Anna dijual ibu tirinya dengan dalih untuk membayar utang biaya pengobatan sang ayah yang sebelumnya sakit sampai akhirnya meninggal. Tidak ingin dijual ke pria hidung belang, Anna kabur saat dipaksa melayani pria hidung belang itu. Ketika Anna kabur, dia bertemu pria berwajah dingin dengan tatapan tajam. Kai, pria dingin itu bersedia membantunya, tapi ternyata itu tidak gratis. Anna harus memberikan imbalan atas bantuan Kai. Lalu, akankah Anna memberikan imbalan yang diinginkan Kai, agar dirinya bebas dari pria hidung belang itu?
View More"Utang untuk biaya pengobatan ayahmu sangat besar. Aku tidak sanggup bayar, jadi sebagai anak, kamu harus membayarnya!"
Anna menatap panik ibu tirinya sambil berusaha melepaskan cengkeraman yang begitu kuat di tangannya.
Namun, ibunya tidak peduli meski Anna sudah meringis kesakitan, dan terus menyeretnya menyusuri lorong hotel yang sepi.
Sejak kecil, Annalise Lindsey tumbuh bersama mendiang ayahnya, sebelum sang ayah menikah lagi dengan janda anak satu.
Tiga tahun lalu, sang ayah mengidap kanker usus yang mengharuskannya menjalani pengobatan hingga menghabiskan banyak biaya, meski akhirnya tujuh hari lalu sang ayah meninggal.
"Ta-tapi kenapa di sini, Bu?"
"Tidak usah banyak tanya! Ada pria yang mau membayarmu, jadi lakukan saja tugasmu di dalam sana!"
Anna membelalak, benar-benar tidak menyangka ibu tirinya akan menjualnya.
Belum juga Anna membantah, dia sudah didorong masuk ke dalam sebuah kamar. Pintu langsung tertutup rapat.
"Bu, buka pintunya!" Anna mencoba menarik pintu itu agar terbuka, tapi tidak berhasil. Pintu itu ditahan dari luar.
Anna panik dan takut. Dia terus menggedor pintu, berharap ibunya berbelas kasih. Tapi pintu itu tetap bergeming.
Saat Anna masih berusaha membuka pintu, tiba-tiba terdengar suara pria dari arah belakang punggungnya.
"Wah, ternyata kamu memang punya tubuh yang bagus. Aku jadi tidak sabar mencicipimu."
Anna membalikkan badan. Dia melihat pria tua berbadan gempal menatap rakus padanya.
"Aku mau keluar dari sini," ucap Anna dengan bibir bergetar.
"Kenapa terburu-buru, Nona?" tanya pria tua itu seraya melangkah maju menghampiri Anna.
Anna benar-benar ketakutan. Napasnya memburu dengan sekujur tubuh yang terasa kebas.
Kenapa ibunya memperlakukannya seperti ini, sedangkan Anna selalu menuruti semua perintah wanita itu?
"Ayo, tidak perlu malu-malu. Nanti kamu bisa pulang dengan uang banyak kalau aku puas."
Pria itu tiba-tiba menarik tangan Anna, membawanya ke arah ranjang.
Anna berusaha melepas genggaman tangan pria itu dengan tenaga yang tidak seberapa.
"Kamu masih suci, kan? Kalau benar, aku akan membayarmu dua kali lipat."
Bola mata Anna membulat sempurna. "Tidak!" Anna menarik kasar tangannya dari genggaman pria itu hingga akhirnya terlepas.
Pria itu menoleh dengan tatapan tak senang. "Wanita itu sudah mendapat uang muka, kamu berani menolakku, hah?!" hardiknya marah.
"Aku bukan barang yang bisa dijual seenaknya," ucap Anna.
Plak!
"Miskin saja banyak bicara," kata pria itu sembari tersenyum miring saat melihat Anna terkejut.
Anna memegangi pipi yang terasa panas. Saat dirinya belum merespon perbuatan pria itu, tangannya sudah kembali ditarik lalu tubuhnya didorong hingga jatuh ke ranjang.
“Akh!” pekik Anna tak berdaya. Tubuhnya terasa sakit diperlakukan dengan kasar.
Pria itu lantas melepas sabuk celananya. Sepasang matanya menjelajahi tubuh Anna sambil menjilat bibir.
Anna gemetar di bawah tatapan pria itu, merasa takut sekaligus jijik. Apalagi pria di depannya kini tampak melepas pakaian.
Dia bangun untuk kabur, tetapi pria itu lebih kuat dan bergerak lebih cepat. Anna terkurung di bawah tubuh gempal pria itu.
"Aku suka wanita pemberontak sepertimu. Rasanya aku semakin tertantang," desisnya tepat di atas wajah Anna. "Mari kita lihat, sampai mana kamu bisa bertahan, hm...”
Anna melihat tatapan lapar pria itu. Ekspresi wajahnya seolah ingin melahap Anna, membuat gadis itu seketika merasa mual.
Ia bukan wanita panggilan! Dia tidak mau menyerahkan mahkotanya begitu saja pada pria hidung belang ini!
"Kamu pasti akan menyukainya, Sayang," kata pria itu sembari menarik kasar baju yang dipakai Anna hingga bagian dada bajunya robek.
“Hentikan!”
Anna sangat syok. Tubuhnya gemetar hebat. Ia menelengkan wajah saat pria itu hendak menciumnya. Sekuat tenaga ia berusaha melawan meski kedua tangannya dicengkeram kuat di atas kepala.
"Tidak! Lepaskan aku!"
Anna terus memberontak, membuat pria di atas tubuhnya malah semakin ganas ingin menyentuh tubuhnya.
Saat itu, satu tangannya terlepas dari cengkeraman, Anna mencoba menggapai ke nakas dan berhasil meraih vas bunga. Dia langsung menghantamkan vas itu ke kepala pria hidung belang itu.
"Arghh! Sialan kamu!" pekik pria itu.
Anna segera bangun saat melihat pria itu kesakitan. Sambil memegangi baju bagian depannya yang terbuka, Anna berusaha kabur dari kamar itu. Beruntungnya, pintu kamar itu bisa dibuka.
"Mau ke mana kamu?!" teriak pria itu sambil memegangi kepalanya yang berdarah.
Anna berlari menuju lift. Napasnya tersengal saat ia menekan tombol lift berkali-kali.
"Jangan lari!"
Anna menoleh dan melihat pria tadi ternyata mengejarnya. Anna semakin panik dan terus menekan tombol lift agar pintunya mau terbuka.
Jangan sampai pria itu menangkapnya!
Saat pintu lift terbuka, Anna melihat seorang pria berwajah dingin berdiri menatapnya tajam.
Dia menoleh ke belakang, melihat pria tua tadi semakin dekat, membuat Anna panik.
"Tuan, tolong aku!"
Setelah jam istirahat usai. Rania kembali ke divisi untuk mulai bekerja lagi. Saat baru saja sampai di pantry, Rania terkejut melihat lampu merah menyala.“Sepertinya hari ini Pak Alex berulang kali memanggil,” gumam Herman.Rania menatap lampu itu terus berkedip. Mau tidak mau dia harus pergi ke ruangan Alex untuk melihat, apalagi yang pria itu inginkan.Rania mengetuk pintu ruangan Alex, lalu dia masuk dan melihat Alex duduk di sofa sambil menyapukan jari di atas tablet pintar.“Anda butuh sesuatu, Pak?” tanya Rania tetap sopan meski jiwanya ingin memberontak.“Bersihkan mejaku!” perintah Alex.Rania menoleh ke meja Alex, alangkah terkejutnya dia melihat meja Alex yang sangat berantakan.Berkas-berkas dibiarkan tergeletak begitu saja tak tertatap rapi, lalu ada tumpangan kopi yang dibiarkan sampai agak mengering.Rania benar-benar harus bersabar. Dia berjalan ke arah meja untuk mulai membersihkan, tetapi Alex kembali berkata.“Bersihkan sampai benar-benar bersih. Jika tidak, kamu ti
Rania memandang pada Alex, lalu tatapannya tertuju pada kertas dan pulpen yang berserakan di lantai.“Pungut semua!” perintah Alex.Rania tidak bisa mengelak karena sekarang bekerja untuk Alex. Dia berjalan mendekat lalu berjongkok di sisi kertas-kertas berserakan dan meletakkan nampan di lantai, setelahnya dia memunguti satu persatu kertas itu.Tanpa diduga, Alex ikut berjongkok, tapi bukan untuk membantu Rania memunguti kertas itu, melainkan untuk memberikan senyum ejekan pada wanita yang sudah menolaknya.“Tidak disangka, kamu menolak kerja di rumahku tapi malah bekerja di perusahaanku,” cibir Alex.Rania terdiam sesaat. Dia tak membalas atau menatap pada Alex. Rania fokus memunguti kertas-kertas itu, setelah selesai dia segera berdiri lalu meletakkan semua kertas itu di meja.“Apa kamu pikir harimu akan tenang dengan bekerja di sini?” Alex sudah berdiri dan kini menatap tajam pada Rania.Rania masih menurunkan pandangan, lalu berkata, “Jika sudah tidak ada yang perlu saya lakukan,
Rania benar-benar panik luar biasa melihat pria yang kini menatapnya dengan ekspresi wajah dingin. Dia masih mematung di tempatnya, sampai salah satu teman OB-nya menarik lengan Rania agar menyingkir dari jalan.“Selamat pagi, Pak.” Dua OB lain langsung membungkuk pada Alex dan Arion yang baru saja keluar dari lift.Alex berjalan dengan ekspresi wajah dingin tanpa menoleh Rania sama sekali, sedangkan Arion melirik pada Rania. Jadi, ini OB baru yang kemarin dipermasalahkan oleh atasannya itu.Rania masih bergeming dengan perasaan campur aduk. Di hari pertamanya bekerja, kenapa dia bertemu dengan pria yang membuat hidupnya kacau.“Siapa dia?” tanya Rania menoleh pada teman kerjanya.“Itu tuh, Pak Alex. Dia cucu pemilik perusahaan ini dan direktur di sini. Ya, meski dia masih direktur, tapi katanya sebentar lagi akan diangkat jadi presdir karena kemampuannya memimpin perusahaan,” jawab Herman–OB teman Rania.Rania merasakan jantungnya berdegup sangat cepat. Jadi, dia bekerja untuk pria b
Rania pergi ke rumah sakit dengan perasaan lega. Dengan bekerja di perusahaan itu, Rania bisa mendapatkan uang lebih banyak di siang hari dan bisa menjaga Abi saat malam hari.Rania berjalan di koridor rumah sakit menuju ruang inap Abi. Saat hampir sampai di kamar sang putra, Rania melihat dokter dan perawat masuk ke ruangan sang putra dengan sangat terburu-buru.Tentu saja hal itu membuat Rania sangat panik. Dia segera berlari ke kamar Abi, saat masuk sudah melihat dokter sedang menangani putranya.“Apa yang terjadi pada anakku?” tanya Rania sangat panik.“Kondisi Abi baru saja drop, Bu. Dokter sedang mengecek dan memberikan penanganan yang tepat,” jawab perawat.Rania menutup mulut dengan kedua telapak tangan. Dia benar-benar ketakutan dan panik jika terjadi sesuatu dengan Abi.“Kumohon, Abi. Mama akan mengusahakan kesembuhanmu, tolong jangan terjadi apa-apa padamu, Sayang.”Rania terus memandang dokter yang sedang mengecek kondisi Abi. Bola matanya sudah berkaca-kaca, ketakutan memb
Hari berikutnya. Rania pergi ke perusahaan tempat Silvi bekerja. Dia datang lebih awal dan bertemu dengan Silvi yang ternyata menunggunya di depan perusahaan.“Syukurlah kamu datang awal,” ucap Silvi lalu menengok ke arloji yang melingkar di pergelangan tangan.“Aku tidak mungkin mengecewakanmu. Kamu sudah sejauh ini mau membantuku, jadi aku harus berjuang,” balas Rania.Silvi tersenyum lebar, lalu dia mengajak Anna segera masuk ke perusahaan karena kepala HRD ternyata sudah datang.Mereka masuk ke ruang HRD, lalu Silvi meninggalkan Rania bersama kepala HRD agar bisa diwawancarai.Rania memberikan surat lamarannya. Dia berdiri di depan meja kepala HRD sambil menunggu wanita itu membaca surat lamarannya.“Ternyata kamu sudah banyak pengalaman kerja di usiamu sekarang,” kata kepala HRD.Rania tersenyum dan mengangguk. “Iya, dan saya ahli menjadi cleaning service.”Kepala HRD tersenyum. “Terakhir kali kamu menjadi petugas kebersihan di klub malam, kenapa kamu keluar? Apa gajinya tidak mu
Alex berada di ruangannya menandatangani berkas-berkas yang bertumpuk di meja. Dia tidak fokus dalam bekerja, sampai beberapa kali membaca ulang berkas yang diserahkan padanya.“Apa ada masalah, Pak?” tanya Arion–sekretaris Alex.Alex melirik pada Arion, tapi tidak menjawab pertanyaan sekretarisnya itu. Dia segera membubuhkan tanda tangan, lalu menyerahkan berkas yang ditunggu oleh sekretarisnya itu.“Mana lagi yang butuh diserahkan hari ini?” tanya Alex sambil menatap satu persatu berkas yang ada di meja.“Stopmap merah, Pak,” jawab Arion sambil menunjuk ke stopmap yang dimaksud.Alex segera mengambil lalu membuka stopmap itu dan menandatangani berkas di dalamnya.Arion mengamati atasannya itu, sikap Alex beberapa hari ini memang sangat aneh. Jika mudah emosi itu sudah biasa, yang tak biasa itu karena Alex sering sekali melamun bahkan tidak fokus saat menghadiri rapat.Setelah Arion pergi dari ruangan Alex. Alex meletakkan pulpen yang dipegang lalu sedikit melonggarkan dasi yang tera
Saat sore hari. Anna duduk di teras sedang makan camilan bersama Stefanie. Dia terlihat sangat bahagia, di masa kehamilan bisa bersama orang-orang yang menyayangi dan memberinya banyak perhatian.“Suamimu pulang,” ucap Stefanie saat melihat mobil Kai memasuki halaman rumah.Anna tersenyum lebar, dia kembali memasukkan potongan semangka ke mulut lalu berdiri untuk menghampiri suaminya.Kai turun dari mobil yang baru saja terparkir sempurna di depan garasi mobil. Dia membuka bagasi mobil, lalu mengambil sesuatu dari dalam sana.Anna mengamati apa yang Kai bawa, suaminya membawa satu kantong plastik besar.“Itu apa?” tanya Anna penasaran.“Pesananmu,” jawab Kai lalu membuka plastik itu agar Anna melihat isinya.Mata Anna berbinar. Dia langsung mengambil kantong plastik berisi banyak mangga muda itu dari tangan Kai.“Terima kasih.” Anna mencium pipi Kai, lalu pergi meninggalkan suaminya tanpa mengajaknya masuk.Kai terkejut, bisa-bisanya dia diabaikan karena mangga muda.“Anna! Hati-hati
Kai masuk kamar setelah lembur dari ruang kerja. Dia menghampiri Anna yang duduk di sofa, alangkah terkejutnya dia melihat sang istri sedang makan mangga muda di malam hari.“Anna, ini sudah malam. Kenapa kamu masih makan mangga muda?” tanya Kai karena cemas jika Anna sakit perut.“Tapi aku pengen,” jawab Anna lalu kembali memasukkan potongan mangga muda ke mulut dengan tatapan tertuju pada Kai.Kai duduk di samping Anna, dia meringis melihat potongan mangga muda yang ada di piring.“Iya, tapi apa tidak bisa makannya besok setelah sarapan atau makan siang?” Kai tetap waspada dan cemas.Anna menggeleng sambil memasukkan suapan lagi ke mulut.“Apa tidak asam?” tanya Kai karena Anna makan dengan lahap, bahkan ekspresi wajah Anna biasa saja.“Tidak,” jawab Anna, “kamu mau coba?” tanya Anna sambil menyodorkan ke mulut Kai.Mencium bau mangga itu saja sudah membuat liurnya mengalir deras, Kai menggeleng.Anna terus makan meski suaminya melarang. “Staff di perusahaan, ada yang punya pohon ma
Rania menatap tak percaya, kenapa Alex ada di sana? Apa pria itu mengikutinya?Rania menatap Alex yang kini berjalan menghampirinya. Aura pria itu begitu dingin dan menakutkan, apalagi tatapan mata Alex.“Siapa kamu? Tidak usah ikut campur dengan urusan klub kami,” kata manager sedikit ketus.Alex tersenyum miring. Dia sudah berdiri di samping Rania, lalu menoleh pada wanita itu sebelum kembali menatap pada manager yang ada di belakang meja.“Kamu tidak tahu aku? Serius kamu tidak mengenal siapa aku?” Alex menatap penuh cibiran.Manager klub mengerutkan alis. Dia memang merasa tak asing dengan Alex.“Apa kamu mau izin klub ini dicabut dan usaha kalian ini ditutup?” Alex bicara dengan nada ancaman.“Siapa kamu sebenarnya?” tanya manager itu.Alex tersenyum miring, lalu dia menoleh pada Rania. “Hanya seorang pria yang sedang melindungi wanitanya.”Alex menarik satu sudut bibirnya setelah menyebut Rania sebagai wanitanya.Sedangkan Rania, dia sangat syok dan tidak paham dengan maksud Ale
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments