Home / Romansa / Istri Kontrak Sang Ahli Waris / Semangkuk Mie Instan

Share

Semangkuk Mie Instan

Author: Hernn Khrnsa
last update Last Updated: 2025-07-03 22:58:46

Matthew masih terduduk di sofa sambil menyandarkan kepalanya saat mendengar suara ketukan di pintu rumah. Ia bangun dengan terkejut, mengusap wajah lalu memastikan suara.

"Dia sudah pulang?" tanyanya tak langsung membuka pintu, melainkan melirik arloji di pergelangan tangannya.

Ketika suara ketukan di pintu terdengar lebih keras, Matthew bergegas membuka pintu. Semua pelayan pasti sudah terlelap dan hanya tinggal dirinya yang masih ada di ruang tamu.

"Kenapa lama se—"

"Dari mana saja kau?" potong Matthew begitu melihat Sara berdiri di depan pintu rumah.

Sara terkejut, lantaran Matthew yang membuka pintu. "Kau belum tidur?" tanya balik Sara.

"Aku sedang bertanya padamu, Sara. Dari mana saja kau? Kenapa kau tidak mengabari? Kenapa kau tidak membalas pesanku?" tanya Matthew beruntun sambil berkacak pinggang.

"Soal itu … maaf. Aku lupa mengabari, kupikir, kau juga tidak akan peduli aku pergi ke mana." Sara menjawab tanpa ragu ataupun takut.

Karena faktanya memang benar, Matthew mu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Kontrak Sang Ahli Waris   Membantu Sara

    Mentari pagi menyapa lewat celah-celah kecil jendela kamarnya. Sara menggeliat bangun saat sinar matahari tepat mengenai wajahnya. "Ugh! Sudah jam berapa ini?" gumamnya seraya merentangkan tangan sebelum membuka matanya perlahan. Sara terbeliak begitu melihat sosok tinggi tegap berdiri di tepi tempat tidurnya, memperhatikan dirinya yang baru saja bangun dari tidur. "Kau?! Sedang apa kau di kamarku?" Matthew tersenyum tipis, "Kau masih saja terlihat cantik walau baru bangun tidur," pujinya membuat Sara malu dan langsung menutup wajahnya dengan selimut. "Kau mau apa pagi-pagi di kamarku? Keluarlah!" pinta Sara, mengusir Matthew secara halus. Tetapi, pria itu bergeming di tempatnya. "Memangnya kenapa? Ini rumahku, aku bebas mau pergi ke mana saja," katanya bersikeras tak mau pergi. Sara pasrah. "Terserah kau saja, memangnya kau tidak pergi bekerja? Biasanya, kau sudah pergi pagi-pagi buta." Sara menyibak selimutnya dan mengayunkan kakinya turun. Tapi, kakinya masih terasa sakit hi

  • Istri Kontrak Sang Ahli Waris   Mengingat Masa Lalu

    Matthew melihat arlojinya. "Sepertinya, sudah waktunya kau tidur," katanya, menunjukkan arlojinya kepada Sara. "Ah, tidak terasa." Sara juga baru menyadari bahwa malam sudah terlalu larut. Karena terlalu asyik menonton drama, mereka tak sadar bahwa waktu berlalu begitu cepat. Matthew mematikan televisi itu. "Ayo, aku antar kau tidur," katanya bersiap mengangkat tubuh Sara. "Tu-tunggu! Kau mau apa? Aku bisa sendiri!" Sara menolak halus. Tetapi, Matthew tetap bersikeras. "Kau pasti masih sakit saat berjalan, lebih baik aku menggendong kau saja." "Eh? Memangnya kau bisa?" Sara seperti tak yakin, bagaimana pun, tubuhnya pasti terasa berat dan pria itu mungkin akan merasa keberatan. "Tidak percaya? Sini biar aku buktikan." Matthew meraih tubuh Sara dan mengangkatnya seperti ia mengangkat dus besar. "Tubuhmu ringan sekali," ejeknya. "Jangan mengejek, kau pasti merasa tubuhku berat," ledek Sara sambil melingkarkan tangannya di leher Matthew. "Kalau begitu untuk apa otot-otot kekar i

  • Istri Kontrak Sang Ahli Waris   Menonton Drama

    Sara duduk bersandar di sofa, selimut masih menyelimuti kakinya. Buket bunga yang tadi ia terima kini telah diletakkan hati-hati di atas meja kecil di depan televisi. Harumnya masih menyebar, menciptakan suasana yang berbeda dari biasanya. Beberapa menit kemudian, Matthew muncul dari dapur, membawa dua cangkir teh panas di atas nampan. Wajahnya terlihat lelah, tetapi berusaha untuk tetap santai. “Teh hijau. Katanya bagus untuk menenangkan pikiran,” ucapnya seraya meletakkan cangkir teh itu di depan Sara.Sara mengambil cangkir itu dengan hati-hati. “Terima kasih.” Kemudian menghirup aromanya dalam-dalam. Mereka duduk bersebelahan, jaraknya tidak terlalu dekat, tapi cukup untuk mereka merasakan kehadiran masing-masing. Layar televisi di depan menampilkan halaman utama layanan streaming. Sara memegang remote.“Kau mau mulai dari episode mana?” tanyanya, menoleh kepada Matthew. Matthew mengangkat alis. “Yang kau tonton tadi itu episode ke berapa?”“14.”Matthew mengerjapkan mata. “K

  • Istri Kontrak Sang Ahli Waris   Buket Bunga

    Sara duduk berselonjor di sofa, selimut membungkus kakinya yang masih belum pulih sepenuhnya. Di layar televisi, adegan emosional dari drama Korea favoritnya sedang berlangsung, tentang kisah cinta rumit antara CEO dingin dan gadis biasa yang polos.Ia sesekali tertawa kecil, kadang menyeka air mata yang menetes pelan saat adegan menyentuh ditampilkan. Hari itu, untuk pertama kalinya sejak insiden hampir tertabrak mobil, Sara benar-benar merasa tenang. Tak ada jadwal pekerjaan, tak ada email menumpuk, dan yang paling penting tak ada gangguan dari Celine.Tiba-tiba, suara pintu terbuka. Sara segera menoleh. Ia mendapati langkah kaki berat terdengar dari arah pintu masuk. Sesaat kemudian, muncul sosok Matthew yang membawa satu buket bunga. Bukan sekadar buket bunga biasa. Buket itu besar, tersusun dari mawar putih, baby’s breath, dan lavender, terikat pita satin berwarna ungu muda. Sara menatapnya dengan mulut sedikit terbuka, tak percaya dengan pemandangan di hadapannya.Matthew, pria

  • Istri Kontrak Sang Ahli Waris   Belajar Romantis

    Matthew pergi bekerja seperti biasanya, tetapi kali ini tanpa didampingi Sara, asisten pribadinya. Terpaksa, ia harus mengurus segala sesuatunya secara mandiri. Tatapannya fokus ke layar laptopnya saat tiba-tiba suara ketukan terdengar. Matthew melihat David memasuki ruangannya. "Kau kelihatannya sangat sibuk," kata David sambil berjalan masuk dan duduk di sofa ruangan Matthew. Untuk sejenak David terlihat memperhatikan temannya yang sedang sibuk bekerja itu. "Bagaimana dengan keadaan Sara?" tanyanya. Mendengar nama Sara disebut sontak Matthew melihat ke arah David. "Dia baik-baik saja," jawabnya singkat tanpa mengalihkan tatapannya dari layar komputer di depannya. "Hm, baguslah. Sepertinya kau menjadi suami yang sangat siaga sekarang," sindir David yang terdengar seperti godaan bagi Matthew. "Jangan mengolok-olokku, Dav." Matthew menatapnya dengan tajam. David tertawa, merasa puas karena berhasil menggoda temannya itu sehingga Matthew terlihat gelisah sekarang. David bahkan me

  • Istri Kontrak Sang Ahli Waris   Ancaman

    "Apa maksudmu?" ulang Sara, meminta kepastian dari tatapan Celine padanya. "Jangan-jangan … kau orang yang berniat menabrakku?!" Sara hampir saja teriak jika tidak mengingat bahwa Matthew berada di sana. Celine tersenyum miring, "Kau ternyata pintar juga. Hanya saja, sayangnya, kau masih memiliki Kak Matthew. Aku benar-benar benci padamu, Sara." Sara menatap Celine tak percaya, "Kenapa kau melakukan hal itu? Apa salahku padamu?" tanyanya, tak percaya. Celine berdiri, melihat Matthew yang berdiri tak jauh dari mereka dengan tatapan penuh selidik. "Aku turut sedih, Sara. Semoga kau lekas sembuh," katanya berpura-pura bersimpati. Celine kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Matthew, berpura-pura membantu pria itu untuk menyiapkan meja makan agar Sara merasa cemburu. "Apa, sih, yang sebenarnya perempuan itu pikirkan?" gumam Sara pelan. Matthew kembali dengan membawa piring tambahan untuk Celine, kemudian mendekati Sara, mengambilkan sarapan untuknya dan bahkan menyua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status