulas senyuman manis.“Terserah kamu mau percaya atau tidak, tapi kamu tahu apa yang terjadi 2 tahun lalu.” Garis wajah berjuta pesona itu menunjukkan tanda serius.“2 tahun yang lalu?” Clau mengerutkan kening, bola matanya memutar ke atas mencoba berpikir. “Apa ya? aku tidak tahu.”“Ingatanmu benar-benar buruk Claudya! Aku heran kenapa bagian SDM bisa menerima pegawai abal-abal sepertimu.” Tawa mengejek Arjuna.“Hey! Aku diterima dengan kemampuanku. Apa yang terjadi Tuan eh Arjuna?” Clau menajamkan telinga, mengatur napas agar tidak merusak pendengaran
Selepas mengantar sang istri ke penthouse dan memastikan Clau tidur aman serta nyaman. Arjuna melesat cepat menuju kantor karena terjadi kerusuhan akibat ulah Clara mengamuk.Wanita yang kini menjadi kekasihnya itu, sengaja membuat kekacauan demi meraih perhatian Arjuna. Beruntungnya Givano sigap tanggap meringkus Clara, sebab petugas keamanan tidak kuasa menyentuh wanita sang Bos.“Apa maumu Clara? Bukankah aku sudah bilang kalau aku dan adikmu menjalani pernikahan kontrak?!”“Iya Arjuna, tapi sampai kapan? Aku tidak bisa seperti ini terus. Nikahi aku sekarang juga!”“Kamu jangan gila Clara! Atas perbuatan ini sudah pasti kedua orangtuaku tidak setuju, seharusnya kamu tenang dan sabar!” bentak Arjuna pertama kali.“Sabar? Sampai kapan? Kamu saja bisa menghamili adikku jangan-jangan kamu mencintainya iya kan?” Clara bangkit dan memukul dada bidang Arjuna.Arjuna memijat pelipis, rencananya tidak berjalan lancar. Clara membuat skandal hubungannya dengan Clau hampir terbongkar.“Givano
Tadinya menunggu Arjuna sampai selesai rapat adalah keinginan Clau. Tetapi kejadian tidak terduga dari ponsel Clara. Walaupun Clau tahu kakaknya sengaja meninggalkan benda pipih di atas ranjang. Suara dalam rekaman itu murni milik Arjuna bukan pria lain.Ternyata ketakutannya selama beberapa hari ini terbukti. Arjuna memang hanya mempermainkan perasaannya, perhatian yang ditujukan sebatas peduli atas keberadaan janin.Dengan tangan bergetar dan muka merah padam menahan amarah. Clau meletakkan ponsel ke dalam tas, kakinya melangkah pergi tanpa pamit. Bertepatan pintu didorong, Clau menabrak tubuh kekar Givano.“Nyonya? Kenapa? Apa ada yang sakit? Saya bisa panggilkn Tuan Caldwell.” Panik asisten berkacamata tebal itu. Tidak memedulikan berkas tercecer di lantai.“Tidak perlu Pak Givano. Permisi.”Bagaimanapun Clau menutupi wajah sembab tetap saja para pegawai bisa melihat. Gosip miring bahkan cibiran pedas mampir ke telinga Clau. Semua kalimat menyebalkan itu tidak sebanding dengan luk
Clau menundukkan wajah, tidak berani menatap wanita cantik di depannya. Tatapan bola mata hitam itu memindai Clau dengan penuh tanda tanya. Beralih kepada Arjuna menghunuskan permusuhan.“Aku bisa menjelaskan. Jangan di sini. Kita pulang.” Anehnya sudah tahu tertangkap basah, Arjuna tetap menggendong Clau sampai parkiran.“Dasar anak kurang ajar! Arjuna Caldwell kenapa kamu diam saja, hah?!” memukuli punggung Presdir Cwell Group menggunakan tas.Jujur saja Clau ingin membantu tetapi tidak kuasa melawan Nyonya Besar Caldwell. Hanya bisa meringis membayangkan betapa sakitnya punggung sang suami. Arjuna yang tampak gagah dan garang bertekuk lutut di bawah kaki ibunya. Clau bisa melihat sorot mata permintaan tolong, sayangnya ia menggeleng lemah sebagai jawaban.“Katakan dasar anak nakal! Apa dia kekasihmu? Kamu ini kan punya mulut, jawab Arjuna!” bentak Nyonya Besar Caldwell.“Sebaiknya bicarakan di mansion.” Arjuna mengusap bahu dan punggung, lalu menggandeng tangan Clau dan membawa mas
“Maaf.” Cicit Clau mengamati Arjuna.“Bukan salahmu! Tunggu di sini sebentar lagi kepala pelayan mengantar baju ganti.” Arjuna membantu Clau mengenakan jubah mandi, menahan diri agar tidak menyentuh kulit mulus bak pualam itu. Sebelum ke kamar mandi, Arjuna memerintah kepala pelayan membeli pakaian untuk sang istri. Memenuhi walk in closet dengan segala keperluan wanita dan khusus ibu hamil. Sedangkan dirinya memaki dinding kaca kamar mandi dan pantulan diri. Melakukan perbuatan yang menjatuhkan harga dirinya sebagai seorang pria beristri.Pertama kalinya Arjuna mengerang dan memanggil mesra nama ‘Claudya’ usai mendapat pelepasan. Menyandarkan bahu dan tersenyum simpul mengingat betapa manisnya Clau belakangan ini. Sementara Clau telah rapi mengenakan pakaian baru. Ia sempat tercengang melihat beberapa orang masuk ke walk in closet. Merapikan banyak pakaian serta alas kaki dan tas wanita. Clau pikir hanya satu set, rupanya Arjuna benar-benar membeli satu toko baju. Pertama kalinya
Usai mendengar segala penuturan Givano berikut hasil rekam CCTV ruang kerja kantor. Arjuna memang menganalisis bahwa Clau menemukan sesuatu. Kentara sekali perbedaan raut wajahnya ketika masuk dan keluar.Pria itu yakin Clau mencurigai dirinya bercinta bersama Clara. Karena Clau tampak murung dan menangis sembari menutup pintu kamar pribadi. “Sial apalagi yang dilakukan Clara?!” Arjuna mengepalkan tangan. Wanita yang dicintainya sudah beberapa hari ini tidak menghubungi, biasanya Clara mengirim belasan pesan. Rupanya Clara berhasil menjalankan rencana liciknya. “Givano? Cari tahu apa saja yang dilakukan Clara sejak keluar dari Cwell Group. Bisa-bisanya dia membuat istriku menangis.” Arjuna melempar pena dari tangannya.Givano yang terkesiap langsung mengangguk patuh sembari bergumam dalam hati, “Akhirnya hati Tuan terbuka mengakui Nyonya sebagai istri.”Sementara di belahan benua lain, siang ini Clau dan ibu mertua menyambangi rumah sakit –membesuk Laras. Clau menitikan air mata se
“Clau, hari ini Juna pulang. Kamu mau check up diantar Arjuna atau sekarang sesuai jadwal?” suara ibu mertua mendadak melongok dari balik pintu.“Sekarang Mom. Kepala pusing dan Badanku pegal.” Memang benar semenjak berpisah dari Arjuna selama 10 hari Clau kesulitan tidur. Walaupun tidur tidak nyenyak, selalu meraba sisi kasur yang kosong. Tidak menyangka kalau dirinya serendah itu, merindukan dekapan pria berhati dingin.Usai mengganti pakaian dan melapisi dengan mantel cukup tebal karena musim dingin segera tiba. Clau benar-benar dilanda malarindu berlebihan, layaknya remaja baru saja mengenal cinta. Ia mengenakan kaos abu-abu lusuh milik Arjuna. Ya, tinggal di rumah mertua ternyata sisi gelap dan terang Arjuna terkuak ke permukaan. Termasuk selalu menggunakan kaos yang sama selama beberappa hari. Clau pikir memiliki jumlah yang banyak dengan warna sama. Tetapi hanya satu, bagian penatu tidak boleh terlambat mengambil pakaian kotor dan meletakkan baju bersih ke walk in closet.Unt