Anna memegangi dada. Dia merasa begitu sesak mendengar semua tuduhan dari Mila. Dia memang tidak tahu, siapa dan bagaimana ibunya, tapi bukan berarti Mila bisa mengumbar fitnah seperti itu di hari pernikahannya.Anna merasa malu pada keluarga Kai. Dia sudah membuat berantakan acara yang sangat diharapkan oleh orang tua Kai.Anna berkecil hati, dia takut kalau keluarga Kai merasa terhina lalu berubah sikap padanya karena sudah membuat malu mereka.âAnna, kamu baik-baik saja?â tanya Queen saat merasakan tubuh Anna gemetaran.Anna menggeleng pelan.Queen memilih mengajak Anna pergi meninggalkan ballroom hotel selagi Kai mengurus Mila yang tadi diseret keluar oleh security.Queen mengajak Anna ke salah satu kamar yang ada di hotel itu untuk menenangkan.âSemua akan baik-baik saja, kamu jangan cemas,â ucap Queen saat mereka sudah ada di kamar.Anna menatap sendu. Dia benar-benar tak pernah menyangka kalau Mila akan senekat ini.Anna duduk di tepian ranjang dengan kedua tangan yang gemetar.
Anna menatap bingung pada Stefanie. Apalagi dia masih dalam kondisi syok, sehingga membuatnya hanya menatap pada teman mertuanya itu.Eve yang mendengar hal itu langsung berdiri seraya menatap pada Stefanie yang terus memandang pada Anna.âFan, kita keluar dulu saja. Anna sepertinya masih syok dan butuh istirahat,â ucap Eve seraya memegang lengan Stefanie.Stefanie menatap pada Eve, sekilas memandang pada Anna yang memang sangat bingung, lalu akhirnya setuju untuk keluar.Stefanie juga butuh menenangkan hatinya sebelum dirinya mendengar fakta yang mungkin bisa membuat seluruh aliran darahnya mendesir hebat.âQueen, kamu tetap di sini temani Anna,â kata Eve seraya memandang pada sang adik.âIya, Mi.â Queen mengangguk.Eve mengajak Stefanie keluar dari kamar.âKenapa kamu tiba-tiba tanya soal ayah Anna?â tanya Eve penasaran.Eve melihat tatapan Stefanie yang berbeda pada Anna, sehingga dia merasa perlu mengetahui, apa yang sebenarnya sedang dipikirkan oleh sahabatnya itu.Stefanie menaha
Kai langsung menghampiri Anna yang duduk di tepian ranjang. Dia memeluk istrinya itu untuk menenangkan.âAku keluar dulu, kalian istirahatlah,â kata Queen.Queen tidak mau mengganggu Anna dan Kai, lagi pula Anna akan lebih baik saat bersama Kai.Queen keluar dari kamar. Dia melihat kedua orang tuanya dan Stefanie baru saja masuk lift. Dia memilih menyusul sang mami lalu pergi dengan mereka untuk turun ke lantai bawah.Di kamar, Kai masih memeluk Anna untuk menenangkan. Dia bisa merasakan tubuh Anna yang gemetar.âSemua sudah baik-baik saja, tidak ada yang perlu kamu cemaskan,â ucap Kai mencoba menghibur Anna.Namun, tiba-tiba saja tangis Anna pecah. Sejak tadi Anna mencoba menahan diri agar tak menangis. Dia tidak mau menambah beban pikiran orang karena dirinya.Sekuat apa pun dia bertahan, nyatanya tetap runtuh saat bersama pria yang selalu peduli padanya.âMaaf, aku sudah membuat malu keluargamu,â ucap Anna di sela isak tangisnya.Kai terkesiap mendengar Anna menangis. Dia semakin me
Stefanie tak bisa membendung rasa bahagianya. Dia semakin yakin kalau Anna memang putrinya.Stefanie tiba-tiba saja berdiri, membuat Eve dan yang lain terkejut.âAku harus menemui Anna dan memastikan sendiri kalau dia benar-benar putriku,â ucap Stefanie seraya memegang liontin yang tergantung di lehernya.Eve ikut berdiri, lalu menyentuh lengan Stefanie.âKondisi Anna sedang tidak stabil, kalau kamu tiba-tiba datang dan mengaku sebagai ibunya, dia pasti akan semakin syok dan bisa saja hal-hal buruk akan terjadi,â ucap Eve seraya menimbang kondisi Anna.Stefanie terlihat bingung.âAnna sedang sangat tertekan. Takutnya dia malah merasa dibuang dan tidak dianggap kalau tiba-tiba Bibi berkata sebagai ibunya setelah bertahun-tahun tak mencarinya,â timpal Queen.Stefanie semakin bingung dan kembali sedih. Dia kembali duduk dengan tubuh lemas.âTapi aku ingin memastikannya agar tidak ada lagi rasa penasaran yang menghantui,â ucap Stefanie seraya menatap sendu.Eve dan yang lain saling tatap,
Anser datang ke hotel karena mendapat undangan dari Kai. Meski Anser merasa kalau Kai hanya ingin membuktikan jika Anna milik pria itu, tapi Anser tetap datang untuk memastikan.Saat sampai di tempat pesta, Anser tak melihat Kai dan keluarganya di sana, tentu saja hal itu membuat Anser heran.Anser masih mengedarkan pandangan. Dia benar-benar tak melihat satu pun keluarga Kai di ruangan itu.âMaaf, apa pengantinnya sedang istirahat?â tanya Anser pada seorang pelayan yang melintas di depannya.Pelayan itu berhenti di hadapan Anser.âPengantin dan keluarganya meninggalkan pesta, tapi pestanya tetap dilanjutkan untuk menyelesaikan jamuan,â jawab pelayan.Anser mengerutkan alis.âMeninggalkan? Bagaimana bisa pesta pengantin tapi pengantinnya malah pergi?â Anser keheranan.Pelayan itu menengok ke kanan dan kiri, lalu sedikit mendekat pada Anser.âSebenarnya tadi pestanya berjalan baik-baik saja, sampai ada berita yang tersebar dan ada wanita tua membuat keributan di sini,â ucap pelayan itu
Anser keluar dari mobil karena wanita yang hampir ditabraknya itu marah-marah.âKalau mau keluar dari parkiran, lihat-lihat!â amuk wanita yang tak lain Queen.Queen baru saja akan pergi meninggalkan hotel, tapi dia dibuat kaget karena hampir tertabrak saat akan menuju mobilnya.âKamu yang melintas tiba-tiba di depan mobil, kenapa kamu marah-marah?â Anser merasa heran. Dia merasa tak bersalah.âHah!â Queen membuang napas dengan mulut. âBegini nih, orang salah bukan minta maaf tapi malah balik menyalahkan!âBagaimanapun, Queen tidak akan mengalah sama sekali pada pria di depannya ini.Anser merasa tak ada guna meladeni amukan Queen, sehingga dia memilih mengalah.âKalau begitu aku minta maaf.â Queen menyipitkan mata.âKamu meminta maaf, tapi tidak ikhlas,â gerutu Queen.Anser menghela napas kasar. Dia tidak mengerti, apa yang diinginkan oleh wanita di depannya ini.âAku minta maaf karena melajukan mobil tanpa melihat-lihat lebih dulu. Jika kamu terluka atau mau minta ganti rugi, aku ak
Saat malam hari. Kai mengajak Anna pulang ke kediaman orang tuanya.Mobil mereka sudah berhenti di depan garasi. Anna memandang rumah besar itu, tiba-tiba saja dia takut kalau keluarga Kai berubah sikap padanya.âAyo!â ajak Kai saat menoleh Anna.Kai melihat Anna yang seperti orang bingung, dia meraih telapak tangan Anna lalu menggenggamnya erat, seolah paham kecemasan yang sedang Anna rasakan.âSemua akan baik-baik saja, percayalah padaku,â ucap Kai meyakinkan.Anna mengangguk pelan seraya berusaha tersenyum. Dia dan Kai akhirnya keluar dari mobil. Mereka berjalan berdua seraya bergandengan tangan.Saat sudah masuk rumah, mereka langsung menemui orang tua Kai yang ternyata sudah menunggu di ruang keluarga.Ada Stefanie juga di sana.âKalian sudah pulang, ayo duduk.â Eve berdiri dan langsung merangkul pundak Anna.Eve mengajak Anna agar duduk bersama mereka. Dia tahu Anna masih tertekan, sehingga itu Eve mencoba menunjukkan kalau dia ada untuk Anna.Anna tersenyum saat Eve merangkulny
âAnna, dengarkan penjelasan mama dulu, ya.â Stefanie mencoba menyentuh Anna, tapi langsung dihindari oleh putrinya itu.âApa lagi yang mau kamu jelaskan?â Anna berdiri sampai membuat semua orang terkejut.Tatapan kekecewaan begitu kentara dari sorot matanya.âSekian tahun, kenapa kamu baru datang jika memang merasa kamu itu ibuku?â tanya Anna sampai menepuk dada. Bahkan bola matanya sampai berkaca-kaca.âAnna, tenang ya.â Eve berdiri lalu merangkul Anna agar bisa sedikit tenang.Kai juga berdiri, takut jika Anna tertekan dengan fakta yang baru saja didapat.âBerikan mama kesempatan menjelaskan. Setelah itu, terserah bagaimana penilaianmu,â pinta Stefanie membujuk.Anna menatap kecewa, setelah ayahnya pergi dan semua yang dia alami, kenapa ibunya baru muncul?Kai mendekat pada Anna. Dia menggenggam tangan Anna lalu berkata, âDuduklah dulu dan dengarkan apa yang hendak dia jelaskan.âAnna menatap Kai dengan air mata yang siap meluap dari pelupuk mata.Akhirnya Anna mau duduk, tapi berpi
Alex menipiskan senyum.âApa kamu sedang besar kepala?âRania mengerutkan alis. Dia melihat Alex mengulurkan tangan, Rania pikir Alex hendak menyentuhnya, tapi ternyata pria itu mencolek meja, lalu mengusap telunjuk dengan jempol.âBelum bersih,â kata Alex lalu melirik tajam pada Rania, âbersihkan ulang,â perintahnya kemudian.Setelahnya, Alex sedikit mundur dari Rania tapi tatapannya terus tertuju pada wanita itu. Dia lagi-lagi tersenyum miring, lalu pergi ke sofa.Rania menghela napas lega. Dia melirik pada Alex yang sekarang berjalan santai menuju sofa. Pria ini, benar-benar ingin mengerjainya setiap hari.**Saat jam istirahat, Rania pergi ke rooftop lagi untuk melepas beban yang dipikulnya. Dia menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskan kasar berulang kali.âKamu di sini lagi.âRania terkejut. Dia menoleh dan melihat Arion datang menghampirinya.âTidak makan siang lagi?â tanya Arion sambil menatap pada Rania.Rania tidak menjawab, lalu melihat Arion mengulurkan roti.âMakanlah,
Setelah selesai memilah jagung dan memastikan tidak ada satu pun yang tertinggal. Rania mendorong tempat makan ke hadapan Alex lagi.âItu sudah semua saya pisah, apa ada lagi yang Anda perlukan?â tanya Rania dengan nada malas.Rania melirik pada Alex, pria itu membuat gerakan mengusir menggunakan tangan. Ekspresi wajah Rania begitu masam, pria di depannya ini benar-benar sombong.Rania segera bangun, lalu dia pergi dari ruangan itu sebelum semakin kesal melihat sikap Alex.Alex tersenyum tipis melihat Rania kesal. Dia memandang salad yang ada di meja, lalu mengambil alat makan dan mulai menyantap salad miliknya.Dia juga mengambil jagung yang tadi dipisah oleh Rania. Bukannya Alex tak suka, dia hanya ingin mengerjai wanita itu.âDasar terlalu lugu,â gumam Alex lalu kembali memasukkan suapan ke mulut.**Saat sore hari. Rania membuat patahan leher dan memijat pundaknya. Akhirnya sehari ini bisa dia lalui dengan baik meskipun harus ada drama mengurus atasannya yang memberi perintah tak
Setelah jam istirahat usai. Rania kembali ke divisi untuk mulai bekerja lagi. Saat baru saja sampai di pantry, Rania terkejut melihat lampu merah menyala.âSepertinya hari ini Pak Alex berulang kali memanggil,â gumam Herman.Rania menatap lampu itu terus berkedip. Mau tidak mau dia harus pergi ke ruangan Alex untuk melihat, apalagi yang pria itu inginkan.Rania mengetuk pintu ruangan Alex, lalu dia masuk dan melihat Alex duduk di sofa sambil menyapukan jari di atas tablet pintar.âAnda butuh sesuatu, Pak?â tanya Rania tetap sopan meski jiwanya ingin memberontak.âBersihkan mejaku!â perintah Alex.Rania menoleh ke meja Alex, alangkah terkejutnya dia melihat meja Alex yang sangat berantakan.Berkas-berkas dibiarkan tergeletak begitu saja tak tertatap rapi, lalu ada tumpangan kopi yang dibiarkan sampai agak mengering.Rania benar-benar harus bersabar. Dia berjalan ke arah meja untuk mulai membersihkan, tetapi Alex kembali berkata.âBersihkan sampai benar-benar bersih. Jika tidak, kamu ti
Rania memandang pada Alex, lalu tatapannya tertuju pada kertas dan pulpen yang berserakan di lantai.âPungut semua!â perintah Alex.Rania tidak bisa mengelak karena sekarang bekerja untuk Alex. Dia berjalan mendekat lalu berjongkok di sisi kertas-kertas berserakan dan meletakkan nampan di lantai, setelahnya dia memunguti satu persatu kertas itu.Tanpa diduga, Alex ikut berjongkok, tapi bukan untuk membantu Rania memunguti kertas itu, melainkan untuk memberikan senyum ejekan pada wanita yang sudah menolaknya.âTidak disangka, kamu menolak kerja di rumahku tapi malah bekerja di perusahaanku,â cibir Alex.Rania terdiam sesaat. Dia tak membalas atau menatap pada Alex. Rania fokus memunguti kertas-kertas itu, setelah selesai dia segera berdiri lalu meletakkan semua kertas itu di meja.âApa kamu pikir harimu akan tenang dengan bekerja di sini?â Alex sudah berdiri dan kini menatap tajam pada Rania.Rania masih menurunkan pandangan, lalu berkata, âJika sudah tidak ada yang perlu saya lakukan,
Rania benar-benar panik luar biasa melihat pria yang kini menatapnya dengan ekspresi wajah dingin. Dia masih mematung di tempatnya, sampai salah satu teman OB-nya menarik lengan Rania agar menyingkir dari jalan.âSelamat pagi, Pak.â Dua OB lain langsung membungkuk pada Alex dan Arion yang baru saja keluar dari lift.Alex berjalan dengan ekspresi wajah dingin tanpa menoleh Rania sama sekali, sedangkan Arion melirik pada Rania. Jadi, ini OB baru yang kemarin dipermasalahkan oleh atasannya itu.Rania masih bergeming dengan perasaan campur aduk. Di hari pertamanya bekerja, kenapa dia bertemu dengan pria yang membuat hidupnya kacau.âSiapa dia?â tanya Rania menoleh pada teman kerjanya.âItu tuh, Pak Alex. Dia cucu pemilik perusahaan ini dan direktur di sini. Ya, meski dia masih direktur, tapi katanya sebentar lagi akan diangkat jadi presdir karena kemampuannya memimpin perusahaan,â jawab HermanâOB teman Rania.Rania merasakan jantungnya berdegup sangat cepat. Jadi, dia bekerja untuk pria b
Rania pergi ke rumah sakit dengan perasaan lega. Dengan bekerja di perusahaan itu, Rania bisa mendapatkan uang lebih banyak di siang hari dan bisa menjaga Abi saat malam hari.Rania berjalan di koridor rumah sakit menuju ruang inap Abi. Saat hampir sampai di kamar sang putra, Rania melihat dokter dan perawat masuk ke ruangan sang putra dengan sangat terburu-buru.Tentu saja hal itu membuat Rania sangat panik. Dia segera berlari ke kamar Abi, saat masuk sudah melihat dokter sedang menangani putranya.âApa yang terjadi pada anakku?â tanya Rania sangat panik.âKondisi Abi baru saja drop, Bu. Dokter sedang mengecek dan memberikan penanganan yang tepat,â jawab perawat.Rania menutup mulut dengan kedua telapak tangan. Dia benar-benar ketakutan dan panik jika terjadi sesuatu dengan Abi.âKumohon, Abi. Mama akan mengusahakan kesembuhanmu, tolong jangan terjadi apa-apa padamu, Sayang.âRania terus memandang dokter yang sedang mengecek kondisi Abi. Bola matanya sudah berkaca-kaca, ketakutan memb
Hari berikutnya. Rania pergi ke perusahaan tempat Silvi bekerja. Dia datang lebih awal dan bertemu dengan Silvi yang ternyata menunggunya di depan perusahaan.âSyukurlah kamu datang awal,â ucap Silvi lalu menengok ke arloji yang melingkar di pergelangan tangan.âAku tidak mungkin mengecewakanmu. Kamu sudah sejauh ini mau membantuku, jadi aku harus berjuang,â balas Rania.Silvi tersenyum lebar, lalu dia mengajak Anna segera masuk ke perusahaan karena kepala HRD ternyata sudah datang.Mereka masuk ke ruang HRD, lalu Silvi meninggalkan Rania bersama kepala HRD agar bisa diwawancarai.Rania memberikan surat lamarannya. Dia berdiri di depan meja kepala HRD sambil menunggu wanita itu membaca surat lamarannya.âTernyata kamu sudah banyak pengalaman kerja di usiamu sekarang,â kata kepala HRD.Rania tersenyum dan mengangguk. âIya, dan saya ahli menjadi cleaning service.âKepala HRD tersenyum. âTerakhir kali kamu menjadi petugas kebersihan di klub malam, kenapa kamu keluar? Apa gajinya tidak mu
Alex berada di ruangannya menandatangani berkas-berkas yang bertumpuk di meja. Dia tidak fokus dalam bekerja, sampai beberapa kali membaca ulang berkas yang diserahkan padanya.âApa ada masalah, Pak?â tanya Arionâsekretaris Alex.Alex melirik pada Arion, tapi tidak menjawab pertanyaan sekretarisnya itu. Dia segera membubuhkan tanda tangan, lalu menyerahkan berkas yang ditunggu oleh sekretarisnya itu.âMana lagi yang butuh diserahkan hari ini?â tanya Alex sambil menatap satu persatu berkas yang ada di meja.âStopmap merah, Pak,â jawab Arion sambil menunjuk ke stopmap yang dimaksud.Alex segera mengambil lalu membuka stopmap itu dan menandatangani berkas di dalamnya.Arion mengamati atasannya itu, sikap Alex beberapa hari ini memang sangat aneh. Jika mudah emosi itu sudah biasa, yang tak biasa itu karena Alex sering sekali melamun bahkan tidak fokus saat menghadiri rapat.Setelah Arion pergi dari ruangan Alex. Alex meletakkan pulpen yang dipegang lalu sedikit melonggarkan dasi yang tera
Saat sore hari. Anna duduk di teras sedang makan camilan bersama Stefanie. Dia terlihat sangat bahagia, di masa kehamilan bisa bersama orang-orang yang menyayangi dan memberinya banyak perhatian.âSuamimu pulang,â ucap Stefanie saat melihat mobil Kai memasuki halaman rumah.Anna tersenyum lebar, dia kembali memasukkan potongan semangka ke mulut lalu berdiri untuk menghampiri suaminya.Kai turun dari mobil yang baru saja terparkir sempurna di depan garasi mobil. Dia membuka bagasi mobil, lalu mengambil sesuatu dari dalam sana.Anna mengamati apa yang Kai bawa, suaminya membawa satu kantong plastik besar.âItu apa?â tanya Anna penasaran.âPesananmu,â jawab Kai lalu membuka plastik itu agar Anna melihat isinya.Mata Anna berbinar. Dia langsung mengambil kantong plastik berisi banyak mangga muda itu dari tangan Kai.âTerima kasih.â Anna mencium pipi Kai, lalu pergi meninggalkan suaminya tanpa mengajaknya masuk.Kai terkejut, bisa-bisanya dia diabaikan karena mangga muda.âAnna! Hati-hati